Sejauh ini, hutan identik ruang menyeramkan dan berhantu. Tapi percayalah, di dalam hutan menyeramkan itu, ada berkah Tuhan berupa keindahan, keteduhan dan kasih sayang.
Nabs, Tuhan tidak menampakkan keindahan secara polosan. Kadang, untuk melihat keindahan dan kebaikan, kita harus mampu menyibak hijab penutupnya terlebih dahulu.
Hutan adalah satu di antara banyak berkah dari Tuhan. Meski, hingga saat ini, hutan masih selalu berkesan sebagai ruang seram tempat bermukimnya para hantu. Padahal, andai kau tahu, ia adalah pelindung bumi dan pemasok nafas hidup.
Seperti kita tahu, hutan banyak memberi manfaat pada dunia. Salah satunya, hutan sebagai paru-paru dunia. Tetap terjaganya ekologi adalah satu dari banyaknya peran positif hutan bagi umat manusia.
Karena itu, hutan harusnya jadi sumber daya alam yang dijaga. Tanpa hutan, bumi menjadi gersang dan tak ada keteduhan. Belum lagi keindahan hutan sebagai alam liar. Yang banyak menampung kehidupan bagi makhluk sekitar.
Keseimbangan alam terjaga akibat hutan. Hasil hutan juga bisa dinikmati manusia. Seperti halnya di Bojonegoro. Hasil hutan menjadi ikon kota. Meski, kepedulian masyarakat pada hutan patut dipertanyakan.
40 persen wilayah Bojonegoro adalah hutan. Bojonegoro terkenal akan kayu jatinya. Daerah Margomulyo misalnya, terdapat banyak pengrajin akar kayu jati. Sebab, hasil hutan Bojonegoro memang melimpah.
Nah, ketika kita banyak menggunakan hasil hutan, lalu, apa yang telah kita berikan pada hutan, Nabsky? Belum ada kan ya —- bahkan jika itu sekadar perhatian belaka.
Dengan banyaknya kebaikan yang diberikan hutan, tidak adil jika kita hanya menjadikan hutan sebagai tempat menyeramkan. Nabs, harusnya kita bisa menjaga kelestarian hutan. Sebagai imbal balik dari apa yang hutan berikan pada kita.
Sudah banyak juga yang menjadikan hutan sebagai tempat rekreasi. Seperti salah satu hutan pinus yang pernah dijadikan tempat konser. Mungkin nantinya hal semacam ini juga akan menular ke Bojonegoro.
Hutan tidak lagi menjadi seram namun nampak menyenangkan. Bisa dijadikan tempat hiburan alam. Atau mungkin menjadi tempat event. Terlihat seru kan, Nabs, bisa berpesta dalam hutan.
Sebagai manusia, kita harus melestarikan hutan sebagai sumber daya alam. Sebaliknya, hutan juga telah menjaga kita. Seperti terhindar dari banjir dan tanah longsor. Andaikan hutan gundul, entah apa yang terjadi dengan daerah sekitarnya.
Namun sayang, karena sikap buruk manusia, fungsi hutan sebagai paru-paru dunia mulai menipis. Karena banyaknya hutan yang dialih fungsikan menjadi sebuah lahan. Hingga bermunculan banyak raksasa rumah kaca yang menyebabkan pemanasan global.
20 Maret sebagai Hari Kehutanan Dunia ini, alangkah baiknya jika kita saling menjaga dan sudi mengingatkan. Dalam karya pun, kita juga bisa ikut serta dalam menjaga hutan lho.
Seperti band rock Boomerang. Pada 2012, Boomerang merilis album bertajuk reboisasi. Karena rasa kepeduliannya dengan alam dicurahkan pada sebuah karya. Kepedulian dengan hutan juga di lakukan oleh fans Boomerang di Bojonegoro.
Boomers Bojonegoro mengadakan acara reboisasi seperti halnya album Boomerang. Saat acara anniversary Bommers Bojonegoro pada 2016 silam. Mereka mengadakan kegiatan reboisasi di salah satu lahan yang ada di Bojonegoro.
Seperti halnya manusia, hutan adalah makhluk hidup. Ia butuh ditemani dan diperhatikan. Jangan biarkan dia mati dan hilang gara-gara kurang mendapat perhatian. Sesekali, ajak hutan ngopi dan berdiskusi. Ia butuh itu. Butuh diajak berkomunikasi.
Kalau bukan kita siapa lagi yang akan menjaga kelestarian hutan. Maka dari itu mari kita jaga, lestarikan dan lindungi bumi kita. Agar kelak kehidupan berikutnya tetap terjaga dan terlaksana. Selamat Hari Kehutanan ya, Nabs.