Ikatan cinta, dalam hal ini, adalah cinta yang terikat dengan pengetahuan; sebentuk perpaduan antara pengetahuan Barat dengan hikmah Timur.
Bukan. Tulisan ini bukan hendak mengulas salah satu tontonan di salah satu televisi swasta yang saat ini sedang digandrungi khalayak. Namun, tentu saja, pemilihan judul disengaja agar memunculkan impresi menarik bagi pembaca. Tentu saja, harapannya tidak hanya impresi pada judul, tetapi pada isi.
Berpasang-pasangan, sebagai konsekuensi dari perbedaan, merupakan hukum yang mutlak berlaku di sepanjang zaman dan segala sudut penjuru kehidupan dunia. Sebagai hukum, kepastian berlakunya tidak memiliki kedaluwarsa, sampai purnanya kehidupan itu sendiri. Baik dalam level mikrokosmik sub-atomik, maupun dalam skala makrokosmik.
Kejadian berpasangan ini akan melahirkan keindahan dalam bentuk saling tarik-menarik; saling berinteraksi; saling berhubungan; saling membutuhkan. Tanpanya satu pasangannya, tentulah kehidupan akan pincang. Tidak genap. Tidak utuh.
Lantas, apa pasangan dari cinta? Benci tentu akan dipikih sebagai jawaban. Tidak salah, sebagaimana philatos dan neikos dalam ajaran filosof Yunani Kuno sebagai daya pengubah yang mampu membangunkan dan menghancurkan. Tulisan ini akan mengetengahkan pasangan lain dari cinta, selain benci.
“Pengetahuan bersemayam dalam pikiran, tempat cinta adalah hati yang sadar-jaga,” tulis Mohammad Iqbal dalam Javid Namah. “Selama pengetahuan tak sedikit juga mengandung cinta, adalah itu hanya permainan sulap Si Samiri; Pengetahuan tanpa Ruh Kudus hanya penyihiran,” pungkas Iqbal.
Cinta dan pengetahuan. Hati dan akal yang senantiasa terjaga dan penuh kesadaran adalah pasangan yang saling melengkapi. Cinta tanpa pengetahuan akan berjalan tertatih-tatih; sebaliknya pengetahuan tanpa cinta akan berjalan dengan kegelapan.
Cinta kepada pengetahuan akan melahirkan kombinasi yang saling mendukung. Di tangan cinta, pengetahuan akan memiliki basis pijakan yang kokoh untuk landasan pengembangannya. Dengan cinta, tidak akan putus energi dan motivasi untuk mencari dan mengembangkan pengetahuan. Sebaliknya, dengan pengetahuan, cinta akan memperoleh argumen dan pembenaran logis atas apa yang dirasakannya.
Cinta dan pengetahuan yang diproduksi secara sinergis antara hati dan akal akan mengupayakan terus-menerus hadirnya kebenaran dan kebaikan. Hadirnya kebenaran dan kebaikan adalah ujung dan pangkal pengembangan manusia. Cinta yang semestinya, sebagaimana juga pengetahuan, berkomitmen yang sama perihal kebenaran dan kebaikan.
“Jangan tanya akal Anda tentang wanita yang hendak Anda jadikan pendamping. Pastilah akal Anda akan menunjukkan kekurangannya,” tulis M. Quraish Shihab dalam bukunya Pengantin Al-Qur’an mengutip nasihat sahabatnya. “Tapi tanyailah hati. Jika ia menjawab positif, walau tak bulat, maka tugaskan akal mencari pembenarannya,” pungkas beliau.
Ikatan cinta dengan pengetahuan adalah sebentuk ikatan yang saling membutuhkan. Cinta yang berikatan dengan pengetahuan adalah sebentuk keunggulan pengetahuan Barat dengan hikmah Timur.