Kelurahan Sumbang Kota Bojonegoro terkenal ramai sejak jauh-jauh hari sebelum masa pra kemerdekaan. Di tempat ini, ada pabrik sebuah benda kecil yang diyakini sebagai kunci gerbang ke berbagai negara.
Sebuah gunung begitu indah apabila terlihat dari kejauhan, namun hal itu tidak berlaku pada proses pembuatan sebuah benda yang berfungsi sebagai kunci gerbang berbagai negara. Jika rumah memiliki pintu sebagai tempat masuk, setiap dunia (negara) memiliki batas-batas tertentu agar kita bisa masuk ke dalamnya. Diperlukan benda untuk membuka gerbang negara.
Benda ini wajib hukumnya untuk dibawa, dan benda ini, bisa dibuat di Bojonegoro. Proses pembuatan benda yang berfungsi sebagai kunci gerbang berbagai negara di dunia yang dimaksud adalah… paspor.
Benda tersebut bak kunci untuk membuka gerbang di setiap negara. Kalau tidak memiliki paspor, tidak diperbolehkan untuk berkelana lebih jauh di suatu negara. Proses pembuatan paspor tidak harus berada di kota-kota besar nun jauh.
Bojonegoro sebagai kota kecil yang terus tumbuh dan berkembang telah ada tempat untuk membuat buku yang wajib dibawa ketika berkunjung ke berbagai negara.
Buku yang sekilas mirip dengan buku nikah itu, setiap orang memiliki versi tersendiri tentang bagaimana mendapatkannya. Dan di setiap langkah yang kita lakukan, terdapat beragam ibrah yang bisa dipetik.
Begitupun dengan membuat paspor, wabilkhusus di Bojonegoro. Ada yang membuat paspor dengan menggunakan jasa orang lain, ada yang membuat secara indie, dan sebagainya.
Dari proses pembuatan paspor, terkandung beberapa nilai seperti niat, usaha, kesabaran, dan penjagaan.
Niat biasanya ada kerana hasrat. Niat ingsun gawe paspor krono ngangsu kaweruh, misalnya. Berarti proses pembuatan paspor dilakukan sebagai bekal untuk studi ke luar negeri. Contoh lain, niat ingsun gawe paspor krono plesiran, niat membuat paspor untuk jalan-jalan.
Apapun niatnya, jika tidak ada usaha, akan sirna begitu saja. Jadi harus ada niat plus usaha yang berjalan beriringan bak dua hati yang sedang kasmaran. Umponone ngene, Nabs, niat seneng bocahe, tapi gak enek deklarasi rasa tresno, yo bakale muspro, wqwqwq ~
Setalah niat dan usaha, ada biaya. Ingat semboyan Provinsi Jawa Timur, “jer basuki mawa beya” yang artinya kabeh gegayuhan mbutuhake wragad atau segala sesuatu membutuhkan biaya.
Begitupun dengan proses pembuatan paspor. Proses pembuatan paspor baru, kategori masyarakat secara umum; paspor biasa 48 halaman Rp. 350.000, paspor biasa 48 halaman elektronik Rp 650.000, dan ada layanan percepatan paspor selesai pada hari yang sama Rp 1.000.000 (layanan percepatan di luar penerbitan paspor).
Hmm..regane larang tenan, asem og….
Biaya itu berdasar tarif Penerimaan Nagera Bukan Pajak (PNBP) keimigrasian. Jadi persiapkan dulu Nabs, sebelum melangkahkan kaki ke tempat pembuatan paspor.
Bagi warga Bojonegoro dan sekitarnya, tidak usah jauh-jauh ke Surabaya. Karena di Bojonegoro sudah ada Unit Kerja Kantor (UKK) Imigrasi kelas I Tanjung Perak. Berada di jalan yang bernuansa kedinasan karena beberapa kantor kementerian dan sekolahan berdiri di sana. Mana lagi kalau bukan Jalan Pattimura, di bilangan STM Bojonegoro, Kelurahan Sumbang.
Kelurahan Sumbang ramai sejak dulu
Menurut beberapa dokumen sejarah, di Sumbang terdapat bekas pelabuhan; tentu ramai pada masanya. Tak pelak, hingga sekarang, jalanan itu masih akan selalu ramai, karena bekas pelabuhan.
