Kehidupan berkeluarga tentu tidak bisa disamakan dengan berorganisasi. Ada hubungan kultur yang begitu magis. Terlebih dengan landasan cinta dan kasih sayang. Sehingga, pernikahan merupakan hal yang sakral bagi pasangan.
Karena itu, kerap kali terdapat pertimbangan sebelum melakukan pernikahan. Salah satunya, gaji istri lebih besar dibanding suami. Tidak jarang ini dipermasalahkan di wilayah dengan budaya patriarki.
Persoalan semacam ini kadang mengganggu pikiran. Bahkan, bisa mengganggu hubungan. Gangguan ini menyebabkan hubungan tidak sehat bila dibiarkan. Solusinya?
Vice President Marketing GOJEK Entertainment Group, Ario Adimas membeberkan solusinya. Dia mengaku sempat ditanya seorang netizen. Lalu, dia memberikan jawaban melalui akun twitter miliknya.
“Dapat pertanyaan di IG. Gimana kalau dalam pernikahan, gaji istri lebih gede dari gaji suami? Pendapat gue.” tulis Ario melalui akun twitter miliknya @arioadimas (13/10).
Lalu, apa pendapat Ario soal gaji istri yang lebih besar dari gaji sumai? Berikut adalah lima hal yang perlu diperhatikan seorang suami.
Suami tetap tanggung jawab dengan semua pengeluaran penting.
Kebutuhan rumah tangga adalah tanggung jawab kepala keluarga. Misalnya kebutuhan ekonomi. Ekonomi adalah alat pemenuh kebutuhan. Ini harus disediakan oleh suami sebagai pemimpin.
Suami tetap harus berusaha lebih, untuk bisa nantinya medapatkan lebih.
Suami tidak harus pasrah begitu saja. Harus ada usaha lebih yang dilakukan. Semakin besar usahanya, semakin besar pula yang didapatkan. Jadi, meski gaji istri lebih gede, suami harus tetap berusaha. Bukan perkara usaha untuk melebihi gaji istri, melainkan usaha lebih bertanggung jawab dan berusaha keras.
Jangan pusingin berapa gaji istri, apalagi kontrol.
Gaji istri yang lebih besar tidak perlu dipusingkan. Biarkan saja apa adanya. Lebih penting fokus pada usaha untuk bertanggung jawab atas kebutuhan rumah tangga. Tidak perlu pikirkan pengeluaran utama karena itu tetap tanggung jawab utama suami. Kalau perlu bilang dia untuk nikmati saja duit hasil kerja keras dia.
Suami jangan pernah jadi ngambek, minder, senewan atau malah jadi gampang emosi.
Jangan merasa “status istri” lebih tinggi. Jangan! Karena itu malah akan makin merendahkan posisi. Meski gaji lebih rendah, tanggung jawab tetap harus dijalankan. Kalau begitu, istri akan tetap respek kok.
Kalau istri mau bantu, ya ngga apa-apa. Toh kalian satu tim sebagai pasangan.
Jika istri ingin membantu, tidak masalah. Malah semakin bagus. Tapi inisiatifnya akan lebih baik biarkan istri saja. Jika gaji kamu cukup untuk memenuhi kebutuhan dan menabung, alangkah baiknya jika gaji istri dialihkan dalam investasi. Namun, tetap saja istri yang memutuskan.
Itu tadi pendapat Ario Adimas terhadap persoalan gaji istri yang lebih besar daripada suami. Tentu semua bisa dikompromikan Nabs. Karena hidup bersama tak bisa ditentukan oleh pikiran satu kepala saja.