Sumbertlaseh merupakan desa yang terletak di Kecamatan Dander, Bojonegoro. Desa ini terkenal dengan kampung santri. Bukan tanpa alasan sebab di desa ini paling tidak terdapat 16 pondok pesantren di dalamnya.
Beberapa pondok pesantren yang berada di desa ini di antaranya adalah Abu Dzarrin, Nurul Falah, Al Khoziniyyah, dan lain-lain. Desa Sumbertlaseh menjadi menarik untuk dibahas karena merupakan sebuah wilayah administratif yang terlahir dari peleburan 2 buah desa mandiri pada masanya.
Kedua desa yang kemudian hari difusikan menjadi Sumbertlaseh adalah Desa Balongsumber dan Desa Tlaseh yang sekarang keduanya beralih menjadi satuan wilayah administratif setingkat dusun.
Bila kita berbicara soal sejarah desa maka kajian ini termasuk ke dalam bahasan sejarah lokal. Sejarah lokal bisa dikatakan sebagai suatu bentuk penulisan sejarah dalam lingkup yang terbatas yang meliputi suatu lokalitas tertentu (Miftahuddin, 2020:3).
Ruang lingkup dalam penulisan sejarah biasa dibedakan menjadi 3 hal yaitu ruang lingkup tematik, spasial, dan temporal.
Sehingga kata lokal dalam pengerucutan ruang lingkup dapat dijadikan sebagai rujukan tatkala hendak menuliskan sejarah pedesaan sebagai lingkup spasial dalam penulisan sejarah.
Salah satu peta tertua peninggalan kolonial Hindia Belanda justru masih mencantumkan Ngaruman sebagai nama desa pendahulu bagi Balongsumber.
Peta di atas merupakan keluaran dari WF Versteeg edisi 1858 yang termuat dalam peta keseluruhan Keresidenan Rembang.
Mengingat pada tahun tersebut, Bojonegoro secara administratif memang masuk ke dalam wilayah keresidenan dari Rembang.
Nama Ngaruman ini kemudian diabadikan sebagai nama gugus depan (gudep) kepramukaan oleh SMP-SMA Plus Al Amanah.
Nabs, penggunaan nama Bumi Ngaruman sebagai gudep sekolah ditujukan agar para pemuda masa kini tidak melupakan asal-usul sejarah lokal dari desa di mana mereka tinggal.
Penggunaan nama Desa Balongsumber sebagai pengganti dari Ngaruman paling tidak sudah digunakan sejak permulaan abad ke-20.
Nama Balongsumber sendiri menurut kepercayaan lokal diambil dari 2 kata yaitu Balong dan Sumber.
Balong merupakan kosakata dari bahasa Jawa yang berarti tanah rendah berlekuk yang tergenang air dan berlumpur sementara sumber adalah pengertian dari tempat keluarnya air yang terus memancar.
Sehingga Balongsumber secara sederhana dapat dimaknai sebagai sebuah tempat mata air yang terus menerus memancarkan aliran air.
Nama Balongsumber tercatat sudah dikenakan sejak awal abad ke-20 (periode 1900 M), sebagaimana tercantum dalam buku Bojonegoro 1900-1942: A Story of Endemic Poverty in North-East Java Indonesia,
“The regent of Bojonegoro in 1905 proposed that further waduks should be constructed near the desa Pengantin drawing water from the Penganten river; in the desa Balongsoember, district of Bojonegoro, using the Pirang spring; and in the desa Plesoengan, district of Bojonegoro, using the Ngoenoet spring.”
“Bupati Bojonegoro pada tahun 1905 mengusulkan agar waduk secara lebih lanjut dibangun di dekat Desa Pengantin dengan memanfaatkan air dari Sungai Penganten; di Desa Balongsoember, Kabupaten Bojonegoro, menggunakan mata air Pirang; dan di desa Plesoengan, Kabupaten Bojonegoro, menggunakan mata air Ngoenoet.” (Penders, 1984;33)
Desa Balongsumber dan Desa Tlaseh kemudian kembali terpotret dalam peta Kabupaten Bojonegoro terbitan tahun 1917. Dalam peta hasil cetakan Blora: Opname bureau van het boschwezen di atas tertulis bahwa pada dekade 1910-an Balongsumber dan Tlaseh masih berdiri sendiri-sendiri sebagai desa yang terpisah secara administrasi.
Hal ini bisa kita tengok dari penggunaan indeks simbol huruf “D” yang diletakkan sebelum nama kedua desa tersebut.
Huruf “D” tunggal merupakan penanda dari sebuah desa sementara anotasi “Dk” merupakan singkatan dari wilayah administrasi Dukuh sebagaimana yang tertulis pada Dk. Madean yang berarti Dukuh Madean, Desa Jetak.
Kedua desa ini masih berdiri sendiri-sendiri setidaknya sampai dekade 1920-an. Keberadaan keduanya yang masih terpisahkan satu sama lain dengan statusnya sebagai desa yang berbeda tercantum sebagaimana dalam peta Bojonegoro Terbitan 1954.
Meskipun peta tersebut baru diterbitkan pada tahun 1954 tetapi data yang digunakan untuk merumuskan peta diambil pada periode 1920an.
Peta yang memuat Bojonegoro ini merupakan peta hasil terbitan dari Army Map Services (NSVLB), Corps of Engineers, U.S. Army Washington, DC.
Dalam peta di atas tercatat 2 nama desa di antaranya yaitu Desa Sumber dan Desa Telasih. Akan tetapi keberadaan kedua desa ini justru tertukar satu sama lain.
Desa Sumber atau Balongsumber yang seharusnya terletak di sebelah utara dari Desa Telasih atau Tlaseh justru tampak berada di sebelah selatan dari desa tersebut.
Begitu pun sebaliknya Desa Telasih yang seharusnya berada di sebelah selatan dari Desa Sumber justru malah berada di sebelah utara dari desa Sumber itu sendiri, Nabs.
Sumber paling awal yang menyatakan kedua desa ini sudah melebur menjadi satu desa dicatat dalam salah satu artikel berita rilisan surat kabar De Indische Courant tanggal 26 April 1938.
Artikel tersebut terdapat dalam berita dengan bahasa aslinya, Belanda, berjudul De dam in de Grogolanleiding atau Bendungan di Saluran Pipa Grogolan, Nabs.
Desa Sumbertlaseh dinukil sebagai salah satu desa yang berada dalam aliran saluran pipa bendungan tersebut.
Oleh karena itu, Desa Sumbertlaseh diharuskan untuk membayar biaya pembangunan saluran pipa sebesar 200 Gulden, bersama dengan desa yang lainnya seperti Ngumpakdalem dan Ngulanan.
Nabs, melihat sekilas proses perjalanan bagaimana rentang masa dari Desa Balongsumber dan Desa Tlaseh, maka sahih sudah apa yang dituturkan oleh KH Shohib Shoim di atas bahwa pada masanya Balongsumber dan Tlaseh adalah dua desa yang berdiri sendiri-sendiri.
Sebelum akhirnya kedua desa tersebut dileburkan menjadi satu dengan penamaan mengambil penggalan nama Balongsumber untuk dijadikan sebagai nama depan desa lantas disambungkan dengan nama Tlaseh di bagian belakangnya.
Sehingga terciptalah toponimi perpaduan dari Desa Balongsumber dan Desa Tlaseh yang menjadi Desa Sumbertlaseh. Wallahu a’lam bis showab