Ketipung serupa gitar bagi instrumen musik urban. Tanpa ketipung, tak akan ada dangdut di muka bumi.
Dangdut koplo Kontemporer (Dankop) memang sedang meranting berkecambah hingga naik daun. Hanya, kekaguman akan Dankop masih terkesan malu-malu. Ini karena Dankop pernah identik sebagai musik ndeso dan kurang gaul.
Tapi, hal itu tak berlaku bagi Heru Kristian. Pria 27 tahun itu, memang menyukai dangdut koplo sudah sejak lama. Bahkan sebelum Yeni Inka dan Nella Kharisma sepopuler saat ini. Bagi dia, menyukai dangdut koplo adalah bagian dari uri-uri budaya.
“Kalau saya lebih ke mempertahankan tradisi, dengan tetap mengikuti zaman”. Kata lelaki akrab disapa Kris itu.
Kris memang menyukai musik Dangdut Kontemporer. Namun, secara khusus, dia piawai dalam memainkan alat musik ketipung. Kris, bahkan identik dengan alat musik tabuh tersebut. Ia kerap dijuluki Lelaki Ketipung.
Bagi Kris, dalam hal musik, semua punya sisi indie dan ideal masing-masing. Baginya, musik indie yang sesungguhnya adalah dangdut. Terutama dangdut koplo yang kini kerap didengar di warung-warung kopi itu. Sebab, ia ideal dan segmented bagi orang-orang tertentu.
Itu yang membuat Kris bangga disemat sebagai seorang ketipunger. Sebab, jika ada drumer, tentu tak masalah jika ada istilah ketipunger sebagai nama keren penabuh ketipung.
“Ketipung dan drum itu mirip. Bedanya hanya konsep sosial dan istilah saja”. Kata Kris yang juga seorang mantan drummer itu.
Bahkan tak jarang, tiap pergi ngopi atau sekadar nongkrong, dia selalu membawa ketipung untuk dimainkan. Layaknya para musisi yang suka membawa gitar kesana-kemari, Kris suka membawa ketipung.
Kris memang punya riwayat ahli dalam memainkan musik tabuh. Jauh sebelum memainkan dan mendalami ketipung, Kris seorang drummer. Semasa usia SMP, Kris memiliki grup band dan memainkan musik-musik rock.
“Dulu waktu SMP punya band. Saya main drum”. Kata dia.
Semasa SMP, Kris sangat suka musik-musik rock dan funk. Musisi dan band seperti Bondan Prakoso Fade to Black adalah grup musik yang kerap dia dan teman-temannya mainkan saat latihan. Di saat itupun, Kris sudah sangat identik dengan alat musik drum.
“Makanya saat ini lebih dekat sama ketipung”. Ungkap dia.
Kris bercerita, dia mulai mendalami ketipung setelah sebelumnya bisa main drum. Pada 2010, dia mulai serius menyukai ketipung. Tak hanya suka, tapi juga mempelajari dengan telaten.
Untuk urusan main ketipung, Kris mengaku sangat terinspirasi sosok Cak Juri, penggebuk kendang OM Sonata. Dari Cak Juri pula, dia mulai menemukan bahwa suara ketipung dan kendang, sesungguhnya akrab dengan telinganya.
Hal ini diperkuat dengan lingkungan yang cukup mendukung. Cak Novi, penabuh kendang OM Adella, masih terhitung saudaranya. Dia pun banyak belajar dari sosok Cak Novi. Tiap kali Cak Novi manggung, dia ikut di belakang Cak Novi.
“Saya juga banyak belajar dari Cak Novi Adella”. Kata Kris.
Dari Cak Novi, Kris mulai bisa main ketipung, tak hanya asal suka. Tapi benar-benar sesuai kaidah permainan ketipung profesional. Ketipung yang tak hanya pelengkap nada, tapi punya aura sekaligus bernyawa.
Banyak yang kelak menyamakan Kris dengan Cak Novi. Selain cara bermain yang mirip, prejengan Kris juga menyerupai sang idolanya tersebut. Hal itu yang menjadikan Kris, di dunia perketipungan, kerap dijuluki Cak Novi Bojonegoro.
Kris mengaku, sejak kecil memang suka dengan segala alat musik berbasis tabuh. Jauh sebelum dia main band dan jadi drummer grup band sekolah, Kris sudah bisa bikin drum mainan. Dia pernah menyulap jirigen, kayu, dan kaleng kerupuk menjadi seperangkat durung lengkap dengan bermacam fungsinya.
” Makanya pas SMP bisa langsung main drum tanpa latihan”. Katanya sambil tertawa mengenang.
Kris mulai ikut main kendang/ketipung secara profesional pada 2018. Awalnya diajak main di hajatan dan nikahan orang. Sampai sekarang, sejumlah ajakan main ketipung di hajatan juga masih kerap dia terima.
Mulai bangkitnya musik-musik dangdut koplo kontemporer memang membawa nama penabuh ketipung kembali berada di udara. Sebab, ketipung adalah ruh utama musik Dankop. Tanpa ada ketipung, musik dangdut tak pernah ada di dunia.
Sampai saat ini, dia sering diminta memainkan musik-musik dangdut modern. Keberadaan YouTube juga membuat eksistensi Dankop kian cepat berkembang. Dankop tak lagi jadi musik ndeso, tapi jadi bagian dari khazanah generasi urban perkotaan.
Kris mengaku, kendang atau ketipung memiliki suara yang khas. Suara yang di telinga orang Jawa, amat easy listening. Sebab, menurut Kris, leluhur kita sudah mengenalnya, jauh sebelum drum hadir di tanah Nusantara. Ini yang menjadikan ketipung selalu enak didengar telinga orang Jawa.
Lelaki yang bisa memainkan hampir semua jenis kendang dan ketipung ini mengatakan, bermain ketipung itu seperti berolahraga. Tapi di saat yang sama, juga mempertahankan budaya leluhur agar terus awet melintasi zaman. Baginya, bermain ketipung itu menyehatkan sekaligus mulia.
“Menyehatkan seperti berolahraga, tapi juga mulia karena mempertahankan budaya leluhur”. Ucapnya.
Kris menambahkan, masa depan musik dangdut cukup bagus. Sebab, kemasan dan fashionnya selalu bisa diperbaharui sesuai zaman. Sementara ruhnya tak pernah berubah sejak dulu kala.