Saat ini sudah banyak sekolah dengan program tahfids. Namun, masih jarang yang menekankan pada sifat-sifat huruf dan kefasihan. MI Irsyadusy Syubban satu di antara yang jarang itu.
Meski tergolong sekolah lama, program tahfidz di MI Irsyadusy Syubban tergolong baru. Tepatnya 3 tahun lalu. Namun, prestasi didapat, sudah cukup istimewa. Sejauh ini, program tahfidz Irsyadu Syubban sudah meluluskan 70 siswa setingkat SD yang hafal juz 30.
Meski tergolong sekolah lama, program tahfids di MI Irsyadu Syubhan tergolong baru. Tepatnya 3 tahun lalu. Namun, prestasi didapat, sudah cukup istimewa. Sejauh ini, program tahfids Irsyadu Syubhan sudah meluluskan 70 siswa setingkat SD yang hafal juz 30.
Wakil Kepala MI Irsyadusy Syubban, Didin Sirojuddin M. Pd.I mengatakan, pada tahun ajaran 2019/2020 misalnya, pihak lembaga sudah meluluskan 64 siswa. Para siswa tak sekadar hafal, tapi paham tajwidul huruf dan makrifatul wukuf. Ini yang jarang dan istimewa. Sebab, sejauh ini, lembaga tahfiz hanya fokus pada kuantitas hapalan.
“Kalau di sini, kefasihan jadi unsur yang sangat diperhatikan dan diprioritaskan.” Imbuh ustad yang sering disapa Pak Didin tersebut.
Sementara pada tahun ajaran 2020/2021, kata Pak Didin, ada 11 siswa yang mampu hafal Juz 30 beserta tajwidul huruf dan makrifatul wukuf. Hanya, karena kondisi korona, intensitas belajar cukup terganggu. Sehingga eksplorasi cukup sulit dilakukan.
Meski begitu, lembaga yang berdiri di bawah payung Yayasan Ahmad Diponegoro Ar-Robayani tersebut, ungkap Didin, berusaha konsisten meski terkendala korona. Satu upaya agar tetap konsisten adalah, adanya murobi (pendamping khusus) yang home visit ke rumah siswa.
Untuk diketahui, program tahfids di Irsyadusy Syubban ada murobi khusus. Yang mana, tugasnya ngemong dan menemani siswa mendedar hapalan. Ini penting karena Irsyadusy Syubban punya target kefasihan.
Di Irsyadusy Syubban, kata Pak Didin, siswa tak hanya hapal, tapi harus paham tajwidul huruf dan fasih. Sementara murobi juga guru khusus yang punya sanad sampai ke Mbah Arwani Kudus. Sehingga, tak semua guru yang mengajar di M.I. Irsyadusy Syubban secara otomatis boleh menjadi murobbi, karena syarat menjadi murobbi harus lulus musyafahah terlebih dahulu.
Yang unik lagi dari Irsyadusy Syubban adalah, untuk santri level 1, setiap anak yang lulus, selalu ujian satu juz (juz 30) nonstop. Satu juz nonstop tanpa berhenti dulu. Sementara yang sudah level 2, 5 juz nonstop. Ini sebagai bukti bahwa hapalan mereka sudah matang.
Sementara salah seorang mudarris (pengajar), Arya Sabiila H.A. S.Sy menjelaskan, selain soal hapalan, satu hal yang tak kalah penting di Irsayadusy Syubban adalah kefasihan. Kefasihan amat diprioritaskan. Sebab biasanya, anak-anak bisa baca Qur’an hanya mampu baca tulisan Arab.
Penyuluh Agama di KUA Kecamatan Padangan tersebut menjelaskan, di Irsayadusy Syubban, tajwidul huruf dan makrifatul wukuf sangat dipahami para santri. Tiap huruf, seorang santri harus tahu sifatnya. Sehingga tak lagi sekadar lancar saja, tapi sifatnya bagaimana, juga harus tahu.
Sosok yang akrab dipanggil Gus Arya tersebut menjelaskan, selama pandemi ini, meski pembelajaran dilakukan di rumah, tak mengurangi kualitas belajar siswa. Justru, kesannya lebih hebat karena dilakukan di rumah. Murojaah subuh dan malam dilaksanakan di rumah.
“Yang paling keren, ini dilaksanakan di rumah. Bukan di pesantren. Ini titik tersulit. Jadi, melakukan pembelajaran ala pesantren tapi di rumah.” Imbuh pria yang juga Wakil Ketua Tanfidz MWC NU Padangan tersebut.
Sejauh ini, madrasah yang beralamat di Desa Kuncen Kecamatan Padangan tersebut, siswanya justru datang dari berbagai kecamatan sekitar. Seperti Purwosari, Ngraho, Kasiman hingga Cepu. Ini menunjukan bahwa kualitas program tahfidz memang jadi prioritas.