Sudah pernah nyoba serabi khas Bojonegoro belum, Nabs? Iya, masyarakat biasa menamainya serabeh. Seperti apa sih serabeh, si serabi yang benar-benar khas Bojonegoro itu? Yuk kita cari tahu.
Serabi Bojonegoro termasuk salah satu kuliner tradisional di Indonesia. Masyarakat pasti akrab sekali dengan kuliner ini. Kuliner ini biasa dinikmati saat pagi hari. Ditemani secangkir kopi, hmmm… sungguh nikmat sekali.
Masyarakat Bojonegoro menyebut serabi dengan istilah serabeh. Di beberapa sudut Kota Bojonegoro, bisa kita temui penjual makanan ini. Pada umumnya makanan ini dijual di pagi hari. Namun, di beberapa tempat ada pula yang menjual pada malam hari.
Serabeh terbuat dari tepung beras yang dicampur dengan santan dan sedikit garam. Bahan tersebut diaduk hingga merata menjadi adonan. Adonan tersebut, kemudian dipanaskan di atas tungku hingga matang.
Bentuk serabeh hampir mirip dengan kue apem. Namun, bentuknya lebih pipih dan serabeh punya tekstur yang lebih lembut dibanding kue apem.
Cara masaknya pun unik. Serabeh dimasak dengan kayu bakar menggunakan layah. Layah merupakan cobek yang terbuat dari tanah liat. Bentuknya mirip seperti piring. Dengan tutup yang ikonik dan khas penjual serabeh. Tutupnya berbentuk seperti mangkok cina yang dibalik.
Serabeh biasa dinikmati dengan ketan dan parutan kelapa. Ada pula yang menikmati kuliner ini dengan guyuran kuah santan yang gurih.
Namun, ada bumbu khas yang tak bisa dilepaskan dari serabeh Bojonegoro. Keberadaan bumbu tersebut menjadi pembeda dari serabi dari daerah lain.
Bumbu tambahan terbuat dari bahan kedelai yang dihaluskan. Warnanya cokelat terang dengan rasa yang gurih. Selain itu, ada juga bumbu dari kelapa yang dicampur dengan gula jawa. Jadi, ada dua pilihan bumbu. Ada rasa gurih dan manis.
Hendro, salah satu pemilik warung serabeh di Bojonegoro, mengaku setiap hari menghabiskan 3 kg tepung beras. Setiap pagi dia berjualan di trotoar Jalan Diponegoro. Dia berjualan mulai pukul 05.00 hingga 08.30 wib.
“Tiap hari sedia 3 kilogram tepung beras. Habis atau tidak, jam setengah sembilan pulang.” kata Hendro.
Hendro berjualan serabeh sejak 3 tahun yang lalu. Dia mengantikan kakaknya yang sebelumnya berjualan serabeh. Saat ini pun langganannya sudah cukup banyak.
Di Kecamatan Kota Bojonegoro, setidaknya ada belasan penjual serabeh. Rata-rata mereka menjajakan dagangannya pada pagi hari. Namun ada juga yang berjualan pada sore hingga malam hari.
Ninik, salah satu pembeli, mengaku suka dengan serabeh. Memang tidak setiap hari, tapi dia cukup sering membeli serabeh saat pagi untuk sarapan.
“Enak sarapan serabeh ketan kalo pagi. Sambil ngopi kan nikmat. Bapak yang paling suka.” tutur Ninik.
Harga serabeh di kota Bojonegoro sendiri cukup terjangkau dan bervariasi. Untuk satu porsi serabeh lengkap dengan bumbu khasnya, dijual antara Rp 3 ribu hingga Rp 5 ribu.
Serabeh merupakan kuliner yang lekat dengan masyarakat. Kuliner ini sangat layak untuk dicoba lho, Nabs. Ngopi pagi ditemani serabeh ketan memang ciamik. Apalagi sambil ngobrol hangat bersama keluarga, teman atau bahkan gebetan.