Selain itu, di Sumbang pada masa pendudukan Belanda 1949, beberapa rumah pernah dijadikan sebagai markas tidak resmi pasukan TRIP dalam rangka bergerilya menghadapi pasukan Belanda.
Ini menjadi alasan kenapa Sumbang identik kawasan perkantoran. Kawasan sekolahan. Dan kawasan-kawasan yang intinya selalu berurusan dengan birokrasi dan pemerintahan.
Nabs, sebelum ke kantor imigrasi yang diresmikan tanggal 3 Februari 2018 oleh Kemenkumham itu, persiapkan beberapa persyaratan seperti; KTP, KK, dan akta kelahiran. Prosedurnya bisa melalui online via aplikasi dan offline dengan cara pemohon mengisi data yang disediakan oleh loket permohonan dan melampirkan dokumen persyaratan.
Harus sabar Nabs, apalagi kalau membuatnya bertepatan dengan musim haji. Setelah antre, penyerahan dan pemeriksaan kelengkapan, penginputan data oleh petugas imigrasi, pembayaran, apabila data lengkap lanjut ke loket selanjutnya; yaitu proses pengambilan foto, sidik jari, dan interview/wawancara.
Wawancaranya santai kok Nabs, kamu gak akan ditanya kapan kamu nikah? Berapa nomor induk siswamu? Siapa saja nama mantanmu? Kapan Jurnaba lahir di dunia? Kalau tujuan ke luar negeri untuk melakukan exchange program, studi banding, summer school, dan sebagainya pasti di-ACC. Namun kalau mau buat paspor dalam rangka meneruskan jejak Pablo Escobar, ya tak akan di-ACC, wqwqwq.
Oh ya, siapkan bukti pendukung seperti Letter of Acceptance (LoA) atau surat keterangan lain yang diperlukan. Anggap saja, jika waktu interview seperti ngopi dengan kawanmu, tepis anggapan birokrasi yang kaku dengan gaya bahasa casual yang santuy, hehehe.
Mekanisme penerbitan setelah wawancara adalah verifikasi dan adjudikasi. Proses itu semacam pelacakan data. Biometrics Matching System (BMS) untuk mencocokan sidik jari pemohon paspor dengan data induk yang akan diperiksa oleh bagian Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian (WASDAKIM).
Setalah dicek dan aman, paspor selesai dalam jangka waktu 3 hari setelah foto dan wawancara.
Mengingat paspor berlaku agak lama, macak seng matoh Nabs, hehehe. Jangan sampai foto paspormu membuat kecewa, dan nasibnya hampir sama dengan foto SIM maupun KTP, yang mak bedunduk jebret, dan jadinya kurang istimewah, wqwqwq. Apalagi ini dipakai tanda penganal juga bila nabsky berada di luar negeri.
Selesainya paspor itu bak cuaca nabs, tidak menentu. Kalau pas sepi biasanya cepat namun tidak bisa secepat kilat. Kalau lagi ramai dan banyak yang buat, ya agak lama, namun tidak se-lama studi kuliah yang hanya digunakan untuk meraih gelar sarjana kok. Di sinilah kesabaranmu diuji, namun setelah paspor jadi, rasa lelah ketika menunggu bisa terobati.
Apabila paspor sudah jadi, bisa dibawa pulang, dan menerima tanda terima. Juga siap digunakan untuk berkelana mengelilingi dunia yang fana dan penuh tanda tanya ini. Disinilah nilai menjaga suatu barang diuji. Bagaimana kamu merawatnya agar tidak momot ketika hujan menyapa, tidak kecipratan kopi dikala kamu bawa ngopi bersama doi, dan bagaimana cara paspor senantiasa ada, apabila dibutuhkan alias tidak hilang.
Perlu diketahui Nabs, saban negara memiliki bentuk paspor yang berbeda-beda. Paspor Indonesia yang berwarna hijau, dalamnya terdapat gambar keanekaragaman hayati Indonesia.
Ketika memasuki gerbang suatu negara, petugas imigrasi akan memberikan cap stempel di mana kamu menginjakkan kaki. Bisa juga dibuat sebagai bukti otentik bahwa kamu pernah berkunjung ke suatu negara.
Namun jangan gunakan itu sebagai tujuan utama, mengingat saban proses mengandung pelajaran yang bermakna plus berharga, tinggal kita mau berfikir mengabadikannya atau hilang begitu saja, tergilas zaman.