Tanggal 2 April dikenal sebagai perayaan Hari Buku Anak Sedunia. Bojonegoro yang juga bagian dari dunia, tentu tetap menggeliatkan buku anak dengan cara yang Bojonegorowi.
Tanggal ini dipilih berdasarkan hari kelahiran seorang penulis cerita anak bernama Hans Christian Anderson. Nama penulis ini begitu terkenal. Mungkin tidak semua dari kita mengetahui siapa dia. Namun, karya-karya yang dia lahirkan sangat melegenda.
Sebagian besar dari kita pasti tahu kan cerita anak berjudul The Little Mermaid? Tak asing bukan? Nama tokoh penulis ini adalah Hans Christian Andersen.
Selain The Little Mermaid, sejumlah karyanya pun sudah mendunia. Misalnya Gadis Penjual Korek Api, Putri dan Kacang Polong, Thumbelina, Itik Buruk Rupa dan masih banyak lagi.
Hans Christian Anderson berasal dari Denmark. Dia lahir pada tahun 1805. Mengutip CNN Indonesia, Hans bercita-cita menjadi seorang aktor pada usia 14 tahun. Sejak awal dia memang memiliki suara sopran yang luar biasa. Sayangnya, ketika beranjak dewasa suaranya berubah.
Setelah kejadian itu, Hans memutuskan untuk menulis dan menjadi penyair. Itu atas saran dari temannya. Menginjak usia 17 tahun, Hans menerbitkan cerita pertamanya yang berjudul The Ghost at Palnatoke’s Grave. Semenjak saat itu, dia terus aktif menghasilkan karya di sepanjang dekade 1820-an.
“Every man’s life is a fairy tale written by God’s fingers,”
Hari Buku Anak Sedunia bertujuan untuk mendorong minat baca sejak dini. Anak-anak memang menyukai sebuah cerita. Cerita melalui buku memang cara yang tepat.
Membaca mampu mendorong anak bersenang-senang sambil belajar. Tentu saja bukan hanya anak melainkan kita semua juga harus suka membaca.
Buku anak-anak di Indonesia memiliki banyak kategori. Mulai dari buku dongeng, cerita rakyat, seni tradisi, buku fantasi, hingga buku religi dan pengembangan karakter.
Mengutip dari Mizan, Ketua Komite Buku Nasional (KBN) Laura Bangun Prinsloo meyakini bahwa buku anak memiliki market share terbesar di dunia.
“Untuk buku anak dengan konten Islami, Indonesia punya daya saing yang kuat. Selain buku anak Islami, yang juga diminati adalah buku-buku sastra Indonesia dan buku fiksi untuk remaja,” kata Laura.
“Being born in a duck yard does not matter, if only you are hatched from a swan’s egg,”
Anak-anak tidak hanya menyukai buku cerita berupa kisah-kisah fantasi. Mereka jauh akan lebih suka jika suatu buku cerita memiliki gambar. Apalagi penuh dengan warna-warna yang memanjakan mata mereka. Selain itu dibutuhkan storytelling.
Selain membaca, anak-anak juga suka mendengarkan cerita. Terlebih cerita yang unik dan lucu. Kesenangan dari membaca dan mendengarkan cerita menjadi pendidikan yang mudah mereka cerna. Informasi yang dikemas melalui storytelling akan mudah mereka tangkap.
“Most of the people who will walk after me will be children, so make the beat keep time with short steps,”
Karena itu, pendidikan literasi perlu diberikan kepada anak sejak dini. Mereka harus diarahkan agar suka membaca. Semakin banyak membaca, tumbuh kembang anak akan semakin cepat. Kemampuan dalam mengakses informasi pun juga bertambah.
Minat Baca Anak-anak di Bojonegoro
Meski belum begitu identik bebukuan seperti Jogjakarta, misalnya. Bojonegoro memiliki geliat buku yang cukup masif. Terutama keberadaan komunitas literasi. Yang mana, masih sering mengadakan giat berbasis buku.
Sejumlah gerakan partikelir seperti Becak Pustaka, Pecel Pustaka hingga Buku Sisa untuk Asa (B-Sunsa) menandai betapa aktifnya gerakan perbukuan di Bojonegoro.
Gerakan-gerakan berbasis buku tersebut, tiap tiga bulan sekali menggabungkan diri bersama komunitas literasi Bojonegoro yang lain dalam Rumah Besar Ngaostik.
Adanya komunitas literasi dan gerakan-gerakan berbasis buku, setidaknya menggambarkan masih adanya masa depan bagi dunia buku anak-anak. Sebab, tidak sedikit gerakan buku itu fokus pada syiar literasi pada anak usia dini.
Nabs, terlepas memperingati Hari Buku Anak Sedunia ataupun tidak, Bojonegoro tetap menggeliatkan buku anak secara Bojonegorowi. Secara perlahan namun pasti.