Jurnaba
Jurnaba
No Result
View All Result
Jurnaba
Home Kultura

Bahaya Mbah Google, Apakah Ini Kamu Temukan di Mesin Pencari?

Ani Anggraeni by Ani Anggraeni
December 19, 2019
in Kultura
Bahaya Mbah Google, Apakah Ini Kamu Temukan di Mesin Pencari?
Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan Ke WA

Siapa sih yang nggak kenal Mbah Google? Sosok si mbah yang kayaknya secara tidak sadar sering disembah. Seolah-olah nggak bisa hidup tanpa si mbah. Hari-hari garing rasanya jika si mbah absen.

Sejak tiga dekade terakhir, Google memenangkan top of mind mesin pencari di jagad maya. Bahkan kehadirannya mengalahkan browser, tempat kita mengetik alamat situs.

Saking percayanya sama Google, kita lebih suka dipilihkan dari pada memilih mengetik alamat sendiri hingga tuntas. Dominasi Google semakin menggila saat meluncurkan android.

Kehadiran android menggeser banyak platform dan bahkan meruntuhkan perusahaan raksasa seperti BlackBerry dan Nokia. Apalagi pasar sedang diserang hape china secara membabi gila. Dan semuanya berbasis android.

Melalui hape android inilah “Oke Google” menggurita. Seolah semua persoalan bisa diselesaikan oleh si Oke yang bukan Oce itu. Bagi kamu pengguna fanatik Iphone, mungkin ini agak terdengar beda.

Kamu masih berkutat dengan Mas Mbak Siri yang sok-sok bule kota itu. Jika kamu coba hape android, mungkin kamu akan kaget mendapati Mbak Oke Google yang super sok tahu itu.

Menurut saya, Oke Google ini berbahaya untuk anak-anak. Pada konteks tertentu, anak akan lebih memilih nanya hape ketimbang ayah bundanya yang masih menggunakan jawaban “pamali” atas semua pertanyaan yang sulit dari anak.

Tanpa rasa keibuan, si Mbak Google akan menjawab apa saja pertanyaan anak tanpa saringan. Dan memang, kembali lagi saringannya adalah orang tua itu sendiri. Tapi apa daya, anak-anak kids zaman now sudah pada pegang hape semua.

Baiklah. Untuk anak, bisa kita bendung melalui kontrol orang tua. Lalu bagaimana untuk orang dewasa atau remaja yang sudah kadung percaya Mas, Mbak, atau si Mbah Google sedemikian rupa. Kepercayaan yang terlampau tinggi. Hingga harapan pun digantungkan padanya.

Saat stuck dalam obrolan, nggak nyambung dalam sebuah percakapan. Akui saja, kita sering memalingkan pandangan ke hape dan buka Google, lalu ketik soal tadi. Misalnya dalam sebuah obrolan tentang hukum agama. Kita akan cenderung mencari lewat kolom pencari si Mbah.

Saat mau menulis, mencari referensi, kita bangunin si Mbah. Saat lapar di tengah-tengah kota orang lain, kita buka si Mbah. Saat mau merencanakan liburan, kita buka si Mbah.

Saat kita mau nyanyi, kita buka si Mbah. Saat anak panas, sang bunda buka si Mbah. Bahkan saat mau begituan, akui saja, ada di antara kalian yang buka si Mba. Ya kan..

Dalam hitungan detik, si Mbah akan langsung memberikan jawaban. Lebih tepatnya memberikan referensi jawaban. Mencarikan website, artikel, foto, konten video, atau lainnya yang berasal dari situs-situs PILIHAN si Mbah. Nah, di sini lah bahayanya.

Kata PILIHAN sengaja saya bikin kapital. Supaya kita sadar bahwa dari sekian banyak yang kita cari, kita sudah DIPILIHKAN oleh si Mbah. Bisa jadi jawabannya benar, relevan, dan akurat. Bisa juga jawabannya keliru, sesat, dan tidak relevan, tapi masuk akal.

Persoalannya. Pertama, terkadang kita ingin cepat. Sehingga yang paling pertama yang kita pilih. Lebih parah jika malas mencari hingga pilihan terakhir. Padahal, bisa jadi jawaban yang kita butuhkan ada di urutan terakhir.

Kedua, ada di antara kita yang belum tahu kebenaran dan pembandingnya. Sehingga jawaban itu dianggap benar. Ketiga, Google tidak menampilkan jawaban yang benar dan akurat sesuai pertanyaan kita.

Persoalan pertama ada pada mekanisme Search Engine Optimization (SEO) yang dipakai si Mbah. Ini artinya, situs yang menang SEO lah yang akan tampil paling atas, paling pertama terlihat, dan “paling dianggap relevan”.

Sedangkan, situs yang tidak ramah SEO dan kalah strategi dalam menarik hati mesin si Mbah, akan berada di urutan buncit. Bahkan mungkin tidak muncul sama sekali. Padahal bisa jadi sumber itulah yang seharusnya kita dapatkan.

Belum lagi situs yang bayar ke si Mbah. Jelas dia akan ditampilkan paling atas. Di sini mungkin, secara naif bisa saya katakan: kebenaran kalah dengan uang.

