Jurnaba
Jurnaba
No Result
View All Result
Jurnaba
Home Fiksi Akhir Pekan

Menikung Dengan Keris

Mukarromatun Nisa by Mukarromatun Nisa
March 8, 2020
in Fiksi Akhir Pekan
Menikung Dengan Keris
Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan Ke WA

Pagi saat Ken Dedes menyiapkan sarapan, terdengar teriakan histeris saat dia masuk kamar.

Surya bersinar dengan lengkungan senyum paling sempurna. Memanjat awan hingga tepat berada di pucuk cakrawala. Keringat segar menetes dari ujung pelipis. Tangan kanan Tunggul Ametung, akuwu Tumapel menyeka keringat. Menepis.

Perjalanan panjang membuat raganya kelelahan. Dijumpainya rumah singgah Mpu Purwa, pendeta Buddha aliran Mahayana. Kakinya cepat melangkah. Ingin segera meneguk air kendi.

“Kulo nuwun, permisi,” ucapnya di ambang pintu.

Seseorang menyahut dari dalam. Lantas keluar gadis elok berparas ayu dengan kebaya merah maron. Jarik hitam berpadu cokelat bergambar wayang menjadi penutup tubuh bagian bawah. Rambutnya dikonde dengan manik tusuk konde dari emas. Sempurna.

Ken Dedes, putri tunggal Mpu Purwa menyambut hangat sang tamu terhormat. Mempersilahkan masuk dan duduk. Sejurus kemudian dia membawakan air kendi dan singkon rebus.

“Silahkan dijamu, Tuan. Hamba hanya punya ini sahaja.” Ken Dedes memersilahkan.

Dengan semangat Tunggul Ametung meneguk air kendi. Kerongkongannya basah dan perutnya kenjang sebab singkong rebus.

Kecantikan Ken Dedes menarik hatinya. Seketia dia jatuh cinta pada pandang pertama. Tak perlu waktu lama dia pun mengutarakan rasa.

” Ndhuk , bila diizinkan aku ingin meminangmu. Aku jatuh cinta padamu. Maukah kamu menjadi permaisuriku? Menjadi ibu dari pangeran dan tuan putriku kelak?” Tunggul Ametung malamar mantap.

Mata Ken Dedes tebelalak. Tak percaya raja diraja seperti Tunggul Ametung ingin mempersuntingnya.

“Siapa perempuan yang tak mau diperistri orang segagah, Njenengan?” Ken Dedes menyahut.

“Jadi, kau setuju?” Tanya Tunggul Ametung memastikan.

Ken Dedes mengangguk mengiyakan.

“Marilah pergi. Akan kuajak kamu ke Istana Tumapel, Singasari,” ajak Tunggul Ametung bersemangat.

“Tunggulah hingga ayahanda pulang dari berburu. Setelah mendapat restu aku akan pergi bersamamu.”

Karena Tunggul Ametung tak sabar menunggu, hasrat memiliki Ken Dedes semakin memuncak di atas gunung nafsu. Menyebabkan Tunggul Ametung pergi membawa Ken Dedes tanpa sebuah restu.

*****

Mpu Purwa tiba di gubuk reyotnya kala mentari telah meninggalkan jejak jingga. Tak didapatinya putri semata wayang yang ia cinta.

Kesaktiannya mampu mengetahui siapa yang datang kemari dan menculik putrinya pergi. Sumpah serapah terucap lantang dengan wajah menerah. Penuh amarah.

“Demi semesta serta isinya, aku menyumpahmu untuk tidak bahagia, tidak mengenyam kenikmatan dan terbunuh dengan keris dengan sekali tebasan. Aku juga bersumpah demi langit serta penghuninya, keringlah sumur penduduk Panawijen dan kolamnya tak mengeluarkan air.”

Halilintar menyambar. Seakan mengabulkan apa yang disumpahkan Mpu Purwa.

