Dengan desain lawas nan otentik, motor klasik berwarna biru tua itu kerap terlihat menggerus aspal jalanan kota. Meski secara fisik terlampau renta, tak ada yang mengira jika motor itu mampu mengantarkan pemiliknya mengelilingi berbagai daerah di pulau Jawa.
Adalah Dimas Bayu, pemilik motor tua itu.
Perkembangan dunia otomotif di Indonesia sangatlah dinamis. Tiap tahun terjadi pergeseran tren dalam dunia otomotif, terutama roda dua. Dalam beberapa tahun terakhir, banyak motor-motor tua tahun 70-an yang kerap terlihat hilir mudik di jalanan.
Tren motor tua memang sedang mewabah saat ini di kalangan remaja. Tak heran jika belakangan ini kita bisa dengan mudah melihat motor bebek tua tahun 70an hilir mudik di berbagai sudut jalan kota Bojonegoro.
Dimas Bayu adalah salah satu sosok yang turut serta meramaikan tren motor klasik di Indonesia. Pria kelahiran Bojonegoro itu memiliki motor keluaran tahun 1973. Lewat jerih payahnya, pria berusia 25 tahun tersebut mampu mendapatkan sepeda motor antik 70an. Ia pun sering menjelajahi berbagai kota di pulau Jawa dengan motor favoritnya tersebut.
Bayu menceritakan, bagaimana sulitnya mendapatkan motor tuanya tersebut. Awalnya, dia harus berburu untuk mendapatkan rangka atau body motornya terlebih dahulu. Lewat perjuangan yang tak mudah, dia berhasil mendapatkan rangka motor incarannya di pasar barang bekas.
Perjuangan Bayu untuk membangun motor tua tak berhenti sampai disitu. Ia harus memutar otak lagi untuk mendapatkan mesin, roda dan berbagai onderdil lainnya. Butuh waktu hingga 9 bulan bagi alumni SMA Negeri 3 Bojonegoro itu untuk merampungkan pengerjaan motor tuanya. Hingga pada akhir tahun 2017, motor impiannya siap ditunggangi.
Hal pertama yang dilakukan Bayu setelah motor klasiknya selesai dirakit adalah mengelilingi Bojonegoro. Hampir semua kecamatan yang ada di Bojonegoro telah berhasil dilalui oleh Bayu dan motor tuanya. Salah satu daerah di Bojonegoro yang paling berkesan baginya adalah desa Krondonan, kecamatan Gondang yang memiliki jalan yang sulit ditaklukkan.
Pria yang pernah menempuh pendidikan di Institut Pendidikan Dalam Negeri itu bercerita bahwa tak mudah untuk berkendara ke tempat jauh dengan motor tuanya itu. Banyak kendala yang kerap dialaminya selama berkendara ke berbagai destinasi baru. Mulai dari mesin motor yang mogok hingga kehabisan bensin secara tiba-tiba.
“Mogok di tengah jalan itu sudah makanan sehari-hari. Namanya juga motor tua. Sering kehabisan bensin juga sering. Itu karena speedometer motor ini sudah tidak berfungsi,” ujar Bayu sambil tertawa.
Usai menyelesaikan petualangannya di kandang sendiri, Bayu kemudian mencoba melaju lebih jauh lagi. Ia memutuskan berkendara ke berbagai daerah lain di pulau Jawa mulai dari Trenggalek, Malang, Solo, Gunung Kidul hingga Jogjakarta. Dalam waktu dekat ini, dia berencana untuk menuju tempat yang lebih jauh lagi yakni Jawa Barat dan juga Bali.
Ambisi sekaligus hobinya itu kadang memunculkan suara-suara negatif dari banyak orang di sekitarnya. Tak sedikit orang yang menyebut jika Bayu kurang kerjaan bahkan disebut edan. Namun, kuping penggemar klub Liverpool tersebut masih cukup tebal untuk mendengar suara-suara negatif yang ada.
“Komentar negatif itu sudah biasa, tapi saya tak terlalu mempermasalahkannya. Lha wong keluarga saya sendiri saja mendukung kok. Mumpung masih muda ya harus berani edan,” ujarnya.
Bayu memang punya ambisi untuk mengelilingi pulau Jawa dan Bali dengan motor tuanya itu. Sayangnya, dia tidak bisa leluasa pergi begitu saja karena status pekerjaannya. Dia hanya bisa menjelajah tempat-tempat baru pada hari Sabtu dan Minggu saja, ketika kantornya libur. Namun bagi Bayu, hal itu tak akan menyurutkan langkahnya untuk terus menjelajahi semua jengkal jalan di pulau Jawa.
Tren motor tua menjadi warna tersendiri bagi dunia otomotif di Indonesia. Melihat banyaknya motor tua nan antik yang hilir mudik di sepanjang jalan tentu menjadi hiburan tersendiri saat berkendara.