Jurnaba
Jurnaba
No Result
View All Result
Jurnaba
Home Destinasi

Museum Louvre dan Ra Mak Ruk Ra Nyangkruk!

Erliza Achmad Akbar by Erliza Achmad Akbar
May 9, 2020
in Destinasi
Museum Louvre dan Ra Mak Ruk Ra Nyangkruk!
Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan Ke WA

Pernah saya nyangkruk di pelataran Museum Louvre. Menyesap Peruvian Coffe di kedai seberang Gereja La Sagrada Familia. Tapi, ada rasa yang tak bisa ditemui seperti saat saya nyangkruk di kedai Mak Ruk semasa remaja dulu.

Sebenarnya tidak perlu penjelasan terperinci dan milosofi alias ndakik-ndakik untuk berkegiatan nyangkruk. Seperti kita ketahui bersama, budaya nyangkruk adalah sebuah hal yang lumrah dan jamak kita lakukan sebagai manusia Pithecanthropus javanicus paleo bojonegoronius.

Spesifik genetik manusia jenis kita ini lahir dengan membawa ciri yang khas melekat sejak lahir. Yaitu kegiatan nyangkruk. Perkara dimana dia nyangkruk, kapan, dalam momen apa, menyitir kalimat keramat Cogito ergo sum nya Descartes, sang filsuf ternama dari Prancis itu pernah bilang: aku berpikir maka aku ada. Maka menjadi sebuah manifesto lumrah bagi eksistensi manusia Bojonegoro bahwa : aku nyangkruk maka aku ada. 

Begitu pentingnya fase nyangkruk ini dalam kebudayaan keseharian masyarakat Bojonegaran, dapat membawa simplifikasi serius dalam pembentukan stigma seseorang dalam hubungannya dengan orang lain.

Seseorang dikatakan berjiwa sosial tinggi dan supel bisa dinilai dari seberapa sering dia nyangkruk alias srawung. Srawung memang tidak sama dengan cangkruk, karena media srawung tidak hanya nyangkruk sahaja, tapi mostly tidak ada yang membantah jika seseorang tidak pernah nyangkruk berarti tidak pernah srawung.

Celakanya, tidak srawung adalah sebuah aib yang fatal dalam konstruksi budaya masyarakat Bojonegaran. Dikucilkan, ndak diboloni atau dianggap orang aneh adalah pelabelan yang harus kita terima jika kita tidak pernah nyangkruk.

Lalu bagaimana mereka yang berjiwa Introvert? Hidup bisa lebih berat lagi di kolong langit sini.

Ngomong-ngomong soal tempat nyangkruk Favorit, karena tema besarnya kali ini adalah tempat nyangkruk, bagi saya tentu selain soal genetika tadi, tujuan nyangkruk tak lepas dari usaha bertungkus lumus dalam menihilkan kegabutan yang hakiki. Membunuh waktu.

Semasa nganggur dulu, warung kopi adalah satu tempat terbaik untuk nyangkruk. Bojonegoro ini, kita akui memang..gini gini aja toh daridulu..dalam artian dengan segala kemediokeran lingkungannya. Apa apa serba terbatas..serba minim fasilitas..tak bisa disamakan dengan kota kota besar dengan segala reputasinya.

Maunya sih ya kalau boleh meminta: ada tempat nyangkruk yang art banget kayak Salihara. Ngomongin budaya kontemporer atau isu-isu terkini yang relevan sambal mijiti kaki budayawan Goenawan Mohamad. Maunya sich seperti dapet feel nyangkruk di Malioboro Jogja, yang setiap sudutnya menyimpan peristiwa penuh selaksa makna.

Atau di kolong terowongan jembatan Asia-Afrika seperti pidi Baiq yang lugas disampaikan lewat tulisan besar-besar “Dan Bandung, bagiku, bukan cuma masalah Geografis. Lebih jauh dari itu melibatkan Perasaan, yang bersamaku ketika sunyi”. Begitu sulit mencari tempat ikonik di sini.

Tapi kita harus berdamai dengan keadaan, kata orang-orang. Ambil napas dalam-dalam, lalu lupakan. Inilah semesta kita. Dengan segala kurang lebihnya.

Soal Tempat nyangkruk favorit, bagi saya pribadi nomer satu adalah warung kopi yang tentu saja bakule ayu kopine enak, nomer dua adalah warung kopi yang bakule ayu tapi kopine ndak enak. Nomer tiga, atau boleh dibilang terpaksa bilang jujur.. warung kopi yang bakule ndak ayu tapi kopine enak. Pokoknya ndak jauh jauh dari tiga hal itu patokannya hehehe. Bercanda.

