Pembatasan akses medsos memicu semua kian permisif. Kerjaan telat deadline dimaafkan, garapan nggak selesai-selesai dimaklumi. Kuantitas produk berkurang pun cuma disenyumi.
Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) akhirnya mengakhiri pembatasan akses media sosial pada Sabtu (25/5/2019) pukul 13.30 WIB. Tentu itu kabar menggembirakan.
Sebab, sebelumnya, penggunaan media sosial dan akses internet menurun dan sangat dibatasi. Alasan Kemkominfo, untuk menghindari penyabaran berita hoaks — mengingat, di waktu yang sama, sedang ada keriuhan.
Pembatasan akses media sosial yang berjalan selama hampir 5 hari ini tentunya sangat menyulitkan berbagai pihak. Terutama bagi mereka yang menggunakan medsos tidak hanya untuk main-main, tapi juga untuk bekerja.
Tapi, pembatasan akses media sosial, sebenarnya juga tidak buruk-buruk amat. Terlepas sudah banyak masyarakat yang mampu menyiasati pembatasan akses via VPN, penurunan kualitas internet juga mampu menurunkan kualitas rasan-rasan kita.
Nabsky harus sadar bahwa ini adalah bulan puasa. Bulan pause. Bulan jeda. Bulan yang identik dengan istirahat dan perubahan ritme gerak raga. Dan kamu juga harus tahu bahwa medsos mempermudah niat untuk ngrasani orang lain.
Dengan adanya pembatasan akses medsos — yang memicu kamu nggak bisa lihat foto mantanmu— sebenarnya juga berdampak pada terganggunya ritme ngrasani orang lain. Lha mau ngrasani gimana, download gambar aja sulit. Kan no pict no rasan-rasan.
Disadari atau tidak — terlepas banyaknya dampak positif media sosial— kita mafhum jika perkara media sosial pula, masalah menjadi kian bertambah biak, berkembang dan beranak.
Di depan akses medsos yang lancar, perpecahan bangsa bukan sebuah kemustahilan. Setidaknya, itu yang diyakini pemerintah. Sehingga, demi stabilitas nasional, akses medsos harus dibatasi.
Pembatasan akses medsos, selain mengurangi intensitas dan kualitas rasan-rasan di bulan puasa, bukankah juga menyelamatkan Indonesia dari perpecahan?
Entah banyak yang tahu atau tidak, pembatasan akses internet juga memicu semua kian permisif. Kerjaan telat deadline dimaafkan, garapan nggak selesai-selesai dimaklumi.
Bahkan, hingga kuantitas produk berkurang — akibat lupa dan ketiduran — pun, dimaafkan. Hmmm kok jadi kangen pembatasan akses medsos gini yaa.
Itu sih, keuntungan buat karyawan kayak kita-kita gini ya. Tapi buat para pengusaha yang ditakdirkan menggaji kita, masalahnya tentu beda. Pembatasan akses medsos bakal membikin khawatir.
Sebelumnya, sejumlah pelaku jual beli online memprotes pembatasan media sosial yang dilakukan pemerintah. Mereka menganggap pembatasan media sosial dan layanan perpesanan instan ini mengganggu kelancaran kegiatan e-commerce seperti dikutip CNN.
Bahkan, Ketua Komisi Pemberdayaan Ekonomi Umat MUI Pusat, M Azrul Tanjung mengungkapkan, adanya pembatasan akses tentu berdampak masalah perekonomian masyarakat, terutama mereka yang berjualan melalui jejaring media sosial, dikutip dari viva.co.id
Tapi, apapun itu, bersyukurlah karena akses medsos udah dibebaskan. Tulisan ini misalnya, sengaja ditulis pasca “pembebasan” akses medsos sih. Sebab, kalau ditulis waktu medsos masih dibatasi, ya belum tentu tulisannya kayak gini hehe ~