Wacana penghapusan ujian nasional kembali mengemuka. Sosok yang memunculkan wacana tersebut adalah Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia, Nadiem Makarim. Melalui konsep Merdeka Belajar, Nadiem berencana untuk menghapuskan ujian nasional untuk SMP hingga SMA.
Perlu tidaknya ujian nasional sampai sekarang masih jadi perdebatan abadi. Ada yang percaya jika ujian nasional masih dibutuhkan sebagai parameter kelulusan seorang siswa. Namun tak sedikit yang merasa bahwa ujian nasional merupakan hal yang tak dibutuhkan lagi dalam sistem pendidikan Indonesia.
Dulu, ujian nasional memang dijadikan sebagai parameter kelulusan sebuah siswa. Jadi, semua sekolah di Indonesia, baik itu negeri maupun swasta harus mengikuti standar yang ditetapkan oleh pemerintah.
Seiring berjalannya waktu, ujian nasional tak lagi dijadikan sebagai parameter kelulusan. Ini terjadi karena desakan banyak pihak yang menganggap semua sekolah tak bisa disamakan standar penilannya. Meski begitu, ujian nasional tetap diadakan tiap tahunnya.
Kini, Nadiem Makarim yang ditunjuk oleh Presiden Indonesia Joko Widodo sebagai Mendikbud berencana untuk benar-benar menghapuskan ujian nasional.
Lewat konsep “Merdeka Belajar”, Nadiem bersama jajarannya akan menentukan kebijakan sistem pendidikan di Indonesia ke depan. Salah satu rencana utama dalam konsep “Merdeka Belajar” adalah menghapuskan UN.
“Penyelenggaraan UN tahun 2021, akan diubah menjadi Asesmen Kompetensi Minimum dan Survei Karakter yang terdiri dari kemampuan bernalar menggunakan bahasa (literasi), kemampuan bernalar menggunakan matematika (numerasi), dan penguatan pendidikan karakter,” ujar Nadiem seperti dikutip dari Kompas.
Nadiem akan mengubah UN menjadi Asesmen Kompetensi Minimun dan Survei Karakter. Tujuannya sekolah bisa menentukan sendiri standar penilaian kepada siswa-siswinya. Nadiem juga menegaskan jika tahun 2020 merupakan pelaksanaan UN untuk terakhir kalinya.
Untuk meningkatkan kualitas pendidikan, sinergi memang sangat dibutuhkan. Nadiem pun berharap pemerintah daerah dan pusat dapat bergerak bersama dalam memeratakan akses dan kualitas pendidikan.
Meski belum direalisasikan sepenuhnya, rencana Mendikbud baru ini menuai banyak tanggapan. Salah satunya dari Muhammad Nuril Huda. Siswa SMKN 3 Bojonegoro tersebut setuju dengan rencana penghapusan UN oleh Nadiem Makarim.
Nuril menjelaskan jika selama ini UN jadi momok yang menakutkan bagi siswa. Sudah saatnya menghapus sistem UN agar siswa terbebas dari berbagai tekanan.
“Saya setuju dengan penghapusan UN. Biar kita sebagai siswa bisa belajar lebih tenang dan tidak terbebani dengan standar penilaian dari UN itu sendiri,” ujar Nuril.
Tak semua siswa sependapat dengan rencana penghapusan ujian nasional. Ada pula yang memberikan penolakannya. Contohnya adalah Rizky Aqla.
Siswa yang bersekolah di SMAN 3 Bojonegoro tersebut tidak setuju dengan rencana dari Nadiem Makarim. Aqla berpendepat bahwa penghapusan UN bisa berdampak negatif terhadap semangat siswa.
“Tentang penghapusan UN oleh Mendikbud saya tidak setuju. Karena UN sebagai penentu kelulusan dan ujian akhir bagi siswa. Agar siswa tidak menyepelekan pelajaran yang diterima selama bersekolah,” ujar Aqla kepada Jurnaba.co
Pendapat Aqla ini tak terlalu berbeda jauh dengan mantan Wakil Presiden Indonesia, Jusuf Kalla. Menurut Kalla, penghapusan Ujian Nasional bisa membuat siswa-siswi jadi malas untuk belajar.
Keberadaan UN, menurut Kalla akan berdampak terhadap semangat siswa untuk belajar. Dengan begitu, kualitas anak didik otomatis terangkat dengan sendirinya.
“Kalau tidak ada UN, semangat belajar akan turun. Itu pasti. Itu menjadikan kita suatu generasi lembek kalau tidak mau keras, tidak mau tegas bahwa mereka lulus atau tidak lulus,” ujar Jusuf Kalla saat diwawancarai CNBC beberapa waktu lalu.
Pro kontra tentang penghapusan UN memang akan terus terjadi. Namun jika melihat langkah dan gerakan yang dilakukan Nadiem Makarim, penghapusan UN tak lagi jadi wacana. Cepat atau lambat, penghapusan UN akan dilakukan oleh Pemerintah Indonesia, melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.