Hidup di jalanan teramat susah dan kerap bikin putus asa. Kehadiran punggung truk dengan tulisan lucu, jadi hiburan mewah yang amat sederhana.
Sebuah ide, kadang harus disusun secara unik agar lebih menarik dan mudah dipahami penerima pesan. Seperti pesan moral yang terdapat di punggung truk.
Bagi kendaraan kecil, truk sering identik sebagai monster jalanan yang menyebalkan. Bodinya besar dan lajunya kencang. Kadang menjadi ancaman keselamatan bagi pengendara lain.
Tapi, di luar sisi yang menakutkan, truk punya sisi ensiklopedik nan menggemaskan. Ibarat tokoh animasi, truk adalah Sullivan dalam Monster Inc. Sisi lucu dari truk, apalagi kalau bukan tulisan-tulisan unik yang terpahat di pantatnya.
Dari kalimat penyemangat, doa-doa, pesan moral, pesan tidak bermoral, kalimat mutiara, kalimat putus asa, hingga berbagai keresahan, semua tertulis di sana.
Kadang, bahkan ada juga guyonan seksual berbasis lukisan perempuan berbikini yang dilengkapi mantra-mantra penyemangat untuk segera tidur.
Nabs, siapapun sosok di balik kreativitas punggung truk, saya kira mereka orang hebat.
Bisa jadi mereka filsuf yang memiliki teori mendasar tentang kehidupan. Namun bukan filsuf yang sering digambarkan bertampang muram dengan rambut gondrong dan jenggot tebal.
Mereka bukan filsuf oldies berbasis rumus teoritis, melainkan orang-orang yang berkeyakinan bisa menghibur orang lain (para pengendara) melalui cecoret tulisan di bak punggung truk.
Diciptakanya tulisan itu, umumnya berasal dari realitas yang pernah terjadi. Baik yang terjadi di dirinya, maupun diri orang lain yang pernah dia saksikan. Lalu ia sarikan untuk dijadikan pesan pada orang lain.
Misalnya: Satu istri dua anak cukup, dua istri semaput — Maksudnya, kalau mencari istri satu saja dan dua anak sudah cukup, jangan dua istri karena nanti bisa semaput (pingsan).
Tapi tiga nggak apa-apa? Hehe
Mereka juga nyindir perilaku ugal-ugalan. Kadang dalam nada-nada kasar ala jalanan: Nek ora sabar, Maburo! (Kalau nggak sabar, silakan terbang!).
Kadang juga nyindir dengan santun ala-ala Agamawan: Ngebut adalah ibadah, semakin ngebut semakin dekat dengan Tuhan.”
Kalimat dark romantis pun tak lepas dari nyinyiran, misalnya: putus cinta soal biasa, putus rem mati kita. Lalu, ada juga: Istri siap dimadu asal suami siap diracun. Ini tentu sangat romantis, melankolis sekaligus dark.
Tak hanya itu, kalimat iseng juga sering dibikin, kayak misalnya: ojo ngaku ayu nek durung duwe bojo sopir truk (Jangan ngaku cantik kalau belum punya suami sopir truk).
Tapi tetap percaya bahwa kejujuran lebih penting dari kecantikan: Gak perlu cantik, yang penting nggak munafik. Karena itu, mereka pun menertawakan kecantikan-kecantikan semu yang lahir dari upaya instan: Wajah itu dirawat, bukan diedit.
Kenakalan-kenakalan seperti itu, agaknya membuat kehadiran truk di jalan raya jadi hiburan. Para filsuf truk telah menunjukkan kepada kita cara memberi kontribusi bagi kehidupan dan kebahagiaan orang-orang di sekitarnya.
Bukan dengan cara yang anarkis, tentu saja. Melainkan dengan nasihat dan kadang pesan yang tak ber moral. Setidaknya, mereka paham bahwa hidup di jalanan makin butuh hiburan, dan itu tidak harus mahal.