Di Indonesia, tanggal 9 Maret diperingati sebagai Hari Musik Nasional. Tanggal tersebut bertepatan dengan hari kelahiran pencipta lagu Indonesia Raya, Wage Rudolf Soepratman.
Beberapa musisi Indonesia merayakan hari musik nasional 9 Maret 2020 dengan caranya masing-masing. Ada yang “sekadar” berucap lewat media sosial, ada pula yang merilis lagu di hari yang sakral bagi para musisi tanah air tersebut.
Apa yang paling menonjol dalam industri musik Indonesia pada 2020 ini? Tentu variabelnya cukup banyak. Namun satu di antara yang paling kentara adalah pemanfaatan medium digital untuk mengenalkan bahkan menjual karya.
Berbeda dengan zaman dulu, sekarang cukup mudah untuk mempromosikan karya. Berbagai medium muncul dan digunakan. Mulai dari Youtube, Spotify, Soundcloud, bahkan media sosial macam Facebook dan Instagram.
Saat ini, berbicara tentang musik nasional tak bisa dilepaskan dari berbagai macam medium dan oerangkat digital. Berkat aneka aplikasi atau medium digital zaman sekarang, musisi tanah air bisa melakukan ekspansi. Tak heran jika musisi-musisi yang tinggal di daerah bisa mencuat ke permukaan.
Pemanfaatan medium digital seperti Youtube, Spotify hingga berbagai mesia sosial ternyata cukup berpengaruh dalam mengerek popularitas musisi di Indonesia.
Contoh nyatanya adalah bagaimana musisi campursari asal Solo, Didi Kempot mampu membius generasi muda Indonesia pada 2019 lalu. Popularitas Didi Kempot meroket tajam usai namanya sering diperbincangkan di media sosial sebagai The Godfather of Broken Heart.
Generasi muda di Indonesia terpesona dengan lagu-lagu Didi Kempot. Padahal, hampir semua lagu Didi Kempot berbahasa Jawa. Siapa sangka, jika Didi Kempot jadi idola muda-mudi Indonesia lewat musiknya yang beberapa tahun lalu mungkin kerap dianggap “kampungan”.
Menanjaknya popularitas Didi Kempot membuat sejumlah musisi dengan gaya dan genre serupa juga ikut terangkat namanya. Contohnya adalah Denny Cak Nan dan Abah Lala. Hampir mirip dengan Didi Kempot, keduanya digilai oleh anak muda dengan musik campursari dengan lirik berbahasa Jawa. Bedanya, akselerasi Denny Cak Nan dan Abah Lala tak semasif Didi Kempot.
Contoh lain adalah kemunculan trio GAC yang terdiri dari Gamaliel Audrey Cantika. Grup tersebut berawal dari project Youtube pada 2008. Mereka melakukan cover terhadap lagu-lagu yang sudah lebih dulu populer. Mayoritas adalah lagu dari mancanegara.
Karena cukup populer di Youtube, GAC pun mendapatkan tawaran rekaman dari label besar Indonesia. Setelah itu, nama GAC kian berkibar dan makin dikenal oleh pencinta musik tanah air. Mereka pun mampu mengeluarkan lagu-lagu yang digemari anak muda Indonesia, seperti Bahagia, Satu dan Suara.
Memanfaatkan berbagai medium digital untuk mempromosikan karya musik memang sebuah keniscahyaan. Ini tentu jadi sesuatu yang bagus bagi industri musik Indonesia. Dengan begitu, tak terjadi sentralisasi industri musik. Karena, musisi dari berbagai daerah bisa didengarkan karyanya tanpa harus “menaklukkan” Jakarta dan kota besar lainnya terlebih dulu.