Di lain tempat Tunggul Ametung telah bahagia dengan ratu cantiknya, Ken Dedes. Kini mereka tengah menunggu melahiran anak pertawa. Pewaris pertama.

“Kakanda, ingin sekali Adinda pergi refreshing untuk menyegarkan pikiran,” ujar Ken Dedes mengutarakan keinginan di bawah redupnya rembulan.

Sang Raja yang menjadi sandaran langsung merespon cepat.

“Besok akan kupenuhi permintaanmu, sebenarnya kamu ingin berlibur kemana? Telaga Sarangan? Wisata Bahari Lamongan? Atau salah satu pantai di Tuban?”

“Sahaya ingin berlibur di hutan Baboji. Ingin berkemah di sana. Menikmati eksotik tetumbuhan hijau yang rindang,” jawab Ken Dedes.

Seketika perintah dikeluarkan Sang Raja malam itu juga. Ken Arok sebagai pengawal terpercaya segera melakukan persiapan.

Pagi buta mereka merangkat. Menggunakan kereta yang ditarik oleh kuda. Setelah satu jam perjalanan, rombongan sampai tujuan.

Tunggul Ametung turun dari kendaraan. Disusul Ken Dedes yang perutnya semakin membesar. Ketika turun, jarik Ken Dedes tersingkap hingga menampakkan sesuatu yang indah bercahaya. Sejak melihat itulah, Ken Arok mulai jatuh cinta. Rencana menikung pun tumbuh dalam jiwa.

*****

Malam itu bulan tengah sabit. Ditemani bintang-gemintang yang bertaburan. Ken Arok melakukan perjalanan. Pada pertapaan guru tercinta, Lohgawe, pendeta dari India.

Ken Arok bercerita bagaimana eloknya perempuan bernama Ken Dedes. Sedetik kemudian Lohgawe meramal bahwa puspita itu nantinya akan memiliki pangkat menjadi Stri Naricwari yang akan menurunkan raja-raja Tanah Jawa.

“Bila seperti itu, aku tak salah memilihnya dan berencana menikung Tuanku,” lirih Ken Arok gembira.

Dengan semangat dia membawa pulang keris buatan Mpu Gandring. Percayalah, pengetahuan zaman dahulu lebih hebat dari zaman milenial. Bagaimana tidak? Jika di era ini orang membuat keris dengan bantuan api unuk menempa, orang dulu hanya cukup membaca matera.

*****

Tak tik serang menikung telah dipersiapkan Ken Arok dengan matang. Pada salah satu malam di purnama ke tiga belas, dia melakukan penyerangan. Menikung dengan tajam.

Rekan kerjanya bernama Kebo Hitam dijadikan kambing hitam. Dengan tenang ia masuk ke dalam kamar Tunggul Ametung.

Tampak raja itu telah terlelap kelelahan. Sedang Sang Ratu tidur di kamar sebelah. Keris yang lebih tajam dari samurai ia keluarkan.

Perlahan namun menyakitkan ia menusuk perut Tunggul Ametung, raja itu mati dalam sekali tebasan.

“Peng…hi…”Belum sempat menggerutu penghianat, Malaikat Maut telah merenggut nyawanya cepat.

Malam itu juga ruhnya terbang ke alam lain. Meninggalkan Ken Dedes dengan harta kemalangan. Dan memberikan Ken Arok jabatan kemenangan.

Pagi saat Ken Dedes menyiapkan sarapan, terdengar teriakan histeris saat dia masuk kamar. Melihat suaminya tergulai dengan darah megucur deras. Semua pasukan masuk memastikan. Termasuk Ken Arok yang jadi dalang semua permasalahan.

Pagi itu juga sumpah serapah Mpu Purwa dijawab oleh langit. Memang tak seharusnya mereka menjalin hubungan tanpa restu orang tua. Karena sungguh hal itu dilarang agama.

Ketika beranjak siang, Tunggul Ametung dimakamkan. Ken Dedes menangis sesenggukan di samping batu nisan.

