Jurnaba
Jurnaba
No Result
View All Result
Jurnaba
Home Cecurhatan

Memaafkan Kota Jakarta

A. Farid Fakih by A. Farid Fakih
February 29, 2020
in Cecurhatan
Memaafkan Kota Jakarta
Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan Ke WA

Namun, dari waktu yang sedikit itu, saya tak ragu menunaikan saran Banda Neira: Maafkan Kota Jakarta!

Telah lebih dari delapan jam, tapi seorang bapak di depan saya tak kunjung bangun. Kepalanya menekuk, dan masker berwarna hijau menetap rapi di wajahnya.

Perjalanan kereta api Dharmawangsa Surabaya-Jakarta sukses membuat dia, saya, dan ratusan manusia lainnya terkapar capai dalam gerbong. Dan yang menyebalkan: satu-satunya jalan terbaik adalah menikmatinya dalam hening pasrah.

Imajinasi saya kian terbentang jauh dan merayapi apa saja di depan sana. Seperti, jika dalam perjalanan seperti ini saja pengorbanan besar musti dicapai, oh apakah ketika sampai, “penderitaan” ini akan beranak berlipat-lipat lagi?

Selagi berpikir begitu, saya melongok ke luar Jendela. Astaga, hujan turun deras-derasnya, pelangi muncul di langit Cirebon, dan kabar was-was banjir Jakarta menyeruak di media massa.

Di twitter, persoalan Jakarta menancap pada tangga teratas trending topic. Saya lanjut tidur, bapak di depan tak kunjung bangun, dan pemuda di samping saya menyerah juga pada aktivitas gadgetnya.

Jakarta di kepala saya kian menyeramkan saja. Orang-orang tak pernah capai bilang kata-kata kotor, dan di kereta keluhan busuk makin membanyak.

“Mohon maaf, kereta Anda saat ini tertahan di Stasiun Cakung. Dan harus menunggu antrean ke Stasiun Jatinegara,” kata petugas kereta yang membuat kami semua terbangun.

Memang, saya cukup terbelalak menyaksikan Bekasi terendam air. Rumah-rumah tak berdaya digilas banjir, dan kenestapaan makin menjadi-jadi.

Persoalan Jakarta, kita tahu, memang tak pernah sederhana. Banda Neira, sebuah band indie yang bubar beberapa tahun lalu, dalam senandungnya “Senja di Jakarta”, meminta segenap pendengar untuk:

//Nikmati jalan di Jakarta//
//Maafkan jalan di Jakarta//

Meski jelas tak bisa seramah itu, tapi rasanya saran Banda Neira perlu saya dengarkan. Soalnya, di kota impian para perantau tersebut, waktu tak pernah berhenti karena malam. Mereka melaju tanpa henti, dan lupa segalanya.

Impian besar perlu direbut, dijalani, dan kadang itu menjadikannya menyeramkan. Karena toh, sebagaimanapun usaha keras untuk mencapainya, tak pernah ada waktu untuk menutup mata.

**

Gedung-gedung bercokol tinggi, dan teman saya, Iqbal, menuntun ke titik-titik di sekitarnya: Monas, daerah Sudirman, Bundaran HI, sampai kawasan pasar penjual barang antik: Jalan Surabaya.

Di waktu bersamaan, di pedestrian, kaki-kaki melangkah cepat sekali. Kadang itu pula yang bikin saya malu, karena langkah saya tak lebih baik dari kecepatan siput.

Oh, ya, bagaimana mungkin saya lupa Kota Tua. Teman dekat saya yang baik, Saraswati, seksama menunjukan bagaimana orang-orang merayakan Jumatnya di sana.

Ada segerombol anak, saya rasa berusia TK, meluapkan kebahagiaan mereka di kawasan yang banyak museum tersebut. Sementara muda-mudi yang lain, memasrahkan dirinya pada panas matahari yang terbentang di pelataran.

“Mengapa di Jakarta orang-orang selalu bekerja keras? Mengapa langkah kaki mereka selalu cepat melangkah?” tanya saya kepada Saras, yang dibalas senyum yang menyimpulkan lesung di pipinya.

“Kau tahu, itu semua karena tuntutan. Di sini, orang-orang harus bekerja keras. Soalnya di sini biaya hidup juga mahal,” katanya dengan raut muka makin serius.

Penjelasannya ada benarnya juga. Saat pulang kerja, orang-orang di KRL akan berimpitan seperti bulir-bulir pada jeruk. Dan pemandangan itu, bagi orang yang besar di Surabaya seperti saya, oh amat menyeramkan.

Saya tak bisa lagi berkata-kata. Toh, belum genap satu minggu saya di sini. Namun, dari waktu yang sedikit itu, saya tak ragu menunaikan saran Banda Neira: Maafkan Kota Jakarta!

Tags: Banjir JakartaJakarta

BERITA MENARIK LAINNYA

Sisi Lain Obrakan: Pancasila, Indonesia Raya, dan Orang Amerika
Cecurhatan

Sisi Lain Obrakan: Pancasila, Indonesia Raya, dan Orang Amerika

January 15, 2021
Kelas Guratjaga dan Hakikat Membaca
Cecurhatan

Kelas Guratjaga dan Hakikat Membaca

January 14, 2021
Sebelas Januari dan Dua Nol Dua Satu
Cecurhatan

Sebelas Januari dan Dua Nol Dua Satu

January 13, 2021

REKOMENDASI

Memaknai Pedoman Hidup dan Sistem Sosial Masyarakat Samin Bojonegoro

Memaknai Pedoman Hidup dan Sistem Sosial Masyarakat Samin Bojonegoro

January 16, 2021
Siapa Bilang Berinvestasi Pasti Cuan?

Siapa Bilang Berinvestasi Pasti Cuan?

January 15, 2021
Sisi Lain Obrakan: Pancasila, Indonesia Raya, dan Orang Amerika

Sisi Lain Obrakan: Pancasila, Indonesia Raya, dan Orang Amerika

January 15, 2021
Kelas Guratjaga dan Hakikat Membaca

Kelas Guratjaga dan Hakikat Membaca

January 14, 2021
Koidahan dan Budaya Diskusi Ansor Kota Bojonegoro

Koidahan dan Budaya Diskusi Ansor Kota Bojonegoro

January 14, 2021
Fakta Ilmiah Mengapa Kita Menguap?

Fakta Ilmiah Mengapa Kita Menguap?

January 13, 2021

Tentang Jurnaba - Kontak - Squad - Aturan Privasi - Kirim Konten
© Jurnaba.co All Rights Reserved

No Result
View All Result
  • HOME
  • PERISTIWA
  • KULTURA
  • DESTINASI
  • FIGUR
  • CECURHATAN
  • ALTERTAINMENT
  • FIKSI AKHIR PEKAN
  • SAINSKLOPEDIA
  • TENTANG
  • KONTAK

© Jurnaba.co All Rights Reserved