Maulid Barzanji merupakan kitab populer di Nusantara. Kitab berisikan kisah perjalanan Rasullulah SAW, puji-pujian, serta doa-doa tersebut, dikarang Wali Besar bernama Sayyid Jafar Al Barzanji.
Tidak hanya dijadikan bacaan ketika merayakan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Maulid Barzanji juga dijadikan rutinan setiap malam Jumat atau malam Senin oleh mayoritas masyarakat Indonesia, terutama warga Nahdliyin.
Tulisan ini merupakan bagian dari rangkaian berseri: Biografi Ilmiah Para Wali dan Dzuriyah Nabi.
Kitab Maulid Barzanji tersebar ke pelosok negeri, mulai dari Jazirah Arab hingga Tlatah Nusantara. Bahkan, sampai saat ini, banyak dijumpai masyarakat muslim Indonesia yang menghafalnya.
Kitab Maulid Barzanji, sebenarnya memiliki judul ‘Iqdul Jauhar fî Maulidin Nabiyyil Azhar, yang disusun untuk meningkatkan rasa cinta kepada Nabi Muhammad SAW. Namun lebih masyhur disebut Maulid Barzanji, dengan penisbatan nama pada sang penulis.
Biografi Sayyid Al Barzanji
Sayyid Jafar al Barzanji bernama lengkap Sayyid Zainal Abidin Jafar bin Hasan bin Abdul Karim al-Husaini asy-Syahzuri al-Barzanji (1716-1763 M). Beliau ulama besar keturunan Rasulullah SAW lewat jalur Sayyid Baqir bin Sayyid Zainal ‘Abidin.
Baca Juga: Seri Waliyullah Penulis Kitab Aswaja yang Lainnya
Beliau lahir di Madinah. Dan saat wafat, dimakamkan di Pemakaman Baqi, menjadi satu dengan para keturunan Rasulullah SAW yang lain (Muhammad al-Qhat’ani, Maulidul Barzanji Tashih wa I’tinâ’, halaman 12).
Menurut Syekh Nawawi Al Bantani, nasab yang dimiliki Sayyid Jafar Al Barzanji kelak akan menjadi penyelamat di akhirat dari siksa neraka dengan segala kesengsaraannya. (Madârijus Shu’ûd ilâ Iktisâ’il Burûd, [Semarang, Thoha Putra], halaman 3).
Sayyid Ja’far al Barzanji tumbuh besar dengan keilmuan. Semua waktu digunakannya untuk mencari ilmu, menghafal Al-Qur’an, dan menghafal hadits sekaligus memahaminya.
Dalam catatan sejarahnya, Sayyid Ja’far menghafal Al-Quran 30 Juz kepada Syekh Ismail al-Yamani dan ditashih kepada Syekh Yusuf al-Asha’idi. Setelah Al-Qur’an dihafalnya, ia mulai belajar ilmu tafsir Al-Qur’an dan hadits. Selanjutnya mempelajari berbagai cabang-cabang ilmu lainnya pada para ulama di Masjid Nabawi.
Di antara guru-guru Sayyid Jafar Al Barzanji adalah; Syekh ‘Atha-Allah bin Ahmad al-Azhari, Syekh Abdul Wahab ath-Thanthawi al-Ahmadi, Syekh Ahmad al-‘Asybuli dan ulama besar lainnya. Setelah semua cabang ilmu Islam dipelajari olehnya, ia menjadi ulama yang sangat alim yang diakui keluasan ilmunya oleh berbagai ulama.
Setelah perjalanan panjang dan melelahkan dalam menuntut ilmu, Sayyid Ja’far al-Barzanji menjadi mufti (ahli fatwa) mazhab Syafi’iyah di Madinah, yaitu saat usianya mencapai 31 tahun, sebagaimana disampaikan oleh Syekh Muhammad al-Qhat’ani:
Artinya, “Dan pada umur 31 tahun, Sayyid Ja’far al-Barzanji menjadi mufti ulama mazhab Syafi’iyah di kota Madinah al-Munawwarah, dan juga menjadi khatib di Masjid Nabawi yang mulia.” (Al-Qhat’ani, Maulidul Barzanji Tashîh wa I’tinâ’, halaman 12).
Sayyid Ja’far al-Barzanji merupakan ulama yang punya suara merdu, tampan rupawan, mulia perilakunya, sangat sopan, tinggi cita-citanya, bersungguh-sungguh ketika membahas ilmu, dapat dipercaya. Karenanya banyak orang meminta pendapat dan fatwa kepadanya karena keluasan ilmunya.
Syekh Abil Fadl Muhammad Khalil bin ‘Ali al-Muradi menyifati Sayyid Ja’far sebagai figur kharismatik yang sangat mulia dan sangat alim, dan satu-satunya ulama luar biasa pada zamannya. Syekh Al-Muradi mengatakan:
Artinya: “Ia (Sayyid Ja’far al-Barzanji) adalah ulama Madinah, bermazhab Syafi’i, seorang syekh, orang mulia, alim, orator ulung, satu-satunya yang menguasai berbagai cabang ilmu, mufti para syadah mazhab Syafi’iyah di Madinah an-Nabawiyah. Ia juga menjadi satu-satunya ulama (yang memenuhi kriteria tersebut) pada zamannya.” (Silkud Durâr fî A’yânil Qurûnits Tsâni ‘Asyar, [Beirut, Dârul Basyâ-iril Islâmiyyah, cetakan ketiga: 1988], juz I, halaman 293).
Kealiman Sayyid Ja’far Al Barzanji dapat dilihat dari berbagai karyanya, di antaranya: Mukhtashar Dlau-ul Wahhaj fî Qisshatil Isrâ’ wal Mi’râj, al-Ghusnul Wardi fî Akhbâris Sayyidil Mahdi, Jaliyyatul Karbi bi Akhbâri Ashâbi Sayyidil ‘Ajami wal ‘Arabi, an-Nafhud Darriji fil Fathil Jannati, Ithâful Barâyâ li ‘Iddatil Ghazawâti was Sarâyâ.
Selain itu juga Kitab Idlâ-at Darâri li Irsyâdissari ‘alâ Shahîhil Bukhâri, ar-Raudlul Mi’thâr, al-Bar’ul Ajil bi Ijâbatis Syekh Muhammad Ghafil, al-Janid Dani fî Manâqibis Syekh Abdil Qadîr al-Jîlâni, Iltiqâthuz Zahri min Natâ-ijir Rihlati was Safari, hingga ‘Iqdul Jauhar fi Maulidin Nabiyyil Azhar alias Kitab Maulid Barzanji.