Menyerahlah NET, penonton di negeri ini belum layak untuk menyantap hidangan kelas A yang kamu sajikan. Angkat tangan dan menyerahlah!.
Siang menuju matahari pulang, teronggoklah sebuah sepeda dengan gerobak pentol yang tengah mengeluh. Tentu saja bukan sepedanya yang mengeluh melainkan sang pemiliknya lah yang sedang meratapi nasib sambil bersandar di bawah pohon nongko londo atau KBBI menyebutnya sirsak.
Pria tersebut basah oleh deraian keringat dan kulitnya cukup masak sebab disirami oleh terik matahari. Di gerobak pentolnya terpatri sebuah tulisan “Pentol Daging Sapi Swiss Fleckvieh”. Anjay, saya jadi minder sendiri karena nama saya bahkan kalah keren dengan nama sapi tersebut.
Sapi Swiss Fleckcieh atau nama lainnya adalah Sapi Simental. Jenis sapi ini pula yang dibeli oleh Pak Jokowi seharga 87 juta dari Rika Daru Efendi untuk dijadikan hewan kurban pada Idul Adha kemarin.
Memang gila si BP ini, bukan Bambang Pamungkas tapi Bakul Pentol (Bahasa Jawa untuk menyebut Tukang Cilok). Ia dengan segala idealismenya mencoba menjajakan pentol dengan kualitas A dari daging sapi terbaik, Sapi Simental.
BP berpendapat bahwa jajanan pentol di negeri +62 ini harus diperbaiki taraf mutunya. Sebagaimana titah Bung Karno dulu saat berpidato pada peringatan HUT kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1963 “Kesadaran sosial dari Rakyat Indonesia itulah pokok-hakekat daripada Amanat Penderitaan Rakyat Indonesia.”
Ya, menurut pendapat BP bahwa salah satu bentuk membangun kesadaran sosial adalah melalui gerakan promosi jajanan berkualitas A. Dengan daging sapi terbaik dan diresepi cita rasa nusantara tak hanya melulu bertemplate pada racikan tepung 95% dan daging 5%, itu pun masih sering dioplos dengan daging ayam.
BP berkeinginan untuk menyuguhkan hidangan terbaik agar paling tidak kesadaran sosial terkait pilihan makanan bisa tergugah. Agar masyarakat tidak hanya dijejali jajanan-jananan itu saja dengan cita rasa minim dan diragukan kandungan gizinya.
Akan tetapi lebih dari 5 tahun ia berjualan, untung tak bisa diraih balak tak bisa ditolak, BP malah harus banting tulang untuk menutupi defisit dari biaya produksi “Pentol Daging Sapi Swiss Fleckvieh”.
Sebab dengan harga yang relatif mahal maka masyarakat awam akan lebih memilih pentol yang biasa-biasa saja. Biasa dioplos dengan daging ayam, biasa diperbanyak adonan tepungnya, bahkan yang paling brutal biasa diganti daging tikus atau diulet dengan formalin sekaligus.
Masyarakat tidak pernah peduli terkait cita rasa maupun proses pengolahan di balik dapur yang baik dan sehat sesuai standar BPOM. Yang penting untuk masyarakat awam adalah mereka bisa menjangkau harganya, entah tidak sehattidak entah tidak enak, itu urusan belakangan toh yang penting perut terisi.
Hal itu pula lah yang membuat BP justru terbayang-bayang ucapan istrinya setiap malam yang terus terngiang-ngiang di telinganya “Menyerahlah saja kamu, Mas. Menyerahlah!”
Bagaimana? Sudah cukup familiar dengan gambaran di atas? Sepenggalah kisah tersebut adalah secuil imaji saya ketika membayangkan kerja keras dari para kru dan tim kreatif Net TV.
Ya, tadi siang saat tengah berkontemplasi atau bahasa sederhananya bengong, jemari saya berselancar di gawai dan tak sengaja menemukan konten youtube yang menarik. “Hailee Steinfeld – Love Myself (Live at Indonesian Choice Award 2018 NET 5.0)” yang diunggah oleh Hailee Steinfeld di kanal youtubenya.
Hailee Steinfeld merupakan penyanyi yang pada awal tahun lalu di chart Trax 2020, bersama Grey feat. Zedd, berhasil menduduki posisi pertama dalam chart dengan hits single “Starving”.
