Sampah merupakan masalah akut bagi lingkungan. Terutama sesampahan plastik. Kandungan zatnya sangat susah diurai oleh tanah. Selain itu, plastik dapat merusak kesehatan tanah. Tapi, sampah juga bisa diolah menjadi berbagai jenis benda bermanfaat. Satu di antaranya, menjadi minyak.
Berbagai upaya menjadikan sampah sebagai sesuatu yang bermanfaat, memang sudah dilakukan. Keberadaan bank sampah hingga berbagai macam kerajinan berbasis sesampahan, juga sudah dijumpai di Bojonegoro.
Terkait penanganan sampah plastik, berbagai macam inovasi pun dilahirkan. Bahkan, inovasi berbasis pengelolaan secara khusus. Satu di antaranya adalah mengolah plastik menjadi bahan bakar minyak.
Dalam acara Mengenal Industri MIGAS dan Serah Terima Fasilitas Rekayasa Sampah Plastik (Resik) yang diselenggarakan di Pondok Pesantren Al Rosyid Bojonegoro kemarin (26/2/2019), sampah plastik juga berpotensi dijadikan minyak. Wow!
Beneran lho, Nabs. Nggak bohong. Asal penemuan dan inovasi diarahkan pada orientasi berbasis solusi, sesuatu yang tampak berjauhan pun, bisa didekatkan dan dijodoh-jodohkan. Contohnya, sampah plastik yang seolah nggak bisa diapa-apakan itu, bisa diolah dan berpotensi jadi minyak.
“Sampah plastik seperti pedang bermata dua. Di lain sisi sangat dibutuhkan, sisi lainnya sangat berbahaya bagi lingkungan,” kata Erwin Maryoto, Vice President Public & Government EMCL dalam sambutannya di Pondok Pesantren Al Rosyid kemarin.
Pondok pesantren modern Al-Rosyid menjadi destinasi penanganan sampah plastik. Itu dimulai dalam acara Mengenal Industri MIGAS dan Serah Terima Fasilitas Rekayasa Sampah Plastik (Resik).
“Ini bagi kami adalah tantangan,” kata pemimpin Ponpes Al-Rosyid, KH. Alamul Huda dalam sambutannya.
Sampah dikumpulkan berdasarkan jenisnya. Kemudian dipanaskan dengan suhu tertentu. Setelah itu, direkasaya menggunakan alat bernama Lathi Geni supaya menghasilkan minyak. Alat tersebut memiliki sifat kedap udara.
Al-Rosyid menjadi tempat studi pengelolaan sampah plastik dari limbah kresek dan botol bekas. Kita semua bisa belajar di pondok pesantren modern yang berada di Desa Ngumpak Dalem, Kecamatan Dander, Bojonegoro.
“Kita bisa belajar bagaimana secara efektif mengolah sampah plastik ini agar tidak berbahaya,” ucap Erwin.
Nantinya, masyarakat Bojonegoro mampu berpartisipasi aktif dalam menjaga lingkungan. Termasuk dalam mengelola sampah plastik agar menjadi manfaat bagi masyarakat. Tentunya, manfaat bagi lingkungan secara menyeluruh.
“Dulu, sampah bagi masyarakat itu menakutkan, sekarang sampah membawa berkah,” ucap Kiai yang akrab disapa Gus Huda tersebut.
Adanya mesin Lathi Geni, diharapkan mampu mengurangi pencemaran lingkungan. Hal ini sebagai urun dalam pencarian solusi terkait sampah. Khususnya limbah plastik. Seperti yang kita semua tahu, limbah plastik sudah menjadi ancaman serius bagi Indonesia. Bahkan menjadi isu lingkungan yang diperhatikan serius masyarakat internasional.
“Hanya dengan bersih itulah kita bisa berpikir jernih,” imbuh Gus Huda.