Tempat favorit nyangkruk tentu saja warung kopi Mak Ruk, pertigaan Pasar Tobo Purwosari Bojonegoro, yang juga tempat editor Jurnaba, Wahyu Rizkiawan, membolos sekolah. Wkwk

Selain secara geografis dekat dengan tempat tinggal saya, disitu titik kumpul atau muster point gerombolan pemuda-pemuda sebaya saya. Tak ada alasan khusus selain memang citarasa rasa kopi kothok-nya yang terkenal legit.

Jangan dibayangkan tempat nyangkruk di sana seperti café yang Cozy plus instagrammable khas anak anak boomer. Warung kopi di sana perpaduan antara kesedihan dan kesederhanaan. Atau kombinasi keduanya. Kesederhanaan yang dibalut kesedihan.

Ambin bambu reyot yang selalu berderit jika dibebani, dipadu dengan berderet-deret gelas cangkir kosong yang terbalik di hadapan. Di dinding mungkin hanya ada hiasan Kalender motor dengan model wanita yang menggoda pandangan — satu-satunya point of view yang paling menarik.

Selain itu, tempatnya yang strategis di pertigaan jalan Kecamatan adalah tempat terbaik untuk melebarkan visibilitas pandang pada gadis-gadis desa yang hendak menunggu bis ke kota. Sempurna bukan?

Di percangkrukan duniawi, kawan bicara memegang peranan penting dalam membawa alur akhir kegiatan ini. Apakah membawa manfaat atau malah mudharat. Inilah menariknya. Semesta orang-orang kita tak jauh dari kepenatan hidup dan kesedihan yang paripurna.

Ada hal menarik untuk menilai atau membedakan orang yang terbiasa nyangkruk atau pertamakali nyangkruk, cobalah beri secangkir kopi di hadapannya. Jika cengkir kopi itu habis dalam waktu 5 menit berarti tandanya orang tersebut jarang nyangkruk atau malah tidak pernah.

Karena pada hakikatnya, nyangkruk adalah usaha untuk menahan waktu selama mungkin dengan pembicaraan yang intens. Orang yang terbiasa nyangkruk adalah orang yang terbiasa menahan volume isi cangkir kopi yang sedikit itu dengan durasi waktu yang sangat lama.

Dalam Bahasa lain : orang yang terbiasa menahan laku prihatin dan kesedihan dalam waktu yang lama. Catet itu!!!

Seperti yang kita ketahui bersama, dalam kegiatan nyangkruk, panjang pendek durasinya bebas. Meski bergelas-gelas kopi sudah tandas. Tentu akan lebih lama jika membahas pembicaraan atau persamaan nasib yang kurang beruntung.

Nasib kegagalan hidup, nasib percintaan yang gitu-gitu saja, patah hati berkali-kali dan kecacatan peran di dalam hidup. Dililit hutang. Dijodohkan dengan seseorang. Macem-macem.

Tapi satu hal, warung kopi tak pernah mengkhianati atau melukai. Ia adalah tempat terbaik membicarakan ketidaksempurnaan dengan cara yang sempurna. Nasib mempertemukan. Warung kopi merekam. Kopi kothok Mak Ruk yang menyelesaikan.

Karena warungnya pengunjungnya banyak, plus buka 24 jam pula, maka batas waktu nyangkruk secara peraturan tak tertulis adalah jika para tetua gabung. Saat orang-orang tua ikut nyangkruk.

Orang tua punya waktu sendiri saat nyangkruk, kalau bentrok sama orangtua yang sepuh sepuh begini maka ya rasanya aneh. Semeja sama orangtua sendiri rasanya ndak patut.

Entahlah..semacam rasa ewuh pakewuh jika kebetulan ngopi bareng. Mungkin ini yang disebut dengan istilah Ngajeni. Jangan ditanya kenapa. Saya juga bingung njawabnya. hehe

Waktu-waktu prime time dalam nyangkruk adalah saat selesai Sholat Isya atau selepas ngaji. Waktu di mana kanal televisi sudah dikuasai Ibu yang larut dalam Drama Sinema Indonesia atau sinema Religi. Saat-saat hampa dan ndak ngapa-ngapain lagi. Warung kopi adalah koentji. Tentu setelah sebelumnya diawali dengan kompromi sana-sini dengan orangtua yang mewanti-wanti agar tak lupa menyelesaikan pekerjaan rumah.

