Karena pohon yang tumbang tak pernah menyalahkan angin.
Musim hujan yang dinanti-nanti masyarakat Bojonegoro telah tiba. Namun, ia tidak datang sendiri. Hujan tiba beserta angin kencang yang membikin banyak pohon pinggir jalan tetumbangan.
Tercatat, sejak Kamis hingga Sabtu ini, sejumlah pohon di ruas jalan protokol Bojonegoro, terutama di jalan Gajah Mada, tak kuat menahan terpaan kesedihan angin kencang.
Nabs, mayoritas pohon yang tumbang berukuran besar. Sehingga, saat ia terkapar, melintang di tengah jalan dan memicu kemacetan yang tidak sederhana. Deretan kendaraan pun mengular menahan emosi.
Saat melihat pohon bertumbangan dan memicu kemacetan, saya percaya jika mayoritas pengendara bakal memarahi pohon. “Kok bisa-bisanya sih, tumbang di saat saya sedang terburu-buru.” Barangkali kamu, aku dan kita semua akan berkata seperti itu.
Ehtapi, seberapa penting sih sesungguhnya keberadaan pohon di tepi jalan? Kok bisa-bisanya kita nggak pernah merhatiin, dan hanya perhatian kala sedang ada pohon yang tumbang saja.
Tentu saja, keberadaan pohon di tepi jalan amat sangat penting. Ada banyak fungsi pohon yang jarang diperhatikan itu. Selain peneduh di kala suasana sedang panas, pohon juga mampu meredam bising suara kendaraan.
Pohon menyerap limbah kendaraan berupa polusi udara, lalu membagi-bagikan 80 persen oksigen yang dia miliki untuk dihirup manusia. Jadi saat kamu berada di dekat pohon dan merasa sejuk, bukan karena pohon menghalangi sinar matahari, tapi karena ia membagikan oksigen.
Nabs, pohon juga menyerap racun dan membagi kesegaran udara. Bukankah itu mirip menyerap sedih dan membagi-bagikan bahagia? Dan bukankah apa yang dilakukan pohon terhadap kita, manusia, teramat mulia?
Saat pohon tumbang, seharusnya ia marah-marah dan merasa tak adil: sudah memberi kebaikan kok malah tak diperhatikan. Tapi, pohon yang tumbang tak pernah sekalipun memarahi angin ataupun manusia yang tak memperhatikannya.
Dan anehnya, saat kita melihat pohon tumbang yang mengganggu keterburu-buruan kita mengejar waktu, kok tega-teganya kita mengutuk keberadaan pohon daripada mencari tahu sebab kenapa ia tumbang?
Nabs, seperti manusia, pohon merupakan makhluk hidup dan memiliki kebutuhan biologis yang harus dipenuhi. Salah satunya adalah ruang untuk memperbesar akar. Ruang untuk tunbuhnya amat penting agar tak memicu kerusakan trotoar.
Sudah sepatutnya, saat menanam pohon, dipersiapkan pula ruang pertumbuhan akar yang minimal 1 meter dari trotoar. Sehingga tak merusak trotoar. Kalau tidak, cari pohon dengan akar tunggang yang tumbuh menghujam kokoh ke dalam seperti pohon beringin atau jati.
Menanam pohon seperti menanam cinta, harus diperhatikan dan dianalisis dampak buruknya, sejak awal pendekatan. Tanpa itu, bisa tumbang di tengah jalan karena tertabrak angin masalah hidup.
Seperti manusia, yang sempat patah karena cinta, pasti akan tumbuh dan mendapat ganti asal mampu mempersubur hati dengan pupuk maaf.
Begitupun, pohon-pohon yang patah dan tumbang karena tertabrak angin, harus diganti dan lebih diperhatikan agar tetap membagi kebaikan pada manusia.