Karaoke Karokowe menunjukkan bahwa di dalam tubuh yang tegar, terdapat hati yang nyemek-nyemek digodog kesedihan.
Acara Karaoke Karokowe dengan tajuk Menangis Semalam dan tagline yang benar-benar melumpuhkan: Nyanyi Banter Nangis Ngejer di Hotel Aston pada (17/7/2019) malam, benar-benar menggetarkan dan melumpuhkan.
Selain menggetarkan, acara tersebut membuktikan bahwa menangis adalah hak segala manusia dan oleh sebab itu, pura-pura tegar di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.
Karaoke Karokowe menunjukkan bahwa di dalam tubuh yang tegar serupa baja, terdapat hati yang nyemek-nyemek digodog kesedihan. Dalam acara tersebut, banyak lagu sendu dibawakan secara berjamaah.
Uniknya, yang membawakan adalah anak-anak muda yang punya reputasi sebagai pemuda tegar dan gahar. Ini menegaskan bahwa kegaharan dan ketegaran tak memiliki hubungan kekeluargaan dengan tangisan.
Tangisan punya ruang terpisah dari ketegaran. Orang yang menangis bukan berarti dia tidak tegar. Justru, dia adalah pemberani. Apalagi, proses menangisnya di depan (((mantan))) banyak orang.
Sepintas, acara Karaoke Karokowe mengingatkan kita pada konsep konser Efek Rumah Kaca bertajuk Tiba-tiba Suddenly Rekaman pada akhir Januari 2019 lalu. Di mana, semua penonton bersenandung dan direkam secara live.
Arthur Schopenhauer, filsuf Jerman yang identik dengan pesimisme dan penderitaan, pernah mengatakan jika musik bukan suatu salinan kehendak layaknya arsitektur, hortikultur, lukisan, maupun puisi. Sebab, musik adalah bentuk dari kehendak itu sendiri.
Schopenhauer yang populer dengan Filsafat Kehendak itu mengatakan, musik memiliki keunggulan dari seni lain seperti patung atau lukisan. Sebab, ia tak terbatas pada batasan rupa dan tampilan. Musik mengekspresikan perasaan dengan cara yang tak bisa dilakukan bentuk seni lainnya.
Musik melankolis memudahkan seseorang untuk menangis. Siapa yang tidak kaget ketika mendapati Adityo Dwi Wicaksono menyanyikan lagu berjudul Tewas Tertimbun Masa Lalu (Nella Kharisma) sambil prembik-prembik memeras air mata?
Pemuda yang lekat dengan musik gahar namun diam-diam mengagumi Didi Kempot tersebut, menunjukkan pada kita semua bahwa tak ada ketegaran yang hakiki, ketika menangis adalah wujud dari ketegaran itu sendiri.
Adityo yang sudah lupa kapan terakhir kali menangis itu, tahu jika segala sesuatu jika dilakukan sendirian memang sulit. Sebab memang, sudah waktunya dia mengubah konsep status quo kesendirian dalam hidupnya.
I’ve been singing a sad song since I lost my way.
Dreaming of the day when the pieces of me come together.
Let me cry again.
Let me recall how to cry.
Where’s my mind that’s trying to be honest (Jupiter, Dustbox)
Adityo tentu sangat hapal di luar kepala lagu tersebut. Sebuah lagu yang menunjukkan bahwa menangis bukan perkara sederhana. Suatu hari, Adityo berkata pada saya: mereka yang sudah lupa caranya menangis, sesekali patut mendengar lagu itu.
Nabs, sekuat dan setegar apapun manusia menerima kesedihan, menangis tetap perlu diwujudkan. Sebab, serupa dahak, ia komponen metabolisme tubuh yang harus dikeluarkan agar tak menyumbat tenggorokan dan perasaan.
Dan jika menangis secara lawaran sulit dilakukan, mendengar dan mendendangkan musik tentu menjadi pengantar paling tepat untuk memperlancar perlintasan air mata dan tangisan.
Ketegaran dan kemampuan untuk tidak menangis hanyalah baju belaka. Sekuat apapun menahan kesedihan, menangis adalah fitrah manusia. Jika tak mampu menangis sendirian, menangis berjamaah tentu lebih meringankan.
Pepatah lama mengatakan: ringan sama dijinjing, berat sama dipikul. Tak mampu menjinjing tangis sendirian, tak ada salahnya memikul tangis dalam kebersamaan.
Sesekali, berpikirlah jika menangis itu perlu dilakukan. Sebab, tubuh manusia terlalu banyak cairan. Karena itu, mereka yang tak suka berolahraga, harus punya pengalaman mengelola air mata sebagai ganti keluarnya keringat.
Itu alasan kenapa seseorang yang sering menangis, kadang-kadang mudah kurus. Meski, teori itu sering gagal jika diniati sebagai langkah program diet. Karena yang membikin gemuk bukan air, tapi lemak.
Meski harus dilakukan, terlalu banyak menangis juga buruk. Menangislah, tapi jangan lupa tersenyum dan tertawa. Hidup harus seimbang. Contohnya, menangisnya cukup semalam dan tertawanya yang bermalam-malam.