Tugu ruang jumpa dan bagaimana saya memaknai kenangan yang melankolis.
Banyak tempat di kawasan Kota Bojonegoro ini, yang ketika saya lintasi, bakal memicu kenangan masa kecil semliwer di otak saya. Hampir setiap sudut tempat ada. Tapi, diantara tempat-tempat itu, saya menyimpan kenangan manis masa kecil di sebuah kawasan yang saya sebut sebagai Trilogi Bojonegoro.
Iya, saya menyebutnya sebagai Trilogi Bojonegoro. Di mana, 3 jalan dipertemukan dengan satu titik tumpu bersimbol Tugu Adipura. Sampai sekarang, tugu itu saya namai sebagai tugu ruang jumpa. Tugu yang memperjumpakan banyak hal.
Kawasan tugu itu menjadi salah satu pusat lalu lalang kenangan masa kecil bagiku. Dulu, saat masih duduk di bangku taman kanak-kanak (TK), dengan diantar ibu, saya naik becak melintasi beberapa jalanan itu.
Jalan Patimura, Jalan Panglima Polim, Jalan Untung Suropati dan Jalan Diponegoro. Saya sangat akrab dengan jejalanan itu. Rumah saya, waktu itu berada di Jalan Patimura. Pas di depan Perpusda yang sekarang. Sedangkan saya bersekolah di TK Trisula 2, jalan Diponegoro. Yang suka saya ingat dari proses bersekolah adalah perjalanannya. Dari rumah menuju sekolah.
Saya masih ingat. Dulu, di pertelon Sumbang, ada yang namanya Betels. Singkatan untuk Becak Telon Sumbang. Dulu, becak menjadi kendaraan favorit waktu itu. Saat TK, saya juga sering sekali menaikinya. Saya mengira, tukang becak zaman dulu memiliki referensi musik yang ciamik. Buktinya, mereka menamai diri sebagai Betels. The Beatles heeei.
Oke, kembali ke tugu ruang jumpa. Tugu yang mempertemukan 3 ruas jalan besar di Bojonegoro. Dalam imajinasi masa kecil saya, 3 ruas jalan itu seperti Jalur Naga. Koridor penting yang harus dilintasi sebelum menuju Menara Karin. Selain menjadi jalur penting, tiga jalan itu memiliki peran masing-masing.
Jalan Untung Suropati berperan sebagai gerbang barat. Ia menerima input kisah dari arah barat menuju ke timur. Sedangkan Jalan Gajah Mada mengambil peran sebaliknya, menerima input cerita dari timur menuju barat. Dan Jalan Diponegoro, menjadi penghubung dua jalan tersebut menuju pusat kisah kota Bojonegoro.
Dulu, di kawasan Trilogi ini ada banyak pedagang minuman yang menjadi tempat favorit para pelajar sebelum dan sesudah berangkat sekolah. Tentu saya belum nyangkruk di sana. Saya melihat pedagang-pedagang itu dari celah sempit gerobak becak yang saya naiki. Hampir tiap pagi saya naik becak berangkat ke sekolah. Dan hampir tiap pagi pula, saya melihat mereka.
Saat ini, ketika melintasi kawasan tersebut, saya selalu ingat keriuhan para pedagang di pinggir jalan itu. Heeiii bagaimana kabar pedagang-pedagang itu saat ini ya?
30 Oktober 2018
Comments 2