Jangan menilai buku dari sampulnya. Sepertinya, kalimat ini berlaku bagi semua benda. Karena berwujud, maka penampilan menjadi hal utama yang diperhatikan.
Entah bernyawa atau tidak. Kalimat ini memiliki sinergi kuat untuk sebuah penampilan.
Khususnya manusia, tampilan selalu menjadi hal utama. Mulai dari ujung rambut hingga ujung kaki. Semua diperhatikan agar bisa menarik perhatian. Demi predikat good looking, manusia berlomba-lomba merias dirinya.
Rapi, klimis, necis menjadi momok utama tampilan rambut. Bahkan tak jarang kamu melihat para pesohor selalu berganti model rambut. Demi menyejukan mata mereka yang memandanginya.
Nabs, untuk urusan rambut, tentunya tak lepas dari minyak rambut. Sebenarnya, banyak sekali macam minyak rambut. Mulai dari gel, oil, foam hingga wax. Peran minyak rambut sangat besar guna menata kerapian dari rikma.
Udah tahu belum, model rambut pompadour dikenalkan lewat tampilan Elvis. Penataan rambut model Elvis, juga tak terlepas dari peran minyak rambut. Minyak rambut yang digunakan kita kenal dengan nama pomade.
Pomade sudah lama hadir di Indonesia. Ada 2 nama pomade yang melegenda di Indonesia. Yaitu Rita dan Tancho. Memasuki 2010, ombak dari pomade muncul lagi. Di situlah model rambut pompadour dan slick back terangkat kembali.
Bojonegoro juga banyak pengguna pomade. Kiprah pomade juga dibarengi dengan menjamurnya barbershop. Memasuki 2013, pomade ramai diburu di Bojonegoro.
Para pria tampak berseragam dengan potongan rambut yang sama. Hingga lahirlah semboyan “Gak klimis gak mbois.”
Layaknya pemuda pria pada umumnya. Gaya rambut slick back juga menjadi pilihan Condro Guritno. Untuk memperindah penampilan, Condro juga menggunakan pomade.
Akhir 2012, Condro Guritno sudah menggunakan pomade sebagai pelengkap gaya rambutnya. Gaya rambut ini, dipiliih karena fleksibel. Mau tampil formal ataupun santai, gaya rambut slick back cocok untuk segala suasana.
Dengan kejelian membaca situasi dan kondisi, dia tidak hanya menggunakan. Pria 27 tahun itu juga pernah berjualan pomade. Ombak dari ramainya pomade, digunakan Condro untuk mengasah kemampuan bisnisnya.
“Awal 2013 mulai berjualan pomade, join sama teman. Jual pomade lokal dengan harga yang bersaing”, kata Condro.
Karena kesibukan masing-masing. Akhir 2014 Condro mengakhiri program jual pomade online miliknya. Di samping itu, Condro kurang yakin kalau jualan pomade onlinenya bisa menjadi Unicorn. Namun, sampai sekarang, Condro tetap bersetia menggunakan pomade.
Sebagai pengguna pomade, Condro berkisah, awalnya, dia sudah tidak senang dengan gaya rambut acak-acakan. Akhirnya, Condro memilih gaya rambut slick back. Tentunya, dilengkapi dengan penggunaan pomade.
“Cocok untuk semua suasana, mergawe aman, ngopi iso, salat yo rapopo,” ujar Condro sembari melempar tawa.
Kini dengan campur tangan kreativitas anak bangsa, Pomade mengalami inovasi yang luar biasa. Banyak produk pomade lokal ikut bersaing dengan produk pomade import.
Mulai dari inovasi pomade warna. Wangi aroma pomade. Hingga material yang melahirkan oilbased dan waterbased.
“Makin bervariasi sih. mulai dari macam-macam scent-nya . Material pembuat pomade juga macam-macam. ditambah produk-produk tambahan juga lebih lengkap,” ujar Condro sebagai penutup obrolan.
Nah nabs, jadi jangan gundah dan gelisah. Saat kamu disindir teman dengan kalimat slebore podo kabeh (gaya rambutnya sama semua). Tidak bisa dipungkiri. Tatanan rambut slick back dengan penggunaan pomade. Sampai sekarang masih bertahan dan menjadi trend kalangan milenial.
Selain tampilan kamu menjadi rapi. Tatanan rambut klimis juga cocok untuk segala suasana. Terlebih menjadikan kamu percaya diri di hadapan bos bahkan calon mertua. Gak klimis gak mbois. Salam pomade pride.