Jurnaba
Jurnaba
No Result
View All Result
Jurnaba
Home Cecurhatan

Sekali Lagi

Branda Lokamaya by Branda Lokamaya
August 25, 2019
in Cecurhatan
Sekali Lagi
Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan Ke WA

Masih tertunda dan belum semua kukatakan
Biar kutunggu sampai kau kembali lagi di sini
Harus kau dengar semua yang harus kau dengarkan — Ipang BIP 

Aku sudah tidak tahu harus bilang apa. Hari ini berat badanku sudah turun 10 kg. Ini bukan kabar yang baik tentu saja. Aku juga tahu, dia, lelaki itu, pasti tak suka mendengar berat badanku turun. Dia suka aku yang tak terlalu kurus. Aku tahu itu.

Mataku sembab sudah hampir dua mingguan ini. Hampir tiap malam, aku nangis dan sulit tidur karena seperti ada yang salah dengan diriku. Hari ini aku pakai kacamata untuk menutupi bekas tangisan. Aku tahu, dia, lelaki itu, tak suka aku pakai kacamata.

Sore ini dua bulan yang lalu, menjadi pertemuan terakhir kami berdua. Sebenarnya itu bukan pertemuan terakhir. Dan aku tak pernah mau itu menjadi pertemuan terakhir. Tapi aku juga tak tahu, bagaimana cara menemuinya lagi.

Kami sudah tak saling berkomunikasi. Aku tak berani menghubunginya dan dia juga tak berani menghubungiku. Kami berdua kehilangan keberanian untuk saling bertutur sapa, hanya karena takut saling menyakiti.

Aku sedih. Sesungguhnya aku sangat sedih. Tapi dia, lelaki itu, nggak akan tahu itu. Ini perasaan perempuan yang takut kehilangan sekaligus takut menyakiti. Sebenarnya aku tak pernah mau memilih jalan ini.

Dia, lelaki yang sering duduk diam menungguku di depan fakultas psikologi itu, adalah lelaki yang telinganya tak pernah panas. Dia lelaki penyabar yang selalu bingung bagaimana cara untuk marah. Hingga aku sering mengajarinya cara untuk marah-marah.

Dia, lelaki yang sering membawakanku buku-buku Sigmund Freud itu, tak pernah lelah menyediakan telinganya pada ucapan-ucapanku yang kadang tak bisa diterima orang lain. Dia menerimaku beserta segepok kekurangan yang aku miliki.

Siapa yang tidak kangen duduk berdua sambil tak berkata apa-apa selama berjam-jam hanya memelototi buku psikologi kepribadian Alwisol. Siapa yang tak kangen naik Vespa berkeliling Kota Tua. Siapa yang tak kangen mengingatkannya untuk sering ganti jaket agar tetap terlihat rapi. Aku kangen itu semua dan aku kehilangan itu semua.

Aku ingat saat dia mengajariku naik Vespa. Melatih tangan kiriku agar kuat memegang dan menarik koplingnya. Kami berdua pernah jatuh di selokan gara-gara aku lupa di mana letak tuas rem. Meski lampu depan vespanya rusak, dia tak sedikitpun marah.

Di ulang tahunku yang ke-19, dia menghadiahiku sebuah helm Vespa dan selarik puisi yang dia tulis dan bacakan di depan banyak orang. Aku masih mengingatnya. Aku masih menyimpan itu semua. Dan aku benar-benar takut kehilangan itu semua.

Sore ini dua bulan yang lalu, untuk pertamakalinya aku melihat dia meneteskan air mata. Aku tak bermaksud menghancurkan cita-citanya. Aku hanya memberitahu apa yang telah direncanakan kedua orangtuaku. Itu saja.

Aku tak pernah meminta lahir sebagai seorang Kristiani dan aku tahu, dia juga tak pernah meminta lahir sebagai seorang muslim. Bahkan ketika mengetahui kami berbeda pun, kami tetap saling menerima tanpa syarat apa-apa.

Aku hanya berkata jika orangtuaku telah merencanakan pernikahanku dengan orang lain. Hanya itu. Aku belum sempat mengatakan jika aku tak menyetujui rencana itu. Tapi dia, lelaki itu, keburu pergi dan meninggalkanku beserta kemarahannya. Padahal masih banyak hal yang ingin aku sampaikan padanya.

