“Luar biasa, dik Harca!”
Demikian seru bibir saya. Sekitar satu jam yang lalu. Ya, sekitar satu jam yang lalu: ketika saya usai membaca catatan ketiga tentang “perjuangan”nya dalam menyiapkan aplikasi proktoring berbasis AI (artificial intelligence). Lewat aplikasi yang mulai dipakai Institut Teknologi Bandung (ITB) pada 2023 itu, dalam tes penerimaan calon mahasiswa ITB, para calon mahasiswa dari “ujung negeri” Indonesia dapat mengikuti tes itu dari rumah mereka.
“Bravo, dik Harca. Itu amal jariyah yang luar biasa, lo,” seru bibir saya selepas menyimak tiga tulisannya di fb. “Saya ikut bahagia dan bangga, nggih.”
Dik Harca, saya memanggilnya demikian. Sejak sekitar 1990-an, anak Ngawi, Jawa Timur ini sudah seperti saudara saja. Karena itu, saya ikut memberi nama keempat putranya.
Perjalanan hidup “anak daerah” yang berhasil masuk ITB ini penuh perjuangan. Semula, ia diterima di Jurusan Farmasi ITB. Namun, setahun kemudian, ia pindah ke Jurusan Teknik Penerbangan ITB. Kemudian, selepas lulus dan beberapa tahun kerja, ia pergi ke Enschede, Belanda. Di sana, ia menimba ilmu, bersama adik saya yang jebolan Teknik Mesin ITB, untuk mengambil program MBA di Universitas Twente.
Pulang ke Tanah Air, ia kemudian bekerja di dua perusahaan IT Australia dan Jerman (SAP). Lewat ilmu dan pengalaman yang ia dapat di dua perusahaan multinasional di bidang IT itu, ia kemudian mendirikan sebuah perusahaan IT.
Segera, perusahaan IT yang ia dirikan pun melesat kencang. Malah, akhirnya, perusahaan ini memiliki cabang di Singapura, Australia, Jerman, dan Belanda. Sebagai “kakak”, saya dan istri pernah diundang untuk menengok cabang perusahaan itu di Eindhoven High-Tech Campus, Belanda.
Namun, kisah perusahaan IT yang cemerlang itu berakhir karena diakuasisi sebuah perusahaan IT Jepang. Meski demikian, suami seorang istri asal Bandung ini tidak menyerah. Pantang menyerah! Ia kemudian mendirikan sebuah perusahaan IT berbasiskan AI.
Nah, perusahaan IT terakhir itulah yang mendapat amanah dan kepercayaan penuh dari ITB untuk membuat sistem penerimaan berbasiskan AI para calon mahasiswa ITB. “Dik Harca! Saya dan Mbak Ummie ikut bahagia dan bangga atas pencapaian njenengan. Semoga Allah Swt. memberkahi jejak langkah Dik Harca untuk memajukan Negeri Tercinta kita ini, amin.”
Perjalanan hidup Dik Harca ini, di sisi lain, memberikan pelajaran hidup kepada kita: anak daerah pun tidak kalah cemerlang dan hidup penuh cabaran. Meski penuh cabaran, cabaran itu harus kita hadapi dan kita pantang menyerah. Matur nuwun, dik Harca! Tiga tulisan yang indah!