Hari film nasional diperingati tiap tanggal 30 Maret. Tanggal tersebut dipilih karena punya nilai sejarah tersendiri dalam dunia perfilman Indonesia. Tahu nggak sih, kalau Bojonegoro punya kontribusi bagi Film Nasional?
Pemilihan tanggal 30 Maret bukan tanpa alasan. Pada tanggal 30 Maret 1950, sutradara legendaris Indonesia, Umar Ismail mengambil gambar untuk film Darah dan Doa. Film legendaris tersebut menjadi awal dari industri film Indonesia.
Tonggak sejarah industri film di Indonesia pun dimulai. Berbagai judul film dengan aneka genre mewarnai sejarah sinema Indonesia. Keragaman genre ini membuat Indonesia jadi barometer sinema di kawasan Asia.
Meski sempat mengalami mati suri di pertengahan 90-an karena berbagai macam masalah, perfilman Indonesia kini bisa bangkit dan jadi tuan rumah di negeri sendiri. Film Indonesia mampu bersaing ketat dengan deretan film Holywood yang punya budget yang jauh lebih besar.
Kebangkitan perfilman Indonesia juga ditandai dengan jumlah judul film Indonesia yang selalu meningkat. Pada 2017 lalu, ada 125 judul film yang rilis. Jumlah yang terbilang fantastis.
Jumlah penonton film Indonesia pun juga mengalami peningkatan. Semakin banyak film Indonesia yang mampu menembus jutaan penonton.
Beberapa film di Indonesia pun mampu menembus pasar internasional. Sebut saja The Raid yang membuat takjub pencinta film di seluruh dunia lewat suguhan seni bela diri pencak silat yang memukau.
Tak hanya film-nya saja, aktor maupun aktris asal Indonesia pun juga mampu menembus Holywood. Iko Uwais, Yayan Ruhian, Cinta Laura, Julie Estele, Christine Hakim, hingga Joe Taslim menjadi sederet nama yang mampu menembus industri film Holywood.
Sumbangsih Bojonegoro dalam Industri Film Indonesia
Bojonegoro sendiri punya sumbangsih terhadap perfilman Indonesia. Pada 2013 lalu ada film berjudul Hasduk Berpola. Film yang disutradarai Harris Nizar itu melakukan pengambilan gambar di Bojonegoro.
Film yang diangkat dari cerpen tersebut bercerita tentang perjuangan seorang anak dalam menunjukkan semangat patriotisme lewat kegiatan Pramuka. Banyak pesan moral positif yang bisa didapatkan pada film yang dibintangi oleh Idris Sardi, Iga Mawarni, Calvin Jeremy dan Petra Sihombing ini.
Hasduk Berpola jadi sejarah manis bagi Bojonegoro. Film ini bisa dibilang sebagai wujud eksistensi Bojonegoro dalam industri film tanah air. Selain tempat, Bojonegoro juga mengirimkan beberapa aktornya di film Hasduk Berpola ini.
Sejumlah pemeran pendukung dari film ini, memang berasal dari anak-anak Bojonegoro. Terutama anak sekolah. Sebab berhubungan dengan giat pramuka.
Sayangnya, film Hasduk Berpola ini tak bisa dinikmati secara langsung oleh masyarakat Bojonegoro. Hal ini dikarenakan pada 2013 belum ada bioskop di Bojonegoro.
Dulu, Bojonegoro punya bioskop Pakri yang terletak di Jalan Kartini. Bioskop tersebut kemudian hilang seiring dengan lesunya perfilman Indonesia di akhir 90-an. Namun kini Bojonegoro memiliki bioskop lagi.
Bioskop baru yang berada di Jalan Hayam Wuruk tersebut jadi jujukan pencinta film di Bojonegoro. Dari yang muda, remaja, hingga tua. Budaya nonton film pun kembali tumbuh di Bojonegoro.
Keberadaan bioskop di daerah memang penting bagi industri film di Indonesia. Hadirnya bioskop di daerah berperan penting dalam mendukung perfilman Indonesia.
Hari film nasional mari kita maknai sebagai langkah untuk menghargai karya sineas dalam negeri. Yuk Nabs, jadikan film nasional sebagai tontonan kita bersama dengan teman, rekan dan keluarga.