Hari Anak Internasional yang jatuh pada 20 November ini mengajak kita untuk sesaat menengok kembali dunia anak. Tujuannya, agar kita lebih paham dalam menghargai dimensi anak-anak. Di Bojonegoro, ada aktivis dunia anak yang aktif bergerak di lorong imajinasi anak-anak.
Dunia anak identik dengan aktivitas bermain. Bermain bagi anak menjadi hal paling menyenangkan. Selain melatih keaktifan gerak, bermain juga dapat melatih kemampuan berpikir dan berimajinasi. Seorang anak yang sering bermain bersama teman-temannya akan meningkatkan kemampuan dalam pengembangan diri.
Sekitar tahun 90-an, masih banyak tempat-tempat bermain untuk anak-anak. Misalnya lapangan untuk sepak bola, lompat tali, petak umpet dan lainnya. Namun, belakangan ini sudah jarang sekali ditemukan lapangan tempat bermain. Banyak lahan-lahan yang diisi bangunan atau dibiarkan tak terurus.
“Ada sih beberapa, tapi kebanyakan harus bayar sewa tempat.” kata Agung Ridduwan, aktivis dunia anak sekaligus pendiri Perpus Gatda dan Les Basa.
Agung merupakan pemuda yang sangat peduli dengan perkembangan anak-anak di sekitarnya. Ia sering membuat pergerakan dan juga terobosan untuk membantu anak-anak untuk menyalurkan bakat dan juga potensinya.
Menurut Agung, banyak potensi anak di bidang seni dan olahraga. Atlet-atlet yang berprestasi di ajang nasional juga banyak yang berasal dari Bojonegoro. Bahkan, beberapa kali atlet asal Bojonegoro mewakili Indonesia di event internasional.
“Mereka butuh tempat bermain dan menyalurkan bakat dan wahana untuk unjuk gigi.” tambah Agung.
Agung menyatakan bahwa seharusnya seorang anak tidak melulu harus belajar, tapi juga bermain yang ada unsur belajarnya. Seperti yang dilakukannya saat mendampingi anak-anak lingkungan rumah.
Ada tempat bernama Sanggar Gatda yang digunakan Agung untuk mengembangkan potensi anak-anak di sekitarnya. Di sana, Agung mengajak anak didiknya untuk belajar membaca puisi, bernyanyi, teater, pantomime, oklik, jaranan dan banyak lagi di tempat tersebut.
Di Sanggar Gatda tersebut, terdapat 40 – 60 anak dari usia pra sekolah hingga SMP. Mereka semua diajak bermain untuk menggali minat dan bakat yang mereka miliki sejak dini. Di sana, anak-anak dilatih untuk berani tampil agar lebih percaya diri dihadapan orang lain. Jika sudah terlihat minat dan bakatnya, nantinya akan diajak latihan secara serius.
Selain itu, kerap kali Agung juga datang ke CFD di Alun-alun Bojonegoro untuk membuka lapak perpustakaan keliling. Selain mengajak membaca, dia juga mendongeng dan mengajak anak-anak belajar menggambar dan mewarnai.
Menurutnya, saat ini jarang anak-anak yang mendapat cerita dan dongeng. Padahal, bercerita dan medongeng merupakan cara belajar yang disukai anak. Mereka dapat mengasah kemampuan interaksi sosial
Selama ini, tujuannya menggerakkan anak-anak untuk bermain sekaligus belajar adalah supaya anak mampu berproses. Bukan hanya mencapai hasil terbaik dari belajarnya. Setelah seorang anak terus berproses dalam belajar, mereka akan mampu mendapatkan peningkatan atas dirinya sendiri.
“Pencapaian anak-anak bukanlah prestasi, tapi merasa nyaman belajar.” tungkas Agung.
Potensi dan bakat anak-anak bisa tersalurkan dengan baik lewat metode yang tepat. Cara yang digunakan oleh Agung bisa menjadi contoh dalam mengembangkan bakat dan potensi anak secara nyaman dan maksimal.