Seketika, padang rumput Ranu Manduro menjadi viral. Savana hijau itu menjadi perbincangan netizen. Videonya pun bertebaran di media sosial. Destinasinya menunjukkan pemandangan yang memanjakan mata.
Ranu Menduro berada di kawasan kaki Gunung Penanggungan. Tepatnya di Kecamatan Ngoro, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur.
Penampakan Ranu Menduro bak surga yang menyejukkan. Atau seperti negeri indah dalam cerita dongeng. Negeri yang tampak mempesona. Pemandangan alam desa yang bertolak dengan kehidupan modern
Melansir akun instagram @updatemojokerto, Ranu Menduro ialah lokasi bekas tambang sirtu (pasir-batu). Itu sejak tahun 1990an. Namun, mulai Desember 2019 lalu, aktivitas penambangan berhenti.
Pemandangan Ranu Menduro sebelum ini sangat jauh berbeda. Tidak berwarna hijau cerah berseri. Tampak gersang ibarat hutan yang dikutuk penyihir jahat. Terlihat aktivitas galian. Juga truk pengangkut sirtu berlalu lalang.
Lalu, sampailah aktivitas penambangan berhenti. Tepat di saat awal musim penghujan. Guyuran hujan membuat dataran Ranu Menduro ditumbuhi rerumputan dan ilalang. Alhasil, lahan bekas tambang itu berubah menjadi padang savana hijau.
Padang savana Ranu Menduro tidak dibuka secara umum. Apalagi menjadi destinasi wisata alam. Tanpa disengaja, hamparan lahan hijau ini menarik perhatian masyarakat. Terlebih setelah viral di media sosial.
Sebenarnya, Ranu Menduro tidak dibuka secara umum. Lahan bekas tambang ini milik perusahaan swasta. Memang, areanya sudah tidak digarap lagi. Sehingga, wisatawan bisa langsung berkunjung.
Seorang warga Bojonegoro juga sempat mengunjunginya. Namanya Nanda Eka Andrian. Dia berkunjung ke Ranu Menduro pada Rabu (26/2) pagi. Menurutnya, pemandangannya begitu indah. Sayang, terlalu banyak wisatawan.
“Pemandangannya bikin feeling good. Tapi sangat ramai dan usek-usekan (padat manusia). Niatnya foto pemandangan alam, tapi ramai mirip pasar,” ucap fotografer tersebut.
Wisata alam dadakan itu sangat ramai dikunjungi. Melihat kondisinya, seorang netizen mengambil video dan berkomentar di media sosial. Selaras dengan pendapat Nanda.
Menurut akun twitter @WachidYuliantoA, suasananya berubah feeling bad. Itu karena ramainya wisatawan yang tak terbendung.
Sekarang sudah Jadi FEELING BAD #Mojokerto #RanuManduro pic.twitter.com/uGNptlBNzE
— Wereng Alas (@WachidYuliantoA) March 1, 2020
Penghijauan itu terjadi karena proses alam. Respon atas berakhirnya aktivitas eksploitasi, yaitu penambangan sirtu. Alam tahu bagaimana ia memperbaiki diri.
Namun, proses tersebut berpotensi terganggu. Tentu akibat ulah manusia yang berlebihan. Misalnya ledakan pengunjung di area wisata alam. Seperti yang terjadi di Ranu Menduro beberapa hari terakhir.
Seorang musisi tanah air, Otong Koil turut berkomentar. Melalui akun twitternya @midiahn, berkicau bahwa alam terganggu dengan aktivitas wisata.
semua kegiatan yg melibatkan hutan gunung laut sungai adalah merusak alam yang mana tentunya pelakunya pasti merasa dirinya adalah pecinta alam
serbaserbi bentuk cinta— TOYOTA (@midiahn) March 1, 2020
Fenomena munculnya padang savana ini merupakan kabar baik. Alam mulai memperbaiki diri. Proses alam tetap menjalankan perannya. Namun, apa guna jika kembali dieksploitasi meski berbeda cara?
Proses tersebut butuh dukungan manusia. Misalnya dengan menjaga kelestarian alam. Menjaga jarak dengan alam. Memberi waktu untuk berbenah. Toh nantinya manusia sendiri yang merasakan nikmatnya.