Warung kopi berornamen unik di Jalan Dr. Cipto, Bojonegoro itu hampir mirip seperti museum. Di sana -sini, sejumlah barang vintage tertata rapi. Mulai lampu teplok hingga vespa tua, terpampang di tiap sudutnya. Warung kopi itu milik Tri Firmansyah atau lebih akrab disapa Tole.
Tole merupakan kolektor barang jadul yang masuk kategori antik. Saat ditemui di rumahnya, Tole menunjukkan koleksi yang dipajang di rumah. Ada foto jadul, lukisan, patung, radio, hiasan dan yang paling mendominasi adalah lampu kuno.
Hobi pria yang punya tampilan eksentrik ini bermula pada 2005. Awalnya, dia suka dengan motor-motor klasik, apapun jenisnya. Asalkan antik dan kuno, dia tertarik. Dulunya, dia adalah seorang rider motor vespa. Bahkan, di samping rumahnya ada motor jadul serupa vespa beroda 3 yang cukup besar.
Menginjak 2015, hobi Tole merambah ke barang-barang antik lainnya. Dia mendapatkan barang-barang vintage dari kolega atau saat mengunjungi pameran. Seringkali dia mendapatkan barang tersebut dari luar kota. Pernah juga beberapa kali ditawari barang antik dari dalam kota.
Bapak 2 anak itu menceritakan, barang antik memiliki nilai tersendiri. Selain nilai sejarah dan seni, juga terdapat harga jual yang menjanjikan. Bahkan, selain dari perabot dan peralatan vintage, dia juga menyimpan barang antik seperti pusaka dan senjata.
“Ada lagi mas yang di kamar, tapi jangan lah kalo dikeluarkan.” tukasnya.
Di antara banyak barang koleksi miliknya, dia paling tertarik dengan lampu kuno. Ini terbukti dari banyaknya lampu kuno yang tergantung di dalam ruang tamu rumahnya. Ada berbagai jenis lampu kuno. Termasuk tempat lampu kuno dari kayu khas masyarakat Jawa.
“Yang paling suka itu lampu gantung mas. Ini jenisnya banyak. Yang paling menarik adalah gaspom yang berasal dari Gujarat. Saya senang lihat bentuknya.” ujar Tole.
Selain mengoleksi barang vintage nan antik, dia juga membuka kedai kopi. Kedai kopi miliknya bernama Warung’e Mas Tole, berada tepat di samping rumahnya. Selain di rumah, barang-barang antik miliknya juga dipajang di warung kopi miliknya. Hal itu menjadikan warungnya memiliki keunikan tersendiri, yakni nuansa klasik.
Dia bercerita bahwa sebenarnya cukup banyak kolektor barang antik. Tidak hanya di luar kota, tetapi di Bojonegoro sendiri juga ada. Hanya saja jarang bertemu dan bertukar informasi. Di Bojonegoro, kata dia, sangat jarang ada pameran. Galeri barang antik di museum saja sudah tidak ada.
“Perlu sekali ada pameran barang antik. Setidaknya setahun sekali. Barang di rumah ini saja sudah penuh, hampir tidak ada tempat lagi.” katanya.
Menurut Tole, barang antik yang saat ini sedang ramai dicari para kolektor adalah jenis peralatan. Peralatan yang dimaksud adalah jenis-jenis tools yang digunakan untuk membuat barang. Seperti alat tukang, alat masak atau mesin-mesin jaman dulu yang tergolong antik.
Oleh karena itu, perlu adanya pameran atau galeri barang antik sendiri. Baginya, ini bisa memicu adanya kolektor yang datang untuk membeli dan bertukar informasi.
“Jika ada pameran atau galeri bersama sesama kolektor, ini akan sangat menguntungkan.” ungkapnya.
Jika sedang berada di kota Bojonegoro, tak ada salahnya menyempatkan waktu ngopi di warung Tole ini. Suasana yang beda dari tempat lain bakal membuat kita betah berlama-lama ngopi di warung Tole.
Comments 1