Nabsky, yuk obral-obrol soal sejarah. Karena selalu ada yang bisa kita petik dari kisah manusia di segala penjuru dunia. Nah, tanggal 16 Desember adalah hari bersejarah bagi Afrika Selatan.
Tanggal ini diperingati sebagai Hari Rekonsiliasi. Sebagai momentum mengenang perjuangan menghapus politik apartheid.
Politik apartheid adalah sebuah sistem politik yang bersifat memisah dan rasial. Politik ini diberlakukan sejak 1948 di Afrika Selatan. Akibatnya politik ini ras kulit hitam mengalami pembatasan dalam hak-hak hidupnya. Baik dalam hak politik, ekonomi, bahkan sosialnya.
Pembatasan yang rasial itu juga membentuk tata kehidupan yang diskriminatif. Ras kulit hitam mendapatkan peraturan khusus di tempat umum. Pendidikan dan jenis pekerjaan diatur berdasarkan ras.
Bahkan, pada tahun 1950 diberlakukan pemisahan kawasan tempat tinggal. Di luar kawasan tersebut, kaum berkulit hitam harus selalu membawa paspor.
Muncul berbagai bentuk penentangan terhadap politik Apartheid. Salah satunya adalah dari African National Congress (ANC), yaitu partai politik yang digawangi oleh ras kulit hitam yang berpendidikan tinggi.
Salah satu pejuang ANC adalah Nelson Mandela, yang kemudian menjadi presiden kulit hitam pertama di Afrika Selatan.
16 Desember sebenarnya adalah sebuah refleksi dari beberapa momentum bersejarah. Diantaranya adalah perang tahun 1838, pembentukan tentara bersenjata milik ANC tahun 1961, hingga demonstrasi dan protes besar. Semuanya bertepatan pada tanggal 16 Desember.
Perjuangan ras kulit hitam melawan politik apartheid dilakukan selama bertahun-tahun. Segala bentuk upaya dilakukan. Dari protes damai, sabotase, hingga perlawanan bersenjata.
Perjuangan ini mencapai hasilnya pada tahun 1994, ketika Nelson Mandela menjabat menjadi presiden Afrika Selatan.
Nah, Hari Rekonsiliasi dikenang sebagai momentum berdamai. Pertama, momentum berdamainya ras kulit putih dan kulit hitam. Kedua, momentum berdamainya rakyat Afrika Selatan secara keseluruhan dengan sejarah diskriminasi rasial yang kelam.
Ada yang menarik dari peringatan ini, Nabs. Bagaimana gesekan antara ras kulit putih dan kulit hitam kemudian diakhiri dengan ‘rekonsiliasi’. Nah, Nabsky pernah nonton film Mandela: Long Walk to Freedom?
Di film tersebut, ada satu pesan yang ditekankan oleh Mandela. Bahwa yang diperjuangkan bukanlah kemenangan ras kulit hitam terhadap ras kulit putih. Perjuangan sesungguhnya adalah melawan politik apartheid yang diskriminatif.
Mandela kemudian membuat hukum dan kebijakan yang tidak membedakan ras. Bahkan, Mandela juga mengupayakan tidak adanya represi bagi ras kulit putih.
Sekali lagi, Nabs, yang diperjuangkan adalah dihapuskannya politik rasial. Bukan perjuangan memamerkan cakar ke kelompok lain.
Melalui Hari Rekonsiliasi, sejarah Afrika Selatan juga mengajarkan tentang memaafkan masa lalu. Setelah hari-hari yang penuh ketegangan, dan sejarah yang kelam. Kita perlu untuk pelan-pelan berdamai dengan mereka yang dulu kita anggap lawan.
Memaafkan dia yang pernah melukai perasaanmu juga bagian dari rekonsiliasi lho, Nabs. Huft.
Tidak ada yang salah dengan menjalin sebentuk hubungan baru dengan lawan. Tentunya, hubungan yang lebih kooperatif ya. Apalagi, sekarang kita sedang dipanas-panasi oleh aura Pilpres. Mungkin saat ini kita akan terlibat pada perjuangan memenangkan satu pihak, Nabs.
Tapi jangan lupa, bahwa Pilpres itu sementara. Siapapun yang menang, nantinya kita juga harus berdamai dengan kebijakan-kebijakan pemimpin kedepannya. Sedangkan pertemanan itu kita butuhkan selamanya, Nabs. Jadi, siap-siaplah untuk berdamai dengan siapapun yang dianggap lawan, yha. Hehe.
Termasuk pegiat politik di Bojonegoro, nih. Hehe. Bendera partai untuk persiapan nyaleg sudah berkibar. Tapi jangan sampai bendera partai lebih tinggi dari bendera persatuan. Foto paling coblos-able sudah terpampang. Tapi jangan sampai raut muka jadi spaneng. Apalagi mencureng kalau ketemu partai sebelah.