Proses islamisasi di saban daerah memiliki karakteristik. Begitupun di Bumi Wali Tuban.
Nabs, islamisasi di daerah Tuban diperkirakan telah masuk pada abad ke-15. Hal ini berdasarkan fakta bahwa Bupati Tuban ke-6 yang bernama Raden Arya Dikara (1421 M) sudah masuk Islam.
Raden Arya Dikara mengenal Islam melalui menantunya bernama Raden Arya Teja. Raden Arya Teja seorang Bupati Tuban ke 7 setelah menggantikan Raden Arya Dikara.
Raden Arya Teja yang bernama asli Syech Abdurachman yang merupakan putra dari Syech Jali/Ngali/Jallaludin. Lidah orang Jawa pada saat itu sering menyebut dengan Syeh/Shong Ngabdurachman.
Babat Tuban menjelaskan tentang Raden Arya Teja menjadi Bupati Tuban menggantikan Raden Arya Dikara, Nabs.
Sasedanipun Raden Arya Dikara, ingkangin gentosi jumeneng bupati ingkang putra mantu Songabdurrahman, lajeng pidhah asma Raden Arya Teja, jumeneng bupati lamenipun 41 tahun lajeng seda. Raden Ayu Arya Teja wau kapundhut garwa dhateng Songabdurrahman putranipun Sojali.
Syech Abdurachman seorang ulama pada saat itu juga merupakan menantu dari Raden Arya Dikara dengan menikahi putri yang bernama Raden Ayu Arya Teja.
Setelah menikah dan menjabat bupati, beliau lebih dikenal dengan nama Arya Teja. Nama Arya Teja digunakan karena pada waktu itu yang dikenal oleh masyarakat Tuban adalah Gusti Raden Ayu Arya Teja.
Penggunaan nama tersebut diharapkan lebih dapat berbaur dengan rakyat di wilayah Tuban. Mulai saat itulah nama Arya Teja identik dengan nama Tumenggung atau Adipati Tuban.
Sejarah lisan yang berkembang, Raden Arya Teja atau Syech Abdurachman membimbing Raden Arya Dikara untuk menjadi seorang Muslim. Arya Dikara yang kagum dengan kecerdasan dan kepribadian Syech Abdurachman ingin menjadikannya sebagai menantu dengan menikahkan putrinya bernama Gusti Raden Ayu Arya Teja.
Pernikahannya dengan Gusti Raden Ayu Arya Teja, beliau menurunkan beberapa putra/putri antara lain bernama Dewi Condro Wati yang konon sebagai istri dari Kanjeng Sunan Ampel di telatah Ngampel Dento Surabaya.
Raden Arya Teja selain memerintah sebagai bupati di Tuban juga melakukan dakwah. Beliau pernah mengirim utusan yang masih kerabatnya untuk membuka lahan atau babat alas di daerah yang sekarang dikenal Kecamatan Parengan.
Setelah tidak menjabat bupati, beliau dan keluarga menyusul ke daerah yang telah dibuka oleh utusannya dengan membawa dagangan berupa gerabah. Daerah tersebut belum memiliki nama, semenjak saat itu daerah tersebut diberi nama Dagangan.
Setelah wafat beliau dimakamkan di lokasi yang berada pada Desa Dagangan, Kecamatan Parengan. Lokasi pemakaman ini terdapat juga makam Raden Ayu Arya Teja, makam guru atau penasehat bernama Saeful Hasan, dan empat makam pengawalnya.
Nabs, selain makam-makam tersebut, juga terdapat makam Kyai Tumenggung Cakra Nagara yang merupakan Bupati Tuban ke 25.