Selama 3 musim terakhir ini, Persibo berkompetisi di Liga 3 Jatim dengan status sebagai klub professional. Persibo jadi satu-satunya klub berbentuk perseroan terbatas yang tampil di Liga 3 Jatim yang notabene adalah kompetisi amatir.
Nasib Persibo Bojonegoro masih belum jelas pada musim 2020 ini. Padahal, pergelaran Liga 3 Jawa Timur 2020 semakin dekat. Jika tak segera bersiap, upaya untuk promosi ke Liga 2 bakal kembali terhambat.
Silang sengkarut mengenai nasib Persibo Bojonegoro terus saja berlanjut. Ketidakjelasan di tubuh tim Persibo menimbulkan banyak prahara.
Satu dari sekian prahara adalah pemboikotan yang dilakukan kelompok suporter Drago Tifoso Curva Nord. DTCN siap memboikot Persibo jika tak ada pergantian manajemen.
Drago Tifoso merasa manajemen Persibo yang dipimpin oleh Abdullah Umar dan Sally Atyasasmi telah gagal dalam 3 tahun terakhir. Karena itu, kelompok suporter beraliran Ultras tersebut menginginkan adanya perubahan.
Tak bisa dipungkiri bahwa ketidakjelasan Persibo ini turut dipengaruhi oleh masalah finansial yang mendera. Untuk bisa promosi ke Liga 2, dibutuhkan dana yang sangat besar.
Saat pertemuan dengan para suporter awal 2019 lalu, Abdullah Umar dan Sally Atyasasmi sudah mempersilahkan jika ada yang mau mengelola Persibo. Mereka pun mengaku siap “melepas” Persibo.
“Kami persilahkan bagi yang mau mengelola Persibo. Mau melakukan investasi, beli saham, atau bagaimana, kami persilahkan,” ujar Abdullah Umar saat pertemuan dengan para suporter awal 2019 silam.
Salah satu opsi yang bisa dipilih agar Persibo bisa tetap hidup adalah kembali jadi klub amatir. Dengan begitu, Persibo bisa dikelola oleh Askab PSSI Bojonegoro untuk mendapatkan dana dari APBD.
Ketika berada di bawah naungan Askab PSSI, Persibo bisa mendapatkan kucuran dana dari Pemerintah Kabupaten Bojonegoro. Menurut regulasi, klub yang berstatus amatir memang berhak mendapatkan dana dari APBD, melalui KONI.
Ketua Asosiasi Provinsi Jawa Timur, Ahmad Riyadh pernah mengatakan jika klub amatir boleh menggunakan dana APBD untuk menjalankan roda organisasi.
“Karena amatir, jadi boleh menggunakan dana APBD. Ini sesuatu yang sah untuk pembinaan. Tapi harus disesuaikan dengan kemampuan daerahnya,” ujar Ahmad Riyadh.
Selama 3 tahun terakhir ini, Persibo berkompetisi di Liga 3 Jatim dengan status sebagai klub professional. Persibo jadi satu-satunya klub berbentuk perseroan terbatas yang tampil di Liga 3 Jatim yang notabene adalah kompetisi amatir.
Awalnya semua terlihat baik-baik saja bagi Persibo. Persoalan muncul ketika manajemen membutuhkan banyak dana untuk terus berkompetisi. Karena minimnya sponsor yang masuk, manajemen Persibo harus terus memutar otak untuk menggerakkan roda organisasi.
Dengan kembali ke Askab, setidaknya masalah finansial Persibo Bojonegoro bisa sedikit teratasi. Meskipun tak ada jaminan dana yang besar atau garansi promosi langsung ke Liga 2 ketika Persibo Bojonegoro kembali ke Askab.
Kita tunggu saja Nabs, langkah apa yang akan diambil oleh semua pemangku kebijakan untuk mengatasi permasalahan yang mendera Persibo Bojonegoro ini. Apakah tetap melaju sebagai klub professional, atau kembali ke pangkuan Askab dan jadi klub amatir.