Aku ingin kembali ke sore ini dua bulan yang lalu. Aku ingin merevisi ceritaku. Aku ingin duduk berdua saja, tanpa berkata-kata. Aku ingin duduk berdua saja. Duduk berdua saja. Duduk saja. Berdua saja. Meski aku sering mengajarinya bagaimana cara untuk marah, aku tak ingin membuatnya marah padaku.

Aku sudah berupaya mencarinya untuk menjelaskan itu semua secara baik-baik. Tapi aku justru melihat dia pergi bersama perempuan berkacamata tebal yang sungguh membuatku merasa hancur. Aku merasa sakit dan terluka dan tak mau melihatnya lagi.

Sesungguhnya, aku tidak benar-benar tak ingin melihatnya lagi. Aku masih ingin melihatnya. Masih ingin menjumpainya. Masih ingin menjelaskan banyak hal padanya. Tapi dia menutup itu semua. Dia telah mementingkan dirinya sendiri.

Suatu hari, dia pernah mengajariku bagaimana cara mematikan mata dan telinga saat kita sedang tak suka pada sesuatu. “Kita tetap melihatnya, kita tetap mendengarnya, tapi kita tak melihatnya dan kita tak mendengarkannya” kata-katanya itu, masih selalu aku ingat.

Tapi, aku benar-benar tak bisa melakukan itu saat melihat dia, lelaki itu, memboncengkan perempuan lain. Aku ingin sekali mendatangi mereka berdua dan marah-marah kepadanya. Tapi aku tak bisa karena aku merasa, aku telah membunuh mata dan telinga dan perasaannya.

Sesungguhnya, aku ingin menemuinya. Aku ingin menjumpainya sekali lagi dan menjelaskan padanya bahwa aku tak seperti yang dia kira. Tapi, melihatnya sudah bahagia dengan perempuan berkacamata tebal itu, aku mundur. Aku tak akan mengganggunya.

Tags: Fiksi Akhir Pekan

BERITA MENARIK LAINNYA

7 Tempat Kuliner Terbaik Di Bojonegoro untuk Sobat Misqueen
Cecurhatan

7 Tempat Kuliner Terbaik Di Bojonegoro untuk Sobat Misqueen

March 6, 2021
Menggarami Lautan Pakai Air Mata, Sebuah Nostalgia Patah Hati
Cecurhatan

Menggarami Lautan Pakai Air Mata, Sebuah Nostalgia Patah Hati

March 3, 2021
Datangnya Kilang Minyak dan Fatamorgana Masa Depan
Cecurhatan

Datangnya Kilang Minyak dan Fatamorgana Masa Depan

February 26, 2021

REKOMENDASI

Etika Konstitusi dalam KLB Partai Demokrat

Etika Konstitusi dalam KLB Partai Demokrat

March 7, 2021
7 Tempat Kuliner Terbaik Di Bojonegoro untuk Sobat Misqueen

7 Tempat Kuliner Terbaik Di Bojonegoro untuk Sobat Misqueen

March 6, 2021
Irsyadusy Syubban, Sekolah Tahfiz yang Fokus pada Sifat-sifat Huruf dan Kefasihan

Irsyadusy Syubban, Sekolah Tahfiz yang Fokus pada Sifat-sifat Huruf dan Kefasihan

March 5, 2021
Melihat Kondisi Pertanian Bojonegoro pada 1958

Melihat Kondisi Pertanian Bojonegoro pada 1958

March 4, 2021
Menggarami Lautan Pakai Air Mata, Sebuah Nostalgia Patah Hati

Menggarami Lautan Pakai Air Mata, Sebuah Nostalgia Patah Hati

March 3, 2021
Panggil Saja Aku, Jum

Panggil Saja Aku, Jum

March 2, 2021

Tentang Jurnaba - Kontak - Squad - Aturan Privasi - Kirim Konten
© Jurnaba.co All Rights Reserved

No Result
View All Result
  • HOME
  • PERISTIWA
  • KULTURA
  • DESTINASI
  • FIGUR
  • CECURHATAN
  • ALTERTAINMENT
  • FIKSI AKHIR PEKAN
  • SAINSKLOPEDIA
  • TENTANG
  • KONTAK

© Jurnaba.co All Rights Reserved