Jelang pemilihan umum, alat peraga kampanye dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) kerapkali dipasangi foto Gus Dur. Dalam banyak alat peraga kampanye PKB biasanya terdiri dari gambar logo partai, nomor urut, foto caleg dan foto ikonik Gus Dur.
Cukup beralasan jika alat peraga kampanye dari caleg PKB selalu memunculkan wajah Gus Dur. Pertama karena PKB itu sendiri adalah partai yang didirikan oleh Gus Dur. Kedua, Gus Dur adalah sosok yang paling identik dengan PKB sampai sekarang ini.
Uniknya, PKB yang sekarang berbeda dengan partai yang didirikan Gus Dur pada 1998 silam. Singkat cerita, Gus Dur merasa kalau PKB pimpinan Cak Imin bukanlah PKB yang sah. Gus Dur merasa dikhianati oleh keponakannya sendiri.
Saking murkanya, dalam wasiatnya sebelum meninggal, Gus Dur melarang fotonya dipakai untuk kampanye PKB, selamanya. Apakah wasiat Gus Dur itu dilaksanakan? Tentu saja tidak. Masih ada saja caleg PKB nakal yang memajang foto Gus Dur di alat peraga kampanye.
Pertanyaannya, kenapa caleg dari PKB tetap saja memasang foto Gus Dur di banyak alat peraga kampanye meski sudah dilarang?
Tujuan utamanya tentu saja menarik simpati masyarakat. Karena memang tak bisa dipungkiri bahwa Gus Dur adalah sosok yang dikenal dan dicintai masyarakat luas.
Gus Dur memang sudah tiada. Namun semangat dan nilai – nilainya tetap eksis sampai sekarang. Hal itulah yang membuat caleg PKB tetap saja pasang foto Gus Dur di alat peraga kampanye meski sudah dilarang keluarga mendiang Presiden RI ke-4 tersebut.
Gus Dur dan Propaganda Transfer
Dalam komunikasi periklanan, apa yang dilakukan caleg PKB itu bisa disebut dengan propaganda transfer. Secara sederhana, propaganda transfer adalah sebuah teknik untuk mempengaruhi orang lain dengan cara mengasosiasikan diri dengan simbol atau sesuatu yang punya pengaruh kuat.
Jika diperluas lagi, teknik propaganda transfer adalah upaya menggunakan pengaruh seseorang atau tokoh yang punya wibawa dan citra positif dalam lingkungan tertentu.
Dalam bukunya, Komunikasi Politik Indonesia, Asep Saeful Muhtadi menjelaskan bahwa pengambilan nama besar yang pernah menggariskan sejarah perpolitikan Indonesia pada dasarnya dapat disebut sebagai alat komunikasi politik. Tujuan utamanya untuk membangkitkan emosi primordial dari calon pemilih.
Gus Dur tentu adalah sosok yang punya pengaruh kuat. Dia juga jadi simbol dari banyak ide dan nilai yang positif di Indonesia. Dengan memasang foto Gus Dur, para caleg PKB berharap bisa mendapatkan efek yang positif secara langsung.
Para caleg tersebut berharap mendapatkan kesan toleran, cerdas, merakyat, pencinta plurarisme dan lain sebagainya. Semuanya demi tujuan memperoleh suara dari masyarakat, khususnya Gusdurian. Tentu bisa dibayangkan betapa dahsyatnya pengaruh dari Gus Dur meskipun sudah tiada.
Menurut dosen ilmu komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang, Nurudin, pada teknik propaganda transfer memang dibutuhkan sosok berpengaruh yang sangat kuat di sebuah lingkungan. Tujuannya agar komunikan lebih mudah terpengaruh secara psikologis.
Teknik yang biasa disebut juga dengan asosiasi ini memang kerap dipakai dalam pertarungan di pemilu di seluruh dunia. Di Amerika misalnya, kandidat calon presiden kerap berfoto dengan latar bendera Amerika Serikat.
Bendera Amerika Serikat digunakan sebagai simbol untuk menunjukkan patriotisme dari seorang capres. Karenanya, banyak capres yang sering berpose dengan latar bendera Amerika supaya kesan seorang patriot sejati terlihat.
Selain Gus Dur, tokoh lain di Indonesia yang kerap dipakai dalam propaganda transfer adalah Bung Karno. Sampai sekarang, wajah Presiden pertama Indonesia tersebut masih sering muncul di berbagai poster, baliho dan spanduk dari caleg PDIP.
Seperti Gus Dur, Soekarno masih dianggap sebagai tokoh politik besar dan berpengaruh di Indonesia. Ia dianggap punya nilai, gagasan dan kharisma positif sebagai seorang pemimpin. Bedanya, keluarga Soekarno tak melarang caleg PDIP memasang wajah sang proklamator tersebut di beragam alat peraga kampanye jelang pemilu.
Pada akhirnya, dalam urusan politik, apa saja akan dilakukan untuk mendulang suara. Kemenangan lebih diutamakan daripada etika. Meski sudah dilarang, penggunaan wajah atau foto Gus Dur pada alat peraga kampanye PKB mungkin akan terus terjadi.