Nabs, tahu nggak kalau kue rangin merupakan penganan ringan khas Bojonegoro yang kini mulai jarang diproduksi.
Kue rangin merupakan penganan jadul yang bisa ditemui di sejumlah tempat di Bojonegoro. Makanan yang punya kombinasi tekstur renyah dan lembut ini sangat cocok untuk dinikmati sambil minum kopi.
Seperti apa sebenarnya jajanan kue rangin ini? Yuk kita cari tahu bersama.
Anda penyuka jajanan tradisional? Dan ingin bernostalgia dengan cita rasanya? Di Bojonegoro ada jajanan berbahan baku parutan kelapa dan tepung ketan. Namanya kue rangin. Hmmm pasti tahu kan, Nabs?
Yang sering beredar ketika buyaran SD. Di daerah lain jajanan sejenis ini sering disebut kue rangin, kue rangi, kue pancong atau gandos.
Penjual kue ini, biasanya jarang menetap di satu tempat. Dengan memanggul pikulannya di pundak, mereka bergeser dari satu tempat ke tempat lain. Hingga adonan rangin yang ditempatkan di ember plastik habis terjual.
Orang Jawa Timur mengenalnya sebagai kue rangin atau kue gandos. Sementara di sebagian wilayah Jawa Barat menyebut kue penuh nostalgia ini, sebagai kue pancong.
Biasanya kue rangin ini terasa nikmat saat langsung disantap panas-panas begitu saja. Tapi hati-hati ya Nabs nanti lidahmu bisa lidasen.
Adonan rangin setelah diangkat dari cetakan, disajikan dan lalu ditaburi gula pasir. Cita rasa gurih akan menancap di lidah kalian. Hal Itu dikarenakan komposisi kelapa muda serut lebih mendominasi adonan ketimbang tepung beras.
Bahan kelapa inilah yang membuat cetakan kue tak perlu diolesi minyak atau mentega, yakni saat adonan dituangkan ke cetakan.
Sebetulnya, gula putih tak perlu lagi ditambahkan ke dalam adonan. Gurih, itu rasa pertama yang terasa di lidah begitu bersentuhan dengan kue rangin yang mirip kue pukis yang berasa manis.
Bedanya, kue rangin yang panjang berbaris enam tanpa putus ini lebih tipis dan pipih sehingga bisa dicetak lebih garing.
Satu di antara penjual kue rangin, Pak Warso, laki-laki asal Dander Bojonegoro, yang menjajakan rangin dengan gerobak biru itu.
Kepada Jurnaba.co ia menuturkan sudah 25 tahun berjualan rangin. Gerobak biru bertuliskan rangin 5758 maju mapan ini selalu standby sore hari ini di Pasar Dander.
“Jualan rangin itu tidak ada matinya, selain jualan saya juga ikut merasa melestarikan makanan tradisional ini”, ungkap Pak War.
Pak War mengawali jualan di kota Surabaya. Pria tua enam cucu ini dulunya menggunakan pikulan untuk berjualan, namun karena faktor usia, sekarang sudah beralih ke gerobak sepedah motor.
Pak War biasanya menjual dengan harga Rp 5 ribu satu loyang. Sekali mencetak yang dimasak dengan bahan kompor, bisa mengangkat 5 lajur kue rangin.
Kue rangin merupakan penganan jadul yang keberadaannya sudah langka. Beruntunglah jika kamu masih bisa menemuinya, atau membeli dan merasakan kenikmatannya.