Seiring dengan mimpi-mimpi hidup yang sering kubayangkan dalam pembicaraan semasa nyangkruk, ada hal yang tak mampu kutahan. Perpisahan dengan tanah kelahiran. Waktu memang kejam. Merampas kebahagiaan-kebahagiaan kecil berulang. Tapi kadang dalam hidup adalah soal perkara menemukan “rumah” selanjutnya.

Perkara nyaman atau tidak rumah itu, tentu tergantung kita bagaimana merawatnya. Saya sering membayangkan, sedang berada dalam warung kopi masa remaja dulu. Warkop Mak Ruk di Pertigaan Pasar Tobo. Rumah masa lalu yang pernah menghadirkan rasa nyaman sambil mendengarkan lagu milik Hindia.. Rumah ke rumah.

Pernah saya nyangkruk di pelataran Museum Louvre. Terkagum-kagum dengan barisan panjang manusia manusia di sisi Pyramid du Lovre ..menyesap Peruvian Coffe di sebuah kedai seberang Gereja La Sagrada Familia —- Jantung kota Barcelona.

Di sana saya bisa membayangkan bertemu seorang sesempurna seperti video klip Landon Pigg yang Falling in Love at a Coffe Shop. Namun tetap ada sesuatu yang tidak bisa ditemui seperti saat saya nyangkruk di kedai kopi semasa remaja dulu.

Ada yang hilang..ada yang timbul tenggelam dalam ingatan..sesuatu yang sulit dijelaskan..kadang kesempurnaan memang membuat rasa nyaman, namun ketidaksempurnaan justru malah lebih kekal dalam ingatan.

Pindah berkala, rumah ke rumah
Mengambil pelajaran jika berpisah
Jikalau suatu saat berujung indah
Catat nama kita dalam sejarah
*(Hindia- Rumah ke rumah)

Tags: Kopi KothokMuseum LouvreTempat Nyangkruk

BERITA MENARIK LAINNYA

Pengalaman Mengenakan Selama Tinggal di Bojonegoro
Cecurhatan

Pengalaman Mengenakan Selama Tinggal di Bojonegoro

December 31, 2020
Gereja Kristen Jawa Tengah Utara (GKJTU) Jemaat Bojonegoro dalam Tinjauan Historis
Destinasi

Gereja Kristen Jawa Tengah Utara (GKJTU) Jemaat Bojonegoro dalam Tinjauan Historis

December 30, 2020
Memorabilia tentang Tole, Dukuh T, dan Bengawan Solo
Destinasi

Memorabilia tentang Tole, Dukuh T, dan Bengawan Solo

December 29, 2020

REKOMENDASI

Menengok Kehidupan Londo Ireng di Zaman Kolonialisme Belanda

Menengok Kehidupan Londo Ireng di Zaman Kolonialisme Belanda

January 25, 2021
Catatan Ekspedisi Banjir Bandang Bojonegoro

Catatan Ekspedisi Banjir Bandang Bojonegoro

January 24, 2021
Perempuan 23 Januari dan Ingatan yang Terus Menghantui 

Perempuan 23 Januari dan Ingatan yang Terus Menghantui 

January 23, 2021
Writing Tresna Jalaran Seka Kulina

Writing Tresna Jalaran Seka Kulina

January 23, 2021
Daftar Makhluk Tercepat di Dunia dan Apa Signifikansinya Buat Hidupmu

Daftar Makhluk Tercepat di Dunia dan Apa Signifikansinya Buat Hidupmu

January 22, 2021
Penemuan Gunung Vulkanik dan Potensi Mencairnya Ratusan Gunung Es Raksasa

Penemuan Gunung Vulkanik dan Potensi Mencairnya Ratusan Gunung Es Raksasa

January 21, 2021

Tentang Jurnaba - Kontak - Squad - Aturan Privasi - Kirim Konten
© Jurnaba.co All Rights Reserved

No Result
View All Result
  • HOME
  • PERISTIWA
  • KULTURA
  • DESTINASI
  • FIGUR
  • CECURHATAN
  • ALTERTAINMENT
  • FIKSI AKHIR PEKAN
  • SAINSKLOPEDIA
  • TENTANG
  • KONTAK

© Jurnaba.co All Rights Reserved