Rencana awal proses belajar mengajar di sekolah akan dimulai pada 2 Juni 2020 mendatang. Namun, sebelum benar-benar dibuka, Dinas Pendidikan akan meminta hasil kajian dari Gugus Tugas Kabupaten, Provinsi hingga Pusat.
Sejak pertengahan Maret 2020 lalu, kegiatan belajar mengajar di sekolah ditiadakan oleh Pemerintah Kabupaten Bojonegoro. Itu menyusul pandemi corona yang menyerang. Peserta didik diminta untuk belajar dari rumah dengan pengawasan orang tua dan guru.
Setelah belajar di rumah selama lebih dari 2 bulan, peserta didik di Bojonegoro berpotensi kembali ke bangku sekolah pada bulan Juni atau Juli. Namun, keputusan final masih menunggu kajian dari berbagai pihak.
Dinas Pendidikan Kabupaten Bojonegoro masih akan menunggu kajian dari Gugus Tugas Pencegahan dan Penanganan Covid-19 untuk memulai proses belajar di sekolah. Karena itu, kegiatan belajar mengajar di sekolah belum bisa dipastikan waktunya.
Menurut Kepala Dinas Pendidikan Bojonegoro Dandi Suprayitno, rencana awal proses belajar mengajar di kelas akan dimulai 2 Juni 2020 mendatang. Namun, sebelum sekolah-sekolah dibuka, Dinas Pendidikan akan meminta hasil kajian dari Gugus Tugas Kabupaten, Provinsi hingga Pusat.
“Belum bisa kami pastikan. Karena menunggu bagaimana rekomendasi Gugus Tugas,” ujar Dandi Suprayitno.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim sebenarnya sudah mengizinkan kepada daerah untuk mengambil kebijakan sendiri. Namun, untuk Kabupaten Bojonegoro tetap menunggu kajian Gugus Tugas.
Dinas Pendidikan memastikan, meski siswa belajar di rumah, kurikulum belajar mengajar tidak ada perubahan. Karena prinsipnya siswa tetap belajar dan mendapat bimbingan dari guru.
Kemendikbud memang mengusulkan tiga opsi pembukaan sekolah. Pilihan pertama adalah membuka kembali sekolah-sekolah di Juli. Kemudian, sekolah kembali dibuka tetapi digelar secara daring atau online. Opsi ketiga, sekolah akan dibuka pada Desember mendatang dengan catatan pandemi Covid-19 sudah selesai.
Kabar mengenai rencana dibukanya kembali sekolah di Bojonegoro disambut baik oleh orang tua siswa. Contohnya adalah Siti Fatimah yang memiliki anak yang duduk di kelas 5 SD. Jika benar dibuka pada Juni atau Juli, Fatimah mengaku senang.
“Kalau saya tentu senang dengan rencana itu, meski belum bisa dipastikan ya. Soalnya anak saya sudah bosen di rumah terus, ingin ketemu teman-temannya dan sekolah seperti biasa,” ujar Ibu 2 anak tersebut.
Selain itu, Fatimah juga merasa jika proses belajar mengajar di rumah tak begitu efektif. Sangat berbeda ketika buah hatinya berada di sekolah dengan pengawasan guru yang memang sudah kredibel.
Namun Fatimah akan tetap patuh terhadap keputusan yang dikeluarkan pemangku kebijakan. Karena keputusan final tentunya didasarkan pada faktor keamanan terhadap penyebaran virus corona.
Tim Gugus Gugas Pencegahan Covid-19 Bojonegoro mesti mengambil kebijakan yang terbaik. Segala macam faktor harus diperhatikan dengan baik dan seksama. Karena ini semua menyangkut nyawa manusia.