Meski sangat klise dan membosankan dan terkesan sangat yesterday bagi kaum digital, ajakan mempelajari bahasa Inggris memang harus diulang-ulang.
Bahasa Inggris acapkali dianggap kurang penting bagi masyarakat ditengah-tengah kita, karena memang sudah banyak yang bisa dan sudah banyak yang tahu. Tapi, Indonesia menempati peringkat ke-51 dalam kecakapan Bahasa Inggris. Ini jauh dari Singapura, Malaysia dan Vietnam. Kok bisa?
Di Abad ke 19 ini bahasa inggris telah menjadi bahasa Internasional, tak kaget dalam mengakses informasi dunia, bahasa Inggris menjadi bahasa utama, apalagi dalam pengaplikasian teknologi, akses pendidikan dan hingga bahasa global di udara.
Kemajuan zaman saat ini tak bisa jauh dari teknologi informasi, di Indonesia masih banyak daerah daerah yang terjadi ketimpangan pendidikan, Realitanya di Jakarta hampir seluruh elemen mengakses informasi menggunakan gadget, gawai dan pelbagai lainnya, berbeda dengan di Desa, seseorang hanya dapat mendapat informasi dengan membaca buku, koran dan mengakses ruang-ruang informasi.
Secara konvensional, menambah wawasan dan informasi mungkin dapat dilakukan dengan membaca koran atau buku dan hal-hal umum yang sering kita ketahui, namun kemajuan teknologi informasi membawa ruang literasi menjadi lebih luas, dan salah satu satu hal yang akan menyelesaikan ketimpangan pendidikan adalah penyadaran akses teknologi informasi dan literasi digital.
Sebagai Generasi Gawl, kita sadar ngga? Bahwa beberapa hal diatas, membawa suatu realita yang berbeda, kini informasi apapun dapat diakses dengan berselancar di media, siapa yang menyangka bila akan ada Podcast Om Deddy Cobotak? Eh Corbuzier maksudnya, Diskusi bertema oleh Bung Gita Wirjawan, dan lain-lainnya.
Podcast, dan konten-konten media lainnya mungkin baru booming dalam beberapa tahun ini, tanpa kita sadari, Podcast sudah booming di Amerika sejak tahun 2006, namun virus ini merambak ke Indonesia dan booming baru tahun 2019 ini, bahkan rentetan perpindahan informasinya agak lama, berawal dari Ibukota, lalu ke kota-kota besar setelah itu baru ke desa-desa, hal ini juga didukung semenjak masyarakat aktif berselancar di media saat Virus Covid melanda. Mengapa ada rentang waktu yang begitu jauh dalam virus ini? Nah nabs, disinilah yang perlu kita ketahui, hampir seluruh informasi dunia dapat diakses dengan bahasa Inggris, kita akan lebih maju bila bisa mengakses informasi dunia dengan bahasa Inggris, maka tak asing, bila beberapa Influencer di Indonesia membawa hal baru di Indonesia, mereka paham bahasa Inggris!
Kalau bicara soal desain, Designer Indonesia akan dapat dengan mudah mencari referensi dan bahan desainnya dengan keyword Bahasa Inggris. Selain itu bahasa Inggris adalah bahasa yang paling umum dalam penggunaan teknologi, Mari kita bayangkan bila kita dapat mengakses informasi dunia terlebih dahulu? Tentunya dengan pemahaman bahasa Inggris yang baik, dan bagaimana bila hal ini disadari oleh kita semua, tentunya Indonesia tidak akan ketinggalan informasi.
Country Manager Indonesia of Cambridge Assestment English, Sonya Tobing mengatakan bahwa bahasa Inggris merupakan Paspor untuk bersaing di kancah Internasional, dengan ini dapat kita fahami bila bahasa Inggris tak hanya sebagai alat komunikasi, mendengar musik Billie Ellish, ataupun menonton film berbahasa Inggris, maka hal ini akan terus relevan dalam menghadapi kemajuan teknologi yang sangat pesat.
Bahasa Inggris memang mirip Bahasa Perasaan. Saat mengajak orang untuk mempelajarinya, rasanya sangat klise. Sialnya, ia memang dibutuhkan.
Jadi jangan sampai kamu ketinggalan dalam belajar bahasa Inggris, kamu akan lebih terlihat keren, percaya diri dan ga kurang Update!, Dan tak lupa, kamu ga akan takut kesasar kalo ditakdirkan jalan jalan ke Inggris! Ngimpi!