Hari Raya Nyepi yang jatuh hari ini, Kamis (7/3/2019), mengawali Tahun Baru Saka 1941. Nyepi, tentu berasal dari kata sepi, sunyi atau hening. Nyepi adalah proses pergantian, dari kehidupan lama menuju kehidupan baru.
Nyepi yang lahir dari kata sepi atau hening, mengajarkan kita untuk memprioritaskan hidup dalam suasana damai yang hening nan harmonis. Nyepi hadir sebagai oase di tengah hiruk pikuk dunia yang kian riuh.
Tahun baru selalu identik dengan keriuhan dan keramaian. Namun Nyepi, memaknai pergantian tahun tidak hanya pada proses perayaan. Melainkan tahap evaluasi dan permenungan.
Sebab evaluasi teramat dekat dengan sepi. Dan terlalu jauh dari suasana yang riuh. Melalui Nyepi, manusia mengevaluasi kembali relasi antara manusia dengan manusia, manusia dengan Tuhan, serta manusia dengan alam.
Melalui menyepi dan merenung, manusia dan semesta bersama-sama mencari keseimbangan dan memperbaiki relasinya. Sebab jika manusia rusak, alam semesta pasti rusak.
Nyepi juga menjadi jeda dari hari-hari yang terlalu mengagungkan materi. Momentum ini ibarat angin segar bagi manusia yang saat ini dilabeli dengan modernitas. Tidak terlepas dari gaya hidup yang disetir oleh teknologi.
Label sebagai manusia modern menjadikan kita terborgol dengan gadget. Gadget dan segala aliran informasinya yang tidak semuanya baik.
Di Bali, hal ini juga difasilitasi oleh berbagai pihak. Majelis Agama dan Keagamaan Provinsi Bali meminta agar pemerintah memadamkan internet selama 24 jama ketika Nyepi berlangsung.
Pemadaman internet ini juga mendukung pemadaman listrik di pulau Dewata. Sebab dalam Nyepi, kita juga harus membangun ambience yang mendukung. Distraksi merupakan kerikil ganjalan bagi suatu proses perenungan.
Dengan dihapusnya distraksi sementara, Nyepi bisa menjadi kesempatan untuk berhenti sejenak. Melangkah ke samping, dan melihat segalanya dari perspektif yang baru.
Bahwa sepi dan kesepian adalah ruang paling tepat untuk mengevaluasi diri. Mengendapkan masalah. Sekaligus merenungi apa-apa yang salah.
Nabs, hidup adalah kesepian masing-masing. Tidak ada kesepian yang abadi, layaknya tidak ada keriuhan yang abadi. Jika hari ini kamu kesepian, rayakanlah! dengan merayakan kesepian, kau akan merasakan betapa nikmatnya keramaian.