Wacana merger Persibo Bojonegoro dengan salah satu klub Liga 2 Indonesia ditanggapi dengan serius oleh para suporter. Ada yang mendukung penuh rencana manajamen tersebut. Tapi tak sedikit yang menentang dan memberikan penolakan kerasnya.
Upaya untuk menaikkan Persibo ke kasta yang lebih tinggi terus dilakukan. Meski gagal di babak regional Jawa Timur, manajemen Persibo terus mencari cara alternatif. Salah satunya dengan merger atau akuisisi klub Liga 2.
Wacana merger pertama kali muncul dari Humas Persibo, Ibnu Muttaqin. Ibnu menyatakan jika manajemen Persibo akan berusaha untuk mencari cara terbaik agar Laskar Angling Dharma bisa naik kasta ke Liga 2 Indonesia.
“Manajemen sampai sekarang masih mencari klub bisa diakuisisi. Doakan saja agar semua dipermudah, demi kemajuan Persibo ke depan,” ungkap Ibnu Muttaqin.
Ibnu bahkan mengaku sudah melalukan komunikasi dengan beberapa klub Liga 2. Namun proses merger tak bisa langsung dilakukan karena manajemen akan meminta pendapat dan masukan dari beberapa pihak. Termasuk suporter, pemerintah daerah, serta PSSI.
Rencana manajemen untuk naik kasta dengan cara “jalan pintas” mendapat beragam tanggapan dari para suporter Persibo. Ada yang setuju. Namun ada pula yang tidak.
Salah satu suporter yang setuju dengan wacana merger adalah Maulana Hasan. Ia mendukung penuh rencana manajemen untuk akuisisi klub Liga 2.
“Sudah saatnya Persibo naik kasta. Saya dukung proses merger, karena Liga 3 bukanlah tempat Persibo,” ujar pemuda yang biasa menyaksikan Persibo di tribun utara Stadion Letjen H. Sudirman tersebut.
Hasan menambahkan jika tak masalah jika langkah manajemen ini disebut sebagai jalan pintas. Karena pada dasarnya, merger atau akuisisi klub di Liga Indonesia itu sudah biasa.
Pendapat berbeda dikemukakan oleh Prima Dicky. Suporter Persibo yang kini tinggal di Gresik tersebut tidak setuju dengan rencana merger yang didengungkan oleh manajemen. Menurutnya, ini sangat bertolak belakang dengan semangat Persibo yang dikenal punya etos kerja keras yang tinggi.
Di sisi lain, Prima juga khawatir jika identitas Persibo dan Bojonegoro nantinya pudar setelah melakukan merger. Sejarah panjang Persibo Bojonegoro pun dipertaruhkan.
“Apakah ada jaminan ke depan bahwa identitas Persibo dan Bojonegoro akan tetap ada? Kalau langkah ini diambil akibat dari sakit hati berkepanjangan gara-gara gagal promosi melalui Liga 3, saya tidak setuju,” ujar Prima.
Lebih lanjut, Prima juga mempertanyakan dana dan rencana jangka panjang terkait wacana merger ini. Menurutnya, jangan sampai upaya ini dilakukan tanpa persiapan yang matang. Akan sangat konyol jika setelah sukses merger dan tampil di Liga 2, Persibo malah tampil loyo dan nantinya terdegradasi ke Liga 3 lagi.
Perdebatan dan dialektika tentang wacana merger Persibo Bojonegoro dengan klub Liga 2 akan terus mengemuka. Setidaknya sampai awal 2020, di mana keputusan merger atau tidak bakal diambil oleh manajemen Persibo.