Kamu sudah pernah nyoba makan ulat jati atau enthung belum Nabs? Jangan salah sangka , binatang yang bagi sebagian orang nggilani tersebut ternyata bisa dikonsumsi dan punya nilai gizi yang tinggi lho.
Bojonegoro punya sejumlah kuliner unik dan beda dari yang lain. Salah satunya adalah enthung atau ulat jati yang bisa dikategorikan sebagai kuliner ekstrem khas Bojonegoro.
Warga Bojonegoro, khususnya yang tinggal di dekat area hutan jati, kerap mengonsumsi enthung atau ulat jati. Enthung tersebut biasanya muncul di musim penghujan. Antara bulan November hingga Desember.
Di musim penghujan, banyak enthung yang didapatkan oleh warga sekitar Bojonegoro di kawasan hutan Jati. Siapa sangka, enthung yang terlihat menjijikan tersebut bisa diolah menjadi kuliner yang nikmat.
Kemunculan enthung atau ulat jati memang sudah menjadi siklus tahunan. Jika sudah masuk musim penghujan, warga di sekitar area hutan jati Bojonegoro langsung berburu enthung yang jumlahnya sangat banyak.
Salah satu tempat yang menghasilkan banyak enthung adalah kawasan hutan di kecamatan Bubulan. Saat musim penghujan, kita bisa dengan mudah menemui warga yang berburu enthung jati.

Dulu, warga mencari enthung untuk dikonsumsi. Namun sekarang, warga mencari enthung untuk dijual. Harga yang cukup tinggi menjadi alasan utamanya.
Satu kilogram enthung jati mentah, dijual dengan harga Rp 60 ribu. Harga yang tentunya sangat tinggi. Bahkan lebih tinggi dari harga daging ayam.
Selain dijual mentah, ada pula yang menjual enthung yang sudah berbentuk makanan siap santap. Mulai dari dimasak tumis, pepes, hingga asem-asem.
“Biasanya memang dimasak oseng-oseng. Tapi cocok juga buat campuran nasi goreng,” ungkap salah satu warga sekitar Bubulan yang menjual enthung.
Bagi yang belum pernah mencoba, enthung punya tekstur yang renyah di luar dan creamy di dalam. Ketika digigit, daging enthung ini seperti pecah dan lumer di dalam mulut. Sekilas, cita rasa enthung ini mirip dengan udang.
Meskipun terlihat jijik dan menggelikan, ternyata banyak gizi yang terkandung dalam enthung jati ini. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Institut Pertanian Bogor, enthung atau ulat jati memiliki kandungan protein yang cukup tinggi.
Kandungan protein hewani dalam enthung mencapai 64,11 persen. Jumlah tersebut sangat berguna untuk menambah energi serta membantu pembentukan sel baru dalam darah.
Dengan kandungan protein yang tinggi itu, ulat jati jadi salah satu asupan gizi alternatif yang baik bagi tubuh kita. Jadi jangan takut ya Nabs untuk mengonsumsi ulat jati.
Ternyata binatang yang bagi sebagian orang dianggap menjijikan ini punya banyak manfaat. Selain menjadi alternatif bahan pangan bergizi, enthung juga punya nilai ekonomis yang lumayan tinggi
Kalau ingin menikmati sensasi makan enthung atau ulat jati, jangan ragu untuk datang ke Bojonegoro. Tapi datangnya pas akhir tahun ya Nabs, biar waktunya pas.