Rindu memang tidak harus bertemu. Sebab jika bertemu, rindu akan terbunuh. Kau ingin memelihara rindu atau ingin membunuhnya?
Junot adalah temannya teman dari teman lamaku. Dia seorang penulis dan pelukis dan pengusaha fotokopi berbakat. Hampir semua disiplin profesi yang berhubungan dengan kertas, dia bisa mengerjakannya dengan baik. Kecuali, tentu saja, membuat origami.
Ada satu hal yang membikin semua orang kagum pada Junot. Si Junot ini, sangat kenal dekat dengan Arthur Schopenhauer dan Arthur Conan Doyle. Konon, mereka bertiga pernah bertemu dalam sebuah acara secara bersamaan. Berbincang-bincang hingga larut malam.
Tentu saja, banyak orang bertanya pada Junot tentang dua sosok yang memiliki banyak basis penggemar dari Britania hingga Middle East tersebut. Bisa dikatakan, Junot menjadi lelaki populer akibat Schopenhauer dan Conan Doyle.
Popularitas dan kekaguman orang-orang pada Junot mengalami penyusutan drastis ketika ternyata, Arthur Schopenhauer dan Arthur Conan Doyle yang dimaksud Junot hanyalah nama dua ekor kucing kesayangannya.
Kondisi itu, secara otomatis, membikin banyak orang kecewa padanya. Namun, pada akhirnya semua bisa memaafkan dan melupakan keisengannya. Junot memang suka iseng, tapi dia tetaplah pribadi yang mempesona.
Suatu hari, seorang teman dari temannya teman lamaku bercerita pada temanku tentang Junot. Dan temanku, seperti yang sudah kamu duga-duga, menceritakan kisah itu kepadaku. Sebuah cerita yang sebenarnya tidak menarik dan tidak perlu dipercaya. Tapi, mungkin cocok dibaca.
Dari kisah yang dituturkan oleh temanku, Junot sebenarnya lelaki luar biasa. Banyak keistimewaan yang dia miliki. Dia lelaki jenius dan tampan dan baik hati. Dia lelaki jenius dan tampan dan baik hati sekaligus banyak uang. Dia lelaki jenius dan tampan dan baik hati sekaligus banyak uang tapi justru mengelola tempat fotokopi.
Tak ada perempuan yang tidak berdebar saat bertemu dengannya. Tatapan mata yang dalam dan tingkahnya yang canggung tapi elegan, kerap membikin perempuan mati kutu di depannya. Apalagi, saat dengan malu-malu, dia membacakan sebuah puisi: banyak perempuan yang rela membuka lubang telinganya begitu saja.
Dia lelaki pendiam yang kerap membikin perempuan merasa penasaran. Tak heran jika ada puluhan lusin perempuan yang mendekatinya dalam waktu bersamaan. Namun, hebatnya, dia hanya mau menerima satu perempuan saja. Betapa bijak sekali lelaki itu.
Meski punya potensi mendua atau mentiga atau menempat atau menlimakan cinta, tak pernah sekalipun dia mau menghianati kekasihnya. Padahal, sudah 3 tahun ini mereka berhubungan jarak jauh. Kekasihnya berada di Islandia untuk belajar. Sedangkan dia, di rumah sambil mengelola tempat fotokopi.
Banyak yang bertanya padanya. Terutama perihal memelihara kesetiaan. Di era banyak lelaki tidak tampan yang suka berselingkuh, Junot yang sangat tampan justru lebih memilih setia pada kekasih yang saat ini jauh dari dekapannya. Banyak yang mempertanyakannya. Kok bisa?
“Ya bisa lah. Aku hanya berupaya untuk antimainstream,” kata Junot.
“Maksudnya?”
“Lelaki tidak tampan suka selingkuh itu sudah mainstream dan kampungan. Yang hebat itu lelaki tampan yang setia hanya pada satu pasangan.” Jawabnya.
Temannya teman dari teman lamaku pernah bertanya padanya tentang bagaimana mengobati kerinduan pada kekasih yang ada di kejauhan. Dan Junot mampu memberi penjelasan secara ensiklopedik dan membikin banyak orang bergidik. Begini penjelasannya:
“Saat aku rindu, aku bisa langsung bertemu. Kau pasti mengira aku berkhayal. Tapi tidak. Aku dan kekasihku bisa bertemu kapan saja. Kami punya ruang temu yang tak mungkin bisa dipahami orang lain.”
“Ruang seperti apa itu, Junot?”
“Aku menamakannya Lorong Pasca Kerinduan, sebuah lorong yang mempertemukan rindu kami berdua,”
“Apa kalian benar-benar bertemu?”
“Rindu memang tidak harus bertemu. Sebab jika bertemu, rindu akan terbunuh. Kau ingin memelihara rindu atau ingin membunuhnya?” Junot balik bertanya.
Temannya teman dari teman lamaku pun tak bisa menjawab. Dia diam saja. Lalu, Junot kembali memberi penjelasan padanya.
“Aku dan kekasihku adalah orang-orang Pasca Kerinduan. Tentu, pemikiran kami tidak sama dengan orang-orang Kerinduan. Sama halnya seperti orang-orang Pasca Modern dan orang Modern. Tentu ada perbedaannya.”
“Oke, tapi, bagaimana bisa kamu menjaga kesetiaan dengan tidak pernah bertemu?”
“Aku dan kekasihku memelihara rindu. Sehingga tanpa bertemu pun, kami tetap saling menjaga,”
“Kok bisa ya?”
“Orang-orang Pasca Kerinduan sangat ahli membedakan mana yang rindu dan mana yang nafsu. Nafsu membunuh rindu melalui perjumpaan. Itu alasan kenapa sesekali, rindu memang tidak harus dipertemukan. Dan itu alasan kenapa kami, aku dan kekasihku, memiliki Lorong Pasca Kerinduan.” Jawab Junot mantap.
Temannya teman dari teman lamaku pun sangat kagum kepada Junot. Dia ingin berguru pada Junot. Sebelum akhirnya dia membatalkan kekagumannya pada Junot hanya karena alasan yang sangat sepele. Begini alasannya:
Junot mengelola tempat fotokopi dengan jumlah karyawan sebanyak 15 orang. Semuanya perempuan muda dan cantik-cantik. Sebab, semuanya mantan model. Dan dari 15 itu, saat ini ada 4 yang dihamili Junot. Sisanya, belum hamil.