Hastag #instagramdown dan #WhatsApp menjajaki daftar trending teratas Twitter Indonesia. Sebab, banyak pengguna medsos mengeluh karena sejumlah aplikasi media sosial mengalami gangguan.
Gangguan medsos tak selamanya buruk. Kadang baik. Apa baiknya? Baiknya, agar kita berpuasa main medsos. Masak bulannya saja yang puasa? main medsosnya juga puasa dong.
Dengan adanya gangguan medsos. Kita tidak hanya berpuasa dari kabar-kabar mencemaskan, tapi juga bisa rehat dari pekerjaan. Terutama, bagi mereka yang kerjanya berbasis ngulik medsos kayak saya. Heee
Melansir dari Kompas.com, terganggunya medsos jadi langkah diambil pemerintah untuk mencegah tindakan provokasi hingga penyebaran hoax pada masyarakat. Dikhawatirkan memicu terjadinya kericuhan pasca hasil Pemilu 2019 diumumkan.
“Akan kami adakan pembatasan akses di media sosial. Fitur tertentu tidak diaktifkan untuk menjaga agar hal-hal negatif tidak terus disebarkan ke masyarakat,” ujar Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan, Wiranto, Rabu (22/5).
Menurut keterangan Menkominfo Rudiantara, pembatasan akses di media sosial hanya berlaku untuk sementara. Hingga situasi kondusif dan oknum-oknum terkait berhenti menyebarkan hoaks yang memicu kericuhan di tengah masyarakat.
“Teman-teman akan alami pelambatan kalau download atau upload video karena viralnya yang negatif ada di sana. Sekali lagi ini sementara,” terang Kepala Kominfo, Rudiantara.
Gegara kegiatan dari bentuk suatu protes ini. Lalu takut termakan hoax dan isu gila yang marak menjamur. Akibatnya beberapa media sosial mengalami pembatasan akses. Siapa yang protes siapa yang ikut merasakan dampak.
Buat orang yang kerjanya menjelajah dunia virtual. Hal ini sangat mengganggu atas kelancaraan kerjanya. Dengan adanya pembatasan akses seperti ini, walau hanya sementara tapi sama halnya memakan waktu dalam hal bekerja.
Kenapa mesti orang lain yang membatasi kamu. Bukannya kamu sendiri yang berhak untuk membatasi diri sendiri. Masak hanya sebatas hoax saja sampai harus diatur orang lain.
Kiranya era digital ini bukannya membuat orang semakin melek. Tapi malah membuat orang menjadi semakin sempit sudut pandangnya. Jadi orang hanya akan mencari apa yang diyakininya saja. Dengan menepiskan benar atau tidaknya suatu hal tersebut.
Seperti hoax, dewasa ini seharusnya orang-orang juga sudah pada tahu. Mana yang hoax dan mana yang bukan. Ojo angger ngandel, terus melu omongane tanggane lurrd…. my luurd.
Aksi pembelaan tanpa kuatnya sebuah bukti, hanya segelintir bagian naskah lama dan asumsi. Tanpa persiapan argumen untuk mempersenjatai. Dalihnya partisipasi namun terdapat selubung doktrinasi. Hihihi
Terbuai mental laku berbuah pertikaian. Untuk mendukung calon bos mereka. Lalai atas kendali diri, dibutakan dengan keyakinan. Bermodalkan insureksi teologi yang merampas logika. Akhirnya melahirkan runtutan derita. Hahaha
Namun, tak apa. Mungkin ini cara Tuhan berpesan pada kita. Agar kita bisa berhenti sejenak dari kacaunya deadline. Jadi, terima kasih diucapkan kepada mereka yang ikut turun aksi. Hingga terwujudnya pembatasan akses ini.