Ken Arok dengan buket bunga cinta ditangan, mengelus pundaknya memeberi ketenangan. Ken Dedes reflek menyandar di pundak Ken Arok.

“Mengapa? Mengapa dia harus pergi di ujung bahagia menanti? Tak inginkah rajamu ini melihat penerusnya dilahirkan? Tak inginkah rajamu ini bahagia menimang bayi mungil?” Ken Dedes protes tak terima.

“Bersabarlah, Ratu. Semesta tahu yang terbaik untuk Permaisuri. Percayalah setelah ini akan ada bahagia menghampiri,” kata Ken Arok tenang.

“Bahagia? Bagaimana bisa? Saat nanti anakku lahir dan bertanya siapa ayahnya, lantas aku menjawab apa?” Emosi Ken Dedes memuncak.

“Bila begitu, izinkan hamba menjadi ayah dari anak itu.”

Ken Dedes terhenyak mendengar kerelaan Ken Arok.

“Diberkatilah kamu, Ken Arok. Mempunyai hati setulus malaikat. Tapi tak apakah bila engkau menikahi janda sepertiku?” Tanya Ken Dedes ragu.

“Sahaya tak memandang status, Njenengan. Yang terpenting Njenengan bahagia.”

Seketika Ken Dedes memeluk Ken Arok erat. Menerima niat baiknya. Sedang Ken Arok tersenyum licik. Puas.

“Lebih mudah menikung dia yang sudah bersuami dibanding dia yang masih gadis. Sainganku hanya satu, tapi jika dia masih sendiri maka sainganku seribu,” lirih Ken Arok dalam hati.

Sejak saat itu Ken Arok menjadi Raja Singasari dan Ken Dedes yang cantik jelita dianggap sebagai leluhur raja-raja yang berkuasa di Jawa, nenek moyang Wangsa Rajasa, trah yang berkuasa di Singasari dan Majapahit.

 

Tuban, Sabtu 7 Maret 2020

Tags: Ken ArokKen Dedes

BERITA MENARIK LAINNYA

Panggil Saja Aku, Jum
Fiksi Akhir Pekan

Panggil Saja Aku, Jum

March 2, 2021
Sarapan penuh Kehangatan 
Fiksi Akhir Pekan

Sarapan penuh Kehangatan 

February 28, 2021
Mata Tomo dan Beragam Makna Keadilan
Fiksi Akhir Pekan

Mata Tomo dan Beragam Makna Keadilan

January 31, 2021

REKOMENDASI

Panggil Saja Aku, Jum

Panggil Saja Aku, Jum

March 2, 2021
Menerawang Khasiat Bunga Telang: Si Serbaguna dari Bumi Anglingdharma

Menerawang Khasiat Bunga Telang: Si Serbaguna dari Bumi Anglingdharma

March 1, 2021
Sarapan penuh Kehangatan 

Sarapan penuh Kehangatan 

February 28, 2021
Menghelat Diskusi Santai Perihal Perempuan

Menghelat Diskusi Santai Perihal Perempuan

February 27, 2021
Datangnya Kilang Minyak dan Fatamorgana Masa Depan

Datangnya Kilang Minyak dan Fatamorgana Masa Depan

February 26, 2021
Saatnya Membantah Teori Sejarah The Great Man Theory

Saatnya Membantah Teori Sejarah The Great Man Theory

February 25, 2021

Tentang Jurnaba - Kontak - Squad - Aturan Privasi - Kirim Konten
© Jurnaba.co All Rights Reserved

No Result
View All Result
  • HOME
  • PERISTIWA
  • KULTURA
  • DESTINASI
  • FIGUR
  • CECURHATAN
  • ALTERTAINMENT
  • FIKSI AKHIR PEKAN
  • SAINSKLOPEDIA
  • TENTANG
  • KONTAK

© Jurnaba.co All Rights Reserved