Dia kerap membawa ingatan kita pada pulang, kembali dan jejak. Dia juga sering membawa ingatan kita pada langkah, menuju, dan mimpi. Dia menyimpan kemuraman dan kebahagiaan secara bersamaan. Dia adalah rumah. Dia adalah benda mati yang mampu menyusun dan menebar kisah.
Rumah menggenggam kisah dan sejarah ketercipatannya. Rumah menyimpan masa kecil dan masa remaja kita. Menyimpan apa saja yang bahkan kita tidak pernah mengetahuinya. Itu alasan kenapa setiap rumah menyimpan masa, cerita dan kerap kali endap kenangan.
Coba sesekali naik motor malam-malam. Sambil mengamati rumah-rumah dan bangunan-bangunan yang berjejer rapi di kanan dan kiri jalan. Kau akan merasakan jika rumah dan bangunan-bangunan pinggir jalan itu selalu menyimpan kemuraman yang eksotis.
Coba bayangkan, apa jadinya jika dunia ini tidak ada rumah? Betapa menyiksanya terik matahari dan betapa menakutkannya angin malam hari. Rumah menyelamatkan kita dari ketakutan-ketakutan itu. Tidak hanya itu, rumah mengajari kita membangun cerita, menyusun cita-cita hingga mengenal apa itu cinta.
Jika saat ini kamu berada jauh dari rumah, coba ingat-ingat, kapan terakhir kali kamu mengingat rumah masa kecilmu? Iya, rumah yang temboknya pernah kau corat-coreti itu? Bagaimana kabar kamarmu? Tempat kamu menempelkan stiker dan poster kesukaanmu di belakang almari. Masih adakah poster-poster itu? Masih adakah ingatan itu?
Siapapun kamu di luar sana, rumah tahu siapa kamu yang sebenarnya. Rumah mampu menerimamu dalam kondisi lemah maupun kuat. Rumah melindungimu. Rumah menemanimu. Rumah adalah ruang meniriskan keringat. Juga ruang mempertebal semangat.
Saya memaknai rumah sebagai “ruang memamah”. Ruang memproduksi. Ruang berproses. Ruang mengeja. Ruang mencipta. Ruang bertanya. Ruang menjawab. Ruang merenung. Ruang melamun. Dan ruang terlelap.
Selamat datang ke rumah. Hari ini kita sudah punya rumah sendiri. Dan dari rumah ini kita akan memulai sebuah cerita sekaligus memulai sebuah perjalanan. Maukah kamu menjaganya? Dan merindukannya saat jauh darinya?
Comments 2