Stunting tentu masalah kesehatan yang berpotensi terjadi di mana saja. Tak terkecuali di Bojonegoro. Penelitian tentang stunting amat penting dilakukan demi langkah penanggulangan.
PC Fatayat NU Bojonegoro mengambil langkah untuk melakukan penelitian terhadap kasus stunting di Bojonegoro. Berbagai sosialisasi penelitian pun telah dilakukan demi mendapat formula penelitian yang pas.
Terbaru, kegiatan bertajuk Sosialisasi Penelitian Model Peningkatan Kapasitas Layanan Posyandu Untuk Penaggulangan Stunting Di Bojonegoro pun dilakukan.
Kegiatan sosialisasi tersebut, dilaksanakan sebanyak dua kali. Yakni pada 8 dan 10 Desember ini. Tempatnya, di Gedung Pertemuan Kecamatan Kota dan di Gedung Pertemuan Kecamatan Kedungadem.
Sosialisasi dihadiri sejumlah perwakilan. Antara lain; perwakilan Exxon Mobile Cepu Limited, PC Fatayat NU Bojonegoro, Kepala Dinas Kesehatan Bojonegoro, dan Camat Kota dan Kedungadem.
Hadir dalam acara, Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kabupaten Bojonegoro, dr Lucky Imroah; Ketua PC Fatayat NU Bojonegoro, DR Ifa Khairia Ningrum; dan Kasi PMD Kecamatan Kedungadem, Suhadi.
Dalam sosialisasi tersebut, selain membahas betapa urgent dan berbahayanya kasus stunting, juga membahas formula penelitian yang tepat untuk dilakukan di Bojonegoro.
Nabs, stunting atau balita pendek adalah balita dengan masalah gizi kronik, yang memiliki status gizi berdasar panjang atau tinggi badan tidak sesuai standar.
Standar baku menurut World Health Organization-Multicentre Growth Reference Study (WHO-MGRS) pada 2005, memiliki nilai z-score kurang dari -2SD. Dan apabila nilai z-scorenya kurang dari-3SD, dikategorikan sebagai balita sangat pendek (Pusdatin, 2015).
Stunting, terjadi sejak janin dalam kandungan, dan akan nampak saat anak berusia dua tahun. Permasalahan stunting, Nabsky, merupakan isu yang berdampak buruk terhadap kualitas generasi muda di Indonesia.
Alasannya, stunting mempengaruhi fisik dan fungsional dari tubuh anak dan berpengaruh terhadap meningkatnya angka kesakitan anak. Bahkan, kejadian stunting telah menjadi sorotan WHO untuk segera dituntaskan (Kania, 2015).
Sebagai upaya meningkatkan status gizi atau scaling up nutrition (SUN) balita, Perpres no. 42/2013 telah menetapkan Gerakan Nasional Seribu Hari Pertama Kehidupan dan harus ditangani secara lintas sektoral di semua lini.
Berdasar deskripsi di atas, dapat dikatakan bahwa perlu adanya gerakan yang terintegrasi sampai ke tingkat bawah. Salah satunya melalui kegiatan Pos Pelayanan Keluarga Berencana – Kesehatan Terpadu (posyandu).
Konsep Posyandu, kita tahu, berkaitan erat dengan keterpaduan. Keterpaduan yang dimaksud meliputi keterpaduan dalam aspek sasaran, aspek lokasi kegiatan, aspek petugas penyelenggara, aspek dana dan lain sebagainya.
Namun, sampai saat ini, penerapannya masih jauh dari harapan bersama. Hal itu karena adanya beberapa kendala. Yakni masalah koordinasi yang sulit, strategi yang tidak cukup kuat, minat yang kurang dari stakeholders, jaringan antar stakeholders yang tidak kuat.
Selain itu, masih lemahnya power dalam merekat kebijakan, struktur kolaborasi yang tidak sama, sumberdaya manusia yang terbatas hingga tidak terjaminnya ketersediaan anggaran juga jadi masalah.
Sehingga, dalam kegiatan sosialisasi kali ini, akan dilakukan penelitian model peningkatan kapasitas layanan posyandu untuk penanggulangan stunting di Bojonegoro. Tujuannya, selain memaparkan konsep penelitian, juga agar kerjasama antar stakeholder terjalin dengan baik.
Nabs, penelitian terkait stunting di Bojonegoro ini akan dilakukan dengan beberapa tahap. Diantaranya; audiensi, sosialisasi, FGD dan, tentu saja, seminar hasil penelitian.