Bojonegoro pernah punya band pop legendaris bernama Raya. Namanya tersohor beberapa tahun lalu. Bagaimana kabarnya hari ini? Pada Jurnaba.co, mereka sempat berbincang santai.
Raya Band Bercerita Tentang kejayaan di masanya, hingga bagaimana ia berganti nama.
Nama Raya diwujudkan dalam konsep bermusik yang variatif dan berkarakter. Karakter ini, bagi tiap personil, diterjemahkan dalam mood musikal yang terdengar manis, ringan, easy listening dan melankolis.
Paduan musik pop dengan elemen britpop yang kental lengkap dengan sound yang modern membuat musik Raia terdengar optimistis walau saat membawakan lagu bernuansa sendu. Terlebih didukung kekuatan lirik yang catchy namun penuh makna.
Band ini terlahir di Bojonegoro pada 2005. Raya sudah tidak asing ditelinga musisi dan penikmat musik Indonesia. Raia melalang buana di 300 radio di Indonesia, dan perform di program televisi nasional. Bahkan, salah satu karyanya muncul di FTV.
Berbangga diri Bojonegoro mempunyai Band seperti Raya. Dengan formasi Pimen, Yefta, Obi, A’an, mereka berempat berangkat Jakarta untuk memperjuangkan Raya di kancah nasional.
Dulu awalnya bernama Raia Band dan sekarang ganti nama menjadi Raya Band. Sebab permasalahan di manajemen. Namun, itu semua tidak menggoyahkan tekad para personilnya.
Raya sempat vakum beberapa tahun yang lalu karena beberapa permasalahan. Dan beberapa persaingan ketat di belantika musik Indonesia.
Yefta adalah otak dibalik pembuatan lirik lagu besarnya band raya. Lalu A’an sebagai vokalis membantu untuk nadanya. Sayangnya, karena kesibukan pekerjaan, Yefta sang bassis akhirnya perannya digantikan dengan Diding.
Wawancara Eksklusif Dengan Personil Raya Band
Jurnaba.co mendapat kesempatan bertemu dengan sang vokalis Ahmad Qomaru Zaman (A’an) dan basis, Diding Atmaja. Berikut petikan wawancaranya:
Gimana Raya Band ini bisa terbentuk?
Dulu dari sebuah pertemanan lalu bikin band namanya Raia, dan kebetulan punya kesempatan rekaman di Jakarta waktu itu. Karena memang kami disupport oleh satu keluarga personil. Akhirnya, kita memberanikan diri untuk record. Modalnya ya.. keberanian haha. Waktu itu kita berpikir kita punya karya, potensi, semangat dan kemauan. Dan itu membuahkan hasil menjadi sebuah album.
Bagaimana atmosfer industri permusikan waktu itu?
Memang waktu itu industri musik terbuka sekali. Semua orang bisa dengan mudah masuk, terutama di media konvensional Televisi. Mereka sangat membuka untuk bisa performance di stasiun Televisi. Misalnya seperti Inbox, Klik, Dahsyat dan lain-lain. Kita merasa sangat terbantu dengan adanya program itu.
Apakah itu harus bayar ke stasiun televisi untuk promosi band?
Ceritanya, kita join venture dengan Warner Musik Indonesia. Mereka bantu secara label. Warner ngasih link ke beberapa program televisi dan kebetulan musiknya Raya itu masuk. Okelah, katanya bisa nih masuk.
Bagaimana persaingan kancah permusikan nasional waktu itu?
Persaingan antar band waktu itu sangat ketat. Dan memang kita akui kita tidak bisa mengalahkan persaingan di mana banyak banget band yang genrenya pop melayu. Karena memang, trendnya saat itu adalah musik pop melayu.
Terus apakah kalian ikut dengan arus itu?
Sempat kita juga disuruh produser untuk mengubah genre Raya menjadi pop melayu. Tapi kita gak mau dong, karena memang kita tidak di situ dalam aliran musik. Ya.. sebagian masih kuat dengan idealisme dan passion kita sih. Haha
Apakah karena alasan itu, Raya band akhirnya memilih untuk vakum?
Ya, karena industrinya memang terlalu sengit. Singkat cerita aja, jadi memang secara mental dan finansial kami waktu itu memang sangat berat bersaing dengan yang lain. Dan saat itu investasi industri musik lagi gila-gilaan. Belum lagi banyaknya investor masuk dengan jor-joran berani bayar mahal.
Investor rata-rata tidak dari pelaku musik. Dulu hasil musik itu dijadikan untuk RBT (Ring Back Tone), dan mereka para investor berharap besar dari keuntungan penjualan itu. Para investor pastinya memilih dong mana yang disukai oleh pasar.
Secara tidak langsung itu yang membuat kami tidak dapat lagi bersaing. Terus ada beberapa permasalahan dari manajemen tentang prinsipil. Akhirnya kami memutuskan untuk tidak meneruskan.
Sudah berapa tahun kalian vakum?
Dari mulai 2011 kita vakum. Mungkin sudah 8 tahun kita vakum.
Kabar baiknya nih, katanya Raya Band akan muncul kembali untuk menghiasi warna musik Indonesia, apakah benar?
Ya mudah-mudahan sih kita bisa berlanjut haha. Kemauan untuk berkarya lagi pasti terus dong. Apalagi tentang musik ya. Semua orang suka musik, dan sekarang era digital juga sangat mendukung, dengan adanya sosial media. Di mana semua orang dengan mudahnya bisa mengakses kesana dan memilih sesuka hati. Kalau ada jalan ya kenapa tidak.
Dulu orientasinya kita main musik untuk mendapatkan sesuatu, tapi sekarang orientasinya beda, karena memang kita punya kesibukan masing-masing. Mungkin sekarang main musiknya hanya untuk kepuasan, dan eksistensi karya.
Apakah ada warna berbeda nantinya jika Raya akan muncul kembali?
Kita punya satu lagu judulnya Hujan. Lagu Hujan ini akan kita munculkan kembali. Lagu ini bercerita tentang kesetiaan. Sesuatu yang layak ditunggu, apapun itu.
Kami merasa lagu hujan feel-nya dapet, dan ini Raya bangetlah pokoknya. Soalnya selama kami record lagu sebelumnya, belum ada kepuasan yang diperoleh. Ya semoga munculnya lagu ini bisa memuaskan.