Belajar itu kewajiban bagi umat manusia. Namun, diakui atau tidak, era digital melahirkan fenomena anak sulit telaten dalam hal belajar.
Jadi, kita sebagai umat manusia, yang diberikan akal sehat, jangan sampai otak kita kosong atau menganggur. Tujuannya, agar kita dapat berkembang berkarya selagi tokoh-tokoh yang telah mencontohkan.
Menyindir sedikit tentang belajar, adalah suatu pekerjaan yang sangguh menjenuhkan terutama bagi anak- anak jaman sekarang.
Tidak seperti orang-orang pada zaman dahulu, Era 2000-an, yang sangat semangat dengan belajar. Jika diterus-teruskan, generasi yang akan datang pada lima tahun ke depan akan bagaimana? Lalu, apakah mereka akan lupa dengan sejarah dengan diterus-teruskan susahnya untuk belajar dan membaca.
Terkait dengan hal di atas, apakah ada jalan keluarnya? Apakah ada cara kita untuk menanggulangi, agar generasi-generasi yang akan datang bisa meminati belajar membaca, apakah bisa?
Seumpama tidak bisa, akan jadi apa generasi-generasi kita yang akan datang! Sampai di sini, coba berpikirlah. Jika di terus-teruskan, negara kita akan di tertawakan oleh negara tetangga kita. Padahal kita itu sudah disediakan perpustakaan, sudah di sediakan bacaan – bacaan entah itu dari buku majalah maupun dari online, atau dari googling. Pertanyaannya, apakah masih tidak mau berminat untuk belajar!
So, apakah masih belum ada keinginan untuk belajar dan membaca? Apakah masih stagnan sampai di sini saja untuk belajarnya. Perlu penulis tegaskan, kita sebagai anak muda bangsa Indonesia harus semangat. Jangan sampai disia-siakan masa muda. Karena, masih banyak waktu untuk belajar dan jangan sia-siakan waktu untuk belajar. Sebab, kalau kesempatan itu kita sia-siakan, masa muda kita akan rugi pada saat datangnya tua.
Dengan banyak belajar dan membaca, itu sangat membantu jaringan berpikir kita serta memudahkan kita kalau kesusahan mengutarakan pendapat. Sebagai misal, pada saat presentasi atau pada saat ada pertanyaan, kita sangat mudah dan sangat mahir menyampaikan. Oleh sebab, kita mempunyai kekayaan literatur dan jaringan wawasan yang sangat luas. Karenanya, saat membaca membaca jangan cuku pada satu buku, tambah beberapa buku, hingga bila sekiranya cukup sudah banyak jumlahnya, kita mudah menyimpulkan untuk kita ambil inti sarinya lalu kita pilih bagian mana yang sangat bagus untuk dijadikan jawabannya.
Ya, beginilah rasanya seseorang untuk mencari ilmu. Ibaratnya “Mencari cari jarum didalam jerami,” tidak semudah itu mencari ilmu, yang dalam bahasa jawa itu terdapat kata-kata, “Di telateni mengko lak angsal ilmu seng barokah lan manfaat,”<span;> <span;>yang kalau di bahasa Indonesiakan kita itu mencari ilmu itu harus istiqomah, karena pada suatu saat kita pasti dapat ilmu yang berkah dan manfaat.
So, bagaimana anak-anak muda, apakah kalian masih bermalas-malasan untuk membaca dan belajar? Apakah kalian masih ingin berdiam diri? Dan apakah kalian masih mau stagnan sampai sini saja? Lalu apakah kalian mau berubah menjadi yang lebih produktif, dan lebih rajin lagi untuk belajar? Itu semua tergantung kalian. Orang lain -seperti penulis- tidak bisa untuk memaksa untuk kalian belajar. Karena apa, saat kita itu mencari ilmu, itu harus dari hati nurani kita sendiri.
Agar apa, supaya ilmu yang kitacari itu berkah dan bisa manfaat. Seumpama kita itu paksa, pasti hati kita itu <span;>grundel<span;> atau menolak pasti ilmu yang kita dapat otomatis dalam hitungan jam pasti hilang.
Kesimpulan dari motivasi atau masukan di atas, adalah mumpung kita masih muda. Masih banyak waktu. Karenanya, jangan sia-siakan dan gunakanlah waktu untuk hal-hal yang bermanfaat bagi diri, atau orang yang membutuhkan. Sekali lagi, semuanya itu tergantung kita, tergantung diri kita sendiri, mau maju atau mau stagnan.
* Penulis adalah Mahasiswa PAI UNUGIRI