Percayalah, kejombloan ini hanya proses investasi demi kebahagiaan kita dan pasangan kita kelak.
Belum punya pasangan bukan berarti tidak punya pasangan. Sebab, seperti angkutan umum, pasangan datang menunggu waktu yang tepat. Tapi, harus diakui, dalam proses menanti, banyak hal memicu ketersiksaan sosial bagi para penyandang jomblo.
Padahal, kalau mau jujur, jomblo lebih memiliki kapasitas untuk berkegiatan secara bebas. Berkarir secara lunas. Dan berjejaring secara luas. Hanya jomblo yang bisa kemana saja tanpa diatur-atur agenda yang tidak jelas.
Mumpung masih jomblo, berpikirlah secara damai terhadap dirimu sendiri. Tidak ada yang salah denganmu, dengan kehidupanmu. Semua baik-baik saja. Kamu punya banyak waktu untuk melakukan banyak hal. Kamu punya banyak waktu untuk belajar banyak perihal tentang berbagai macam soal.
Sendiri memang terasa ganjil. Sebab ganjil memang tidak genap. Namun, percayalah, dengan berteman kesendirian, apa yang kamu pikirkan jauh lebih murni dan original daripada hanya nyinyir pada aktivitas berpacaran orang lain.
Mumpung masih jomblo, harusnya kita lebih positif memandang kehidupan. Tuhan tidak mungkin menciptakan momen jomblo tanpa sebab. Status jomblo yang kita sandang saat ini adalah kesempatan emas untuk menjadi pribadi yang produktif, imajinatif dan efektif menjalani hidup.
Berpacaran, sekilas memang terasa nikmat dan genap. Tapi, jika tidak dikelola dengan visi yang jelas, berpacaran hanya memperbesar pengeluaran tanpa memicu income yang jelas. Dan (seharusnya) hanya jomblo yang bisa memahami kondisi tersebut. Sebab, saat berpacaran, kau tak akan pernah menyadarinya.
Mumpung masih jomblo, jangan hanya cemburu pada giat berpacaran orang lain. Sebab, setiap pantik cemburu bakal menghina dirimu sendiri. Jomblo yang masih suka cemburuan, ibarat sudah jatuh tertimpa rumah dua lantai: tidak punya pacar dan sering terluka akibat melihat orang lain berpacaran.
Padahal, seharusnya, status jomblo adalah momentum menunjukkan keistimewaan pada orang lain. Tunjukkan bahwa dirimu lebih kece dan lebih elegan daripada mereka yang sudah berpacaran. Dengan apa? Tentu, dengan menjadi pribadi yang produktif.
Seorang jomblo yang produktif jauh lebih mulia dibanding mereka yang sudah berpacaran tapi konsumtif. Dan siapa tahu, dengan menjadi produktif, banyak kandidat pasangan bakal menghampirimu. Sebab, saya percaya, semua perempuan di seluruh dunia ini tahu bahwa lelaki produktif jauh lebih layak dijadikan suami daripada lelaki konsumtif.
Jomblo yang budiman, Tuhan sengaja memberi status jomblo pada kita agar kelak kita tahu betapa nikmatnya memiliki pasangan. Jomblo adalah momentum agar kita mempersiapkan diri. Baik secara mental, finansial hingga spiritual.
Karena itu, mumpung masih jomblo, mari kita memproduksi banyak hal. Sehingga, kelak ketika pasangan yang kita nanti-nantikan itu telah didatangkan, tidak hanya kita yang bahagia, tapi pasangan kita juga bakal lebih bangga. Percayalah, kejombloan ini hanyalah proses investasi demi kebahagiaan kita dan pasangan kita kelak.
Diposting pertama pada 3 November 2018
Comments 2