Jangan heran, karena Google memang perusahan iklan. Saya anggap keliru jika orang bilang bahwa Google perusahaan teknologi. Sesungguhnya dia adalah biro iklan.

Persoalan kedua. Ada dan bahkan banyak para pengusaha konten yang jahat. Mereka membuat website penuh dengan data palsu. Celakanya, orang-orang ini sangat jago dalam SEO.

Mereka pandai menempatkan websitenya di urutan paling atas dan paling depan. Karena kita sangat percaya dengan Mbah Google, dengan sangat polosnya kita buka dan kutip website ini. Berbahaya sekali.

Apa sih motif mereka membuat ini? Banyak. Ada yang murni mencari cuan dari AdSense, ada yang sengaja ingin merusak jagad informasi tentang topik tertentu, ada juga yang motifnya ideologi dan agama. Beragam alasan ini terangkum dalam barisan yang sama: para penjahat.

Persoalan ketiga, dan ini sangat klasik. Yaitu tingkat literasi kita masih rendah. Minat baca masih minim. Sehingga malas mencari referensi pembanding.

Jangankan cari pembanding, baca satu artikel sampai tuntas saja malas. Ibarat orang bodoh pegang senjata mesin. Bisa membahayakan diri dan juga orang di sekitarnya.

Persoalan di atas belum membahas soal kepercayaan yang menjadi keyakinan. Ada orang-orang yang meyakini bahwa Google adalah tuhan. Mereka menamakan agamanya sebagai Googlism.

Mereka punya pengikut dan bahkan punya gereja virtual berlabel Church of Google. Setidaknya ada 9 alasan yang mereka kemukakan untuk memperkuat argumennya.

Dan sampai sekarang mereka terus mencari alasan-alasan lain. Dan memang selalu ada alasan. Seperti saat kamu mencari alasan ketika ditanya kenapa terlambat datang. Hehe.

Menjawab persoalan-persoalan ini, setidaknya tiga hal yang harus kita lakukan. Pertama, tingkatkan curiosity dan skeptisme. Sehingga ada upaya untuk tidak langsung percaya dan kemudian bergerak mencari pembanding.

Kedua, harus ada si Mbah lainnya yang menandingi Google. Seperti Baidu di Tiongkok, misalnya. Atau ada alternatif lain yang menggunakan mekanisme berbeda yang lebih fair menyikapi jagoan-jagoan SEO.

Ketiga, dan ini yang paling fundamental. Perkuat basis literasi. Membaca buku, membaca banyak referensi. Membangun critical thinking lewat kajian dan forum diskusi literasi.

Tentu ini tidak mudah. Diperlukan kolaborasi dan sinergi semua lini, semua generasi, semua instansi. Kesadaran perusahaan lewat Google Initiative ini juga patut diapresiasi.

Meski itu tak sebanding dengan madharatnya. Pemerintah juga harus jeli dan terus mengawasi. Meski pada akhirnya kembali ke diri sendiri. Ya, diri kita ini. Siapa lagi?

Tags: BrowserGoogleInternet

BERITA MENARIK LAINNYA

Menerawang Khasiat Bunga Telang: Si Serbaguna dari Bumi Anglingdharma
Kultura

Menerawang Khasiat Bunga Telang: Si Serbaguna dari Bumi Anglingdharma

March 1, 2021
Memaknai Anime Attack on Titan sebagai Pegangan Hidup
Kultura

Memaknai Anime Attack on Titan sebagai Pegangan Hidup

February 10, 2021
Review Film The Call: Berdamai dengan Masa Lalu
Headline

Review Film The Call: Berdamai dengan Masa Lalu

February 7, 2021

REKOMENDASI

Panggil Saja Aku, Jum

Panggil Saja Aku, Jum

March 2, 2021
Menerawang Khasiat Bunga Telang: Si Serbaguna dari Bumi Anglingdharma

Menerawang Khasiat Bunga Telang: Si Serbaguna dari Bumi Anglingdharma

March 1, 2021
Sarapan penuh Kehangatan 

Sarapan penuh Kehangatan 

February 28, 2021
Menghelat Diskusi Santai Perihal Perempuan

Menghelat Diskusi Santai Perihal Perempuan

February 27, 2021
Datangnya Kilang Minyak dan Fatamorgana Masa Depan

Datangnya Kilang Minyak dan Fatamorgana Masa Depan

February 26, 2021
Saatnya Membantah Teori Sejarah The Great Man Theory

Saatnya Membantah Teori Sejarah The Great Man Theory

February 25, 2021

Tentang Jurnaba - Kontak - Squad - Aturan Privasi - Kirim Konten
© Jurnaba.co All Rights Reserved

No Result
View All Result
  • HOME
  • PERISTIWA
  • KULTURA
  • DESTINASI
  • FIGUR
  • CECURHATAN
  • ALTERTAINMENT
  • FIKSI AKHIR PEKAN
  • SAINSKLOPEDIA
  • TENTANG
  • KONTAK

© Jurnaba.co All Rights Reserved