Siang jelang sore, saya berada di tempat berkumpul para mahasiswa baru yang lugu dan mahasiswa tua yang sedang memikirkan skripsi, tepatnya di Dekopinda Bojonegoro. Tentu, saya tidak sedang melamun.
Saya sedang mengampu kegiatan Komunitas Literasi Bojonegoro (komunitas diskusi yang dipenuhi mahasiswa progresif, militan dan kesepian hehe).
Di tempat itu, saya jadi operator slide. Saya menemani seorang moderator cantik bernama Cici. Moderator cantik nan doyan makan jajan tapi sedang sakit sariawan itu, memulai acara dengan grogi tapi tetap terlihat elegan.
Nah, saat jadi operator slide itu tuh, Nabs. Tiba-tiba saya merasa seperti hacker internasional yang bisa mengotak-atik Bursa Efek Indonesia sesuka hati. Cuma, itu sekadar imajinasi sih hehe
Beruntungnya, acara kajian Komunitas Literasi Bojonegoro yang dipenuhi mahasiswa progresif itu, mendapat pemateri spesial. Yakni seorang editor media alternatif yang sedang naik daun di Bojonegoro, Jurnaba.
Ya, pemateri itu bernama Bung Wahyu Rizkiawan. Ketika pemateri memperkenalkan diri dan bercakap-cakap, saya langsung minum beberapa gelas air mineral di meja. Tujuannya, biar tidak ndredek.
Sedikit demi sedikit, kudengar ocehan dari pemateri, yang menurutku dibawakan secara simple tapi berbobot, yang bobotnya kira-kira jika dihitung lebih dari 5 kg ~
Dari acara tersebut, saya, secara personal, mengetahui pentingnya membaca. Terutama membaca berita yang benar dan bagaimana mencari bukti. Sebab, di zaman ini, para millenial diberi kebebasan membaca dan menulis.
Hanya, banyak pula yang tak betah membaca dan menulis, tapi rajin sekali membagikan postingan di medsos. Dan di sanalah, persoalan – persoalan yang tak diinginkan terjadi. Misalnya, banyaknya berita hoax yang kian hari kian dipercaya.
Jangan lupa membaca. Dari ketelatenan membaca, kamu akan semakin mudah untuk menulis dan semakin mudah menguasai panggung saat berbicara di depan umum. Itu inti pesan yang saya dapatkan.
Ohya, si pemateri, Bung Rizky, juga bercerita tentang Jurnaba.co yang dengan riang sentausa, berdiri sejak 2018 itu, fokus pada geliat anak muda dan konten-konten alternatif yang berupaya memberi pemahaman inspiratif tanpa bersikap menggurui.