Khazanah tongkrongan di Bojonegoro beragam wujudnya. Ada yang berada di dalam gang. Ada yang di pinggir jalan raya. Dan ada pula yang menggabungkan akulturasi tiga budaya: Jawa, Cina dan Eropa.
Ruang tongkrongan di Bojonegoro banyak yang tergolong memiliki karakter unik. Sesekali juga mengandung pelajaran bagi siapa pun yang mau mengamati. Satu di antaranya adalah tongkrongan yang berada di wilayah pecinan.
Jalan Jaksa Agung Suprapto yang berada di area Kecamatan Bojonegoro merupakan daerah pecinan. Hal itu bisa diketahui dari keberadaan Klenteng Hok Swie Bio.
Selain itu, salah satu di antara beberapa tokoh Tionghoa yang berjasa bagi Indonesia yakni Tio Oen Bik pernah tinggal di sebuah rumah yang berada di Jalan Jaksa Agung Suprapto.
Cobalah, Nabs. Ketika berada di Jalan Jaksa Agung Suprapto kalian akan menemui bangunan-bangunan yang unik. Terkadang bangunan-bangunan itu menampakkan kemuramannya. Hal tersebut bisa kalian lihat pada beberapa bangunan kuno yang berada di sekitar area Taman Bengawan Solo (TBS).
Kalian akan melihat beberapa bangunan yang unik dan muram. Ada bangunan berwarna putih dengan kombinasi warna hitam dan patung singa berdiri di bagian atap rumah. Kemudian ada bangunan yang digunakan sebagai gudang.
Bangunan-bangunan di area itu semakin menunjukkan pesan kuno dan muram dengan rumput-rumput liar, warna, dan sebagainya. Di antara bangunan-bangunan itu, terdapat sebuah bangunan yang disulap menjadi tongkrongan.
Bisa dikatakan tongkrongan ini baru, Nabs. Kedai Kopi Mbak Mia namanya. Tempatnya sebelum pertigaan yang mengarah ke Pasar Kota Bojonegoro. Diperlukan laku khusus apabila kalian ingin merasakan nuansa tongkrongan yang dibuka sekitar awal 2020 itu.
Diperlukan perhatian khusus seperti kamu memperhatikan si dia untuk mengetahui keberadaan tongkrongan-tongkrongan unik tersebut.
Sebuah banner biru yang menjadi pertanda eksistensi kedai itu mempermudah langkah kalian untuk menuju ke sana. Hingga tulisan ini lahir, Google Maps belum ada ulasan sama sekali terhadap tongkrongan yang bisa dikatakan unik, klasik, dan menarik itu.
Karena bangunan yang ditempati merupakan bangunan kuno yang arsitekturnya merupakan perpaduan Jawa, Cina, dan Eropa kemudian dijadikan tongkrongan dari berbagai macam kalangan. Tongkrongan itu memang klasik, menarik, dan unik.
Ketika kalian berada di area depan, terdapat tempat parkir yang cukup. Kemudian kalian akan merasakan nuansa Jawa dari segi bangunan yang menyerupai rumah joglo.
Hal itu bisa dilihat dari bentuk atapnya dan empat tiang penyangga di bagian depan. Nuansa Cina, mengingat kawasan tempat bangunan berdiri merupakan daerah pecinan maka dari itu nuansa Cina juga begitu kentara. Kemudian nuansa Eropa, bisa kalian rasakan dari empat tiang penyangga yang besar dan berwarna putih yang berdiri di bagian kanan dan kiri (masing-masing dua).
Apabila rumah joglo tradisional terbuat dari kayu dan empat tiang penyangga di bagian depan tidaklah besar. Namun di Kedai Kopi Mbak Mia kamu akan merasakan nuansa akulturasi budaya Jawa, Cina, dan Eropa secara nyata.
Akulturasi budaya begitu nampak dari bangunan tersebut, seperti bentuk pintu, jendela yang besar, formasi ruang, ukiran, dan lain-lain.
Di tongkrongan dengan balutan akulturasi tiga budaya itu, kalian bisa menikmati beberapa jenis makanan dan minuman. Beberapa varian makanan yang kalian bisa temui seperti sego lodeh, rica-rica kelinci, dan lain-lain.
Kemudian varian minuman seperti kopi, aneka jus, air mineral, dan lain-lain. Dan tentunya Kedai Kopi Mbak Mia juga free wifi.
Penjaga warung itu juga komunikatif apabila kalian ingin bertanya tentang bagaimana ia bisa menempati bangunan tersebut. Beliau berujar, kalau bangunan itu milik bosnya dan beliau (penjaga warung) dipasrahi untuk merawatnya. Sebelum menyulap menjadi tongkrongan, ia izin terlebih dahulu kepada bosnya.
Tiga pintu besar akan menjadi kawanmu ketika memilih nongkrong di bagian depan dengan format lesehan. Jangan lupa, tujukan pandangan mata pada langit-langit, ukiran, pemandangan lalu-lalang orang dan kendaraan, dan lain sebagainya.
Jika engkau beruntung, secara tidak langsung akan membawamu pada dimensi lampau. Yang mana biasanya kalian rasakan ketika melihat foto di dokumen primer, film dokumenter, dan lain-lain.
Apabila bosan duduk dikarenakan kaki kesemutan, tetaplah tenang. Coba berdiri dan menjelajahi ruangan tengah. Di ruangan tengah, sekali lagi apabila engkau beruntung akan melemparkanmu pada dimensi lampau.
Daya kreatifitas terdorong apabila engkau memasuki ruang tengah, menyaksikan bergam jenis lukisan yang berada di dinding. Jika kalian tertarik, juga bisa membawanya pulang. Eits, tapi jangan lupa bayar dulu ya…, wqwqwq.
Ketika kalian berada di ruang tengah Kedai Kopi Mbak Mia, daya kreativitas akan terdorong. Misalnya, apabila engkau hobi berfoto tentu sangat cocok. Bukan hanya instagramable melainkan juga historiable. Nuansa klasik dalam adegan film dokumenter bisa kalian rasakan. Di ruang tengah, juga ada tongkrongan dengan mode duduk.
Kemudian nuansa santuy plus mode loss gak rewel bisa kalian nikmati di bagian belakang. Juga ada ruangan terbuka. Kalian mau duduk, berdiri, posisi pose seperti bintang iklan, dan beragam posisi yang lain bisa kalian lakukan.
Bagi yang suka ngudud, ngopi, plus membaca buku tempat ini bisa jadi rekomendasi. Kegiatan rasan-rasan progresif yang dibalut dengan diskusi, juga bisa dilakukan.
Baik, Nabs. Jika kalian penasaran, sila berkunjung ke sana. Mengingat kali ini kita membahas tempat nongkrong dengan nuansa akulturasi tiga budaya, sebagai penutupnya juga kalimat dari tiga budaya. Gulo santen gulo kelopo, cukup semanten atur kulo. Xie Xie. Danke. And thank you for your attention.