Mungkin sudah menjadi tradisi bagi pertelevisian Indonesia untuk mengundang artis-artis luar negeri pada perhelatan acaranya. Sejauh yang saya ingat salah satu stasiun tv yang memulai tradisi ini adalah ANTV.
ANTV mengundang band internasional Simple Plan yang saat itu tengah meledak dengan singlenya “Jet Lag”. Simple Plan tampil pada acara perayaan ulang tahun ANTV pada 2012 silam.
Sejak dari sini mulailah stasiun televisi latah mengundang artis-artis luar negeri ke Indonesia. Seperti SCTV mengundang Bebe Rexha pada ulang tahunnya yang ke 27, Super Junior M diundang RCTI untuk turut memeriahkan acara Mahakarya yang merupakan perayaan ulang tahun ke 25, atau juga RCTI lagi yang mengundang Anne Marie ke Spekta 5 Indonesian Idol 2018 kemarin.
Akan tetapi yang gila dari konser Indonesian Choice Award (ICA) Net TV dibanding dengan pagelaran lain adalah SEMUANYA, saya ulangi lagi SEMUANYA.
Mulai dari kemegahan panggung, tatanan lampu yang gemerlap, koreografi dancenya yang kece parah, sound musicnya yang mantap jiwa sudah seperti di bioskop, teknik pengambilan gambarnya yang smooth abis, hingga pecahnya kemeriahan penonton.
Mungkin bisa dikatakan acara ini sudah setaraf dengan Grammy, Billboard Music Awards, atau American Music Awards sekalipun. Sehingga tak segan-segan juga bagi Hailee Steinfeld mengunggah video konser tersebut ke kanal youtubenya, maka saya tak bisa membayangkan bila Anne Marie misalkan mengunggah penampilannya ke akun youtubenya.
Bagaimana bisa seorang Anne Marie yang begitu melejit berkat single “Rockabye” bersama Clean Bandit hingga ditonton lebih dari 2,3 Milyar kali bernyanyi di panggung yang bahkan tak lebih besar dari panggung Saudara New Pallapa.
Mungkin saya akan turut malu bila Anne Marie mengunggah penampilannya ke kanal youtubenya karena bahkan di atas panggung ia hanya ditemani oleh seorang gitaris tanpa ada gemerlap lampu atau koreografi dance yang mengiringi.
Bahkan video cover Rossa – Hati yang Kau Sakiti oleh Tereza dan Relasi Project lebih meriah karena paling tidak ada 3 orang dalam penampilan tersebut.
Saya sangat bersyukur bila ICA ini diselenggarakan oleh NET TV. Coba saja kita imajikan penghargaan ini digelar oleh staisun tv lain, misalkan acara Billboard Indonesian Music Awards 2020 kemarin. Dimana kehadiran penonton justru tak ubahnya seperti momen mengheningkan cita pada saat upacara.
Sayup, sepi, senyap, kalau tak boleh dibilang hampa. Kalau kata netizen mah beda kelas atuh. Dan yang lebih mengejutkan lagi bagi saya tentang ICA 5.0 ini, dikutip dari wowkeren.com, kemeriahan ICA 5.0 justru tidak berhasil menembus Top 25 rating TV.
Tahun-tahun sebelumnya, HUT NET mampu menduduki Top 15. Rating ICA 4.0 berada di posisi ke-14 dengan rating 2,1 persen dan share 9,1 persen, sedangkan ICA 3.0 sukses menempati posisi ke-7 dengan angka rating 2,9 persen dan share 13,5 persen.. Sungguh miris sekali, sebuah bentuk penghinaan dari “kerja keras tak pernah mengkhianati hasil”.
Maka apabila boleh saya mengibaratkan, NET TV adalah perwatakan dari BP dalam dunia pertelevisian Indonesia. Dengan segala idealismenya, ia mencoba menaikkan mutu dari tayangan layar kaca di negeri ini.
Jadi saran saya untuk NET, sama seperti yang diutarakan oleh istri BP kepada BP sendiri yaitu “Menyerahlah NET, penonton di negeri ini belum layak untuk menyantap hidangan kelas A yang kamu sajikan. Menyerahlah!”
Penulis adalah alumni SMA Plus Al-Amanah Pondok Pesantren Nurul Falah